MENGHAKIMI DENGAN MENGETUK HATI NURANI

Dipublikasikan tanggal 03 April 2017

MENGHAKIMI DENGAN MENGETUK HATI NURANI

Barangsiapa Yang Tak Berdosa, Silakan Melempar Batu Pertama

Injil hari ini diambil dari Injil Yohanes (Yoh 8:2-11) yang menceritakan kisah tentang Yesus dan wanita  yang berzinah. Kisah ini khas Injil Yohanes dan telah menjadi sumber inspirasi bagi para seniman untuk melukiskan kerahiman Allah. Seorang wanita tertangkap basah berzinah, lalu dibawa oleh orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat kepada Yesus. Kita bisa saja berspekulasi tentang laki-laki yang menjadi partner zinah wanita itu. Dia mungkin saja melarikan diri, atau dilepaskan oleh pihak penguasa, padahal Hukum Taurat mewajibkan kedua orang yang berzinah untuk diadili dan dihukum (Im 20:10, Ul 22:22).

Reaksi Yesus sangat sederhana; Dia tunduk dan menulis di tanah. Hal yang menarik, adalah bahwa kisah ini adalah satu-satunya kisah dalam Injil yang mencatat bahwa Yesus pernah menulis. Apa yang ditulis-Nya tidak pernah bisa diketahui, meskipun para ahli tafsir bisa saja mengemukakan pendapat. Kebanyakan orang menduga bahwa Yesus menulis dosa orang-orang yang membawa wanita itu kepada Yesus. Ada pula yang menafsirkan bahwa tindakan Yesus ini mengingatkan manusia kepada Allah sendiri, yang menulis sepuluh perintah atau hukum-Nya dengan jari-Nya sendiri (Kel 31:18). Maka tindakan Yesus mengingatkan manusia bahwa inilah “perintah atau hukum baru”.

Tanggapan Yesus secara lisan juga cukup singkat, “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” (Yoh 8:7). Pelaksanaan hukuman rajam pada saat itu adalah dengan membuat sebuah lubang di tanah sedalam dua kali tinggi tubuh manusia. Manusia yang akan dihukum rajam dimasukkan ke dalam lubang itu. Kemudian, dua orang yang menjadi saksi yang memberatkan terhukum, mengangkat dan melemparkan batu pertama, yaitu sebuah batu yang beratnya mungkin sekitar 50-60 kg. Batu pertama itu dilemparkan ke dalam lubang, sehingga terhukum bisa mati seketika itu juga. Selanjutnya, orang lain melemparkan batu-batu dengan ukuran yang lebih kecil ke dalam lubang itu.

Eksekusi Hukuman Rajam pada Zaman Yesus

Dalam pernyataan-Nya,  Yesus menyebut “pihak yang tidak merasa berdosa”. Siapakah yang dimaksudkan oleh Yesus? Tentu Yesus menunjuk kepada orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, yang telah membawa wanita itu untuk diadili karena perbuatan dosanya. Pernyataan Yesus pasti  menyudutkan mereka, karena tidak ada manusia yang tidak berdosa. Maka, mereka meninggalkan tempat itu seorang demi seorang mulai dari yang paling tua. Inilah cara Yesus menghakimi manusia. Dia tidak mengadili manusia berdasarkan kesalahan yang telah diperbuat, atau berdasarkan hukum yang dilanggar. Yesus mengadili manusia dengan mengetuk hati nurani mereka. Ketika hati nurani manusia tersentuh, tentu sulit bagi manusia untuk menyanggah pernyataan Yesus. Orang yang paling tua pasti paling tersentuh hati nuraninya, karena dosanya paling banyak.

Akhirnya tinggallah Yesus sendiri dengan wanita itu. Yesus berkata, “Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.” (Yoh 8:11). Tindakan Yesus yang tidak menghukum wanita itu tidak berarti bahwa Dia permisif terhadap dosa. Tindakan Yesus adalah tindakan kasih dan kerahiman, dan sekali lagi Yesus menghakimi dengan mengetuk hati nurani wanita itu. Dengan kasih dan kerahiman Allah, manusia harus berupaya untuk mengubah hidupnya dengan tidak berbuat dosa lagi.

Yesus Menghakimi dengan Mengetuk Hati Nurani Manusia