UJIAN TERAKHIR

Dipublikasikan tanggal 06 March 2017

UJIAN TERAKHIR

Matius 25:31-46

Bacaan Injil hari ini berbicara tentang penghakiman terakhir. Matius mencatat khotbah terakhir Yesus kepada murid-murid-Nya di Bab 24-25. Dalam khotbah ini Yesus banyak mempergunakan perumpamaan: tentang pohon ara, tentang hamba yang setia dan hamba yang jahat, tentang gadis-gadis yang bijaksana dan gadis-gadis yang bodoh, dan tentang talenta. Tiba-tiba Yesus meninggalkan bentuk perumpamaan dan memasuki narasi biasa dengan bersabda,  "Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya.” (Mat 25:31-33). Kata-kata yang mungkin pada saat itu sulit diterima oleh murid-murid-Nya sendiri, karena ancaman penangkapan Yesus sudah semakin dekat, dan orang banyak yang mengikuti rombongan Yesus sudah mulai meninggalkan mereka.

Hal pertama yang menarik untuk dicermati bahwa penghakiman terjadi antara kelompok domba dan kelompok kambing, dan bukannya antara kelompok domba dan kelompok serigala! Rupanya perbedaan antara kelompok yang baik dan kelompok yang jahat hanya tinggal “serambut dibelah tujuh”. Dalam 2 Tes 1:7-8 Paulus menegaskan, “… pada waktu Tuhan Yesus dari dalam sorga menyatakan diri-Nya bersama-sama dengan malaikat-malaikat-Nya, dalam kuasa-Nya, di dalam api yang bernyala-nyala, dan mengadakan pembalasan terhadap mereka yang tidak mau mengenal Allah dan tidak menaati Injil Yesus, Tuhan kita.” Rupanya mengenal Allah dan menaati Injil erat hubungannya dengan sikap dan perilaku “domba” dan “kambing”.

Hal kedua, Yesus menyatakan dengan tegas dan pasti bahwa ciri-ciri seorang Kristen sejati bukanlah imannya, bukanlah pengetahuan Kitab Sucinya, melainkan kasih yang dapat diberikannya kepada mereka yang membutuhkan. Bukti seorang Kristen sejati adalah kemampuannya melakukan perbuatan kasih. Kelompok domba akan mewarisi kerajaan Allah karena mereka telah menanggapi kebutuhan sesama akan kasih, perhatian dan pelayanan. Hal yang terbalik dilakukan oleh kelompok kambing. Keseriusan kewajiban seorang Kristen untuk membantu sesama dinyatakan dengan teguran Yesus sendiri, “… Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.” (Mat 25:41)

Hal ketiga, reaksi, baik dari kelompok domba maupun dari kelompok kambing terhadap ucapan Yesus, adalah kekagetan yang luar biasa. Nampaknya kedua kelompok mengantisipasi penghakiman yang berbeda. Mereka semua bertanya-tanya, “Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, … haus, … sebagai orang asing, … telanjang, … sakit, … dalam penjara, dan kami …? Kelompok domba tidak pernah mengingat atau mencatat perbuatan baik mereka. Mereka tidak pernah mengharapkan balasan atau pujian. Bagi mereka berbuat baik kepada sesama adalah sukacita sebagai seorang hamba Tuhan, dan dengan demikian mereka telah mengumpulkan harta di surga. Sebaliknya, kelompok kambing selalu mengingat-ingat perbuatan baik yang mereka lakukan. Mungkin mereka tahu dengan pasti jumlah uang yang pernah mereka sumbangkan, kalau perlu menyimpan semua buktinya. Terhadap orang-orang semacam ini Sang Raja menjawab, “… sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku.” (Mat 25:45)

Mencintai Sesama adalah Ciri Seorang Kristen Sejati

Khotbah Yesus tentang akhir zaman mengingatkan kita kembali kepada khotbah Yesus di bukit, “Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu.” (Mat 6:2-3)

Penghakiman Tuhan akan mencatat semua momen dalam hidup kita di mana kita tanpa sadar mengulurkan tangan kepada sesama yang membutuhkan, di mana kita melakukannya sesuai dengan jati diri yang sesungguhnya, bukan demi pamrih atau keuntungan pribadi. Hanya satu hidup yang dapat menanggapi kebutuhan orang lain dengan cinta yang tak terbatas, yakni hidup Yesus. Kita dapat memiliki hidup itu apabila kita menerima-Nya di dalam hati kita yang terdalam. Setelah memiliki-Nya di dalam hati yang terdalam, kita siap sedia untuk menggapai sesama dengan kasih. Hanya hidup semacam ini yang mampu melewati ujian terakhir. Berjaga-jagalah!

Memiliki Kristus dalam Hati Berarti Siap Mengasihi Sesama