KINASIH ROADMAP

Dipublikasikan tanggal 22 November 2010

KINASIH ROADMAP

SIDANG AGUNG GEREJA KATOLIK INDONESIA 2010

"Kisah Yesus ungkap hidup berbagi"

  1. Gereja Katolik Indonesia sudah menyelenggarakan SAGKI 2010 di Wisma Kinasih, Caringin, Bogor. SAGKI 2010 dihadiri oleh para Waligereja Indonesia bersama para wakil dari keuskupan masing-masing di seluruh Indonesia. Sidang Gereja Katolik Indonesia yang digelar setiap lima tahun merupakan wujud persaudaraan iman dalam karya evangelisasi Gereja Katolik di Indonesia. Jumpa bersaudara dalam iman senantiasa menjadi kegembiraan bersama sebagai persekutuan yang percaya kepada Yesus Kristus, Tuhan dan Penyelamat. Pertemuan SAGKI sudah berlangsung dari 1-5 November 2010 dalam suasana yang mendukung pertukaran pengalaman akan kisah Yesus yang terungkap dari perutusan setempat.
  2. SAGKI 2010 mengambil tema "Aku datang supaya mereka hidup dan hidup dalam kelimpahan", dengan memusatkan perhatian pada "bagaimana menyampaikan kisah Yesus di keuskupan masing-masing," Tema ini merupakan kelanjutan dari tema Kongres Misi Asia yang diselenggarakan di Chiang Mai, Thailand, 2006. Dengan cara mengisahkan Yesus menurut kebiasaan budaya kita, karya evangelisasi di Indonesia telah menjadi bagian utuh pergumulan iman yang aplikatif dalam masyarakat Indonesia. Banyak kisah tentang Yesus sudah terungkap di bumi Nusantara. Karya evangelisasi tetap menjadi perhatian utama kehadiran Gereja Katolik di Indonesia.
  3. Penyelenggaraan SAGKI 2010 meliputi aneka peristiwa dan agenda. Kesemuanya berupaya untuk menampakkan wajah Yesus dalam pergumulan bangsa dan masyarakat Indonesia. Melalui doa dan pemikiran bersama, yang muncul dari pengalaman masing-masing peserta, kehadiran kisah Yesus mengungkapkan aneka bentuk dan cara, yang sesuai dengan keadaan sosial, ekonomi, politik dan budaya setempat. Pelbagai karya evangelisasi dalam Gereja Katolik Indonesia juga menampakkan aneka wajah, yang tidak luput dari perbedaan dan perpecahan paham. Kaum imam, kaum hidup bakti bersama kaum awam bergerak bersama untuk mencari dan menemukan wajah Yesus yang dapat menjangkau semua orang, yang membutuhkan kehadiranNya yang menyelamatkan.
  4. Pergumulan utama dalam kisah Yesus adalah kerjasama gerejawi yang mendorong dan mendukung gerakan untuk bangkit mengisahkan Yesus secara nyata dalam mencermati serta menjawab tanda-tanda jaman, yang mempengaruhi kehidupan internal Gereja kita. Memang, sudah nyata bahwa kecenderungan untuk mencari diri sendiri tetap menghantui kisah Yesus yang baik dan benar. Dengan menyelenggarakan SAGKI 2010, Gereja kita berharap akan hadirnya kisah Yesus yang terbagi dalam keadilan dan perdamaian di dalam Gereja sendiri. Keterbukaan serta kebersamaan bersaudara akan tetap menjadi pergumulan di masa depan, karena Gereja terdiri dari manusia yang lemah dan terbatas. SAGKI 2010 kiranya menjadi ajang periksa diri yang utuh terbuka, agar kehadiran Gereja semakin menumbuhkan kisah Yesus yang menggembirakan dari dalam batin Gereja sendiri. Kenyataan yang diharapkan ini hanya mungkin terpenuhi, bilamana seluruh Gereja Katolik Indonesia belajar menjadi rendah hati, seperti Yesus "lembut dan rendah hati." meringankan beban kita dan melapangkan harapan kita.
  5. Karya evangelisasi di Indonesia mendapat wujud nyata oleh aneka bentuk kehadiran dan pelayanan. Karya kisah Yesus di Indonesia menuntut kemurahan hati untuk berbagi dengan semua wujud kehadiran yang melakukan pelayanan Kabar Gembira. Kemurahan hati dalam kisah Yesus yang berdampak nyata di Indonesia pertama-tama harus menjadi milik para Waligereja. Selanjutnya, seluruh kehadiran yang bernomen-clatura imam, suster, bruder, frater dan awam hendaknya bergandengan tangan untuk menelorkan kisah Yesus yang sejatinya membawa Kabar Gembira bagi semua orang. Dengan kerelaan untuk membarui diri dan komitmennya, Gereja kita mampu mengisahkan Yesus dalam semua bidang kehidupan manusiawi, terutama dalam m enumbuh-kembangkan penghayatan dan pengamalan iman yang utuh terbuka. Kepentingan diri yang terperangkap oleh keserakahan material akan melumpuhkan kehadiran kisah Yesus yang diucapkan, tetapi tidak dilaksanakan dalam praktek hidup sehari-hari. Tantangan perutusan ini harus menjadi "pekerjaan rumah" Gereja Katolik Indonesia.
  6. Kisah Yesus dalam Konferensi Waligereja Indonesia perlu mengalami keberanian untuk membarui diri agar kehadiran sejati mampu mendukung perkembangan penalaran kisah Yesus dalam masyarakat dan bangsa Indonesia. Kerjasama yang terungkap dalam "satu atap" tidak selamanya menjadi kenyataan. Olehnya, para fungsionaris dalam KWI perlu melakukan periksa diri, agar kehadiran dalam KWI sungguh menjadi berkat bagi karya kisah Yesus di Indonesia. Kerjasama kolaboratif perlu berkembang dalam kerendahan hati, agar kisah Yesus di lingkup KWI menjadi Kabar Gembira bagi Gereja Katolik Indonesia. Salah satu upaya bersama yang perlu diperhatikan oleh semua adalah kodrat KWI sebagai pelayan, dan bukan sebagai pemilik kisah Yesus.
  7. Kisah Yesus yang utama muncul dalam karya pewartaan Gereja kita. Liturgi dan Katekese Gereja kita nyatanya perlu membenah serta membarui diri, agar persekutuan hidup umat memperoleh pemahaman serta kesadaran akan kisah Yesus dgn penuh kegembiraan dan rasa syukur. Oleh karena itu, homili serta pewartaan lain dalam Gereja kita perlu menemukan cara yang efektif untuk mendorong bangkitnya kisah Yesus yang menggembirakan. Persiapan serta pendalaman akan makna liturgi dan katekese hendaknya semakin menjadi kesukaan semua fungsionaris dalam Gereja kita, terutama para uskup dan imam. Dengan demikian, kisah Yesus semakin menggerakkan hati umat beriman untuk melaksanakan Firman-Nya dalam tata dunia sehari-hari.
  8. Jumpa tukar menukar penghayatan kisah Yesus tidak terlepas dari perutusan peduli akan lingkungan hidup, yang pada sekarang ini sangat dipengaruhi persoalan pemanasan global yang melanda seluruh dunia. Lingkungan hidup yang amat berpengaruh pada hidup sebagian besar umat Katolik harus menjadi perhatian pastoral dalam upaya mengungkap kisah Yesus. Perubahan iklim memberikan aneka dampak pada hidup dan penghidupan manusia, terutama kaum tani. Komisi-komisi yang bergerak dalam hal kemanusiaan baik di lingkup KWI maupun Keuskupan dan Paroki wajib belajar mencermati tanda-tanda perubahan lingkungan hidup guna mempersiapkan dan membantu semua pe-mangku kepentingan, agar sadar tersedia menghadapi perubahan, seperti bencana alam: kekeringan, banjir, longsor, gempa etc. Kebutuhan mendasar dan mendesak manusiawi dalam hal pangan pun mendorong SAGKI 2010 untuk bersikap cerdas dan awas, agar pemahaman bersama mampu membangun serta memelihara sumber pangan dalam kehidupan masyarakat kita.
  9. Perhatian akan "keadilan dan perdamaian" juga sudah menjadi warna khusus dalam mengungkap kisah Yesus di Indonesia. Pendididkan keadilan dirasa perlu berkembang dalam Gereja kita dan masyarakat. Hak serta kewajiban manusia perlu mendapat penegakan yang terbuka, aman dan demokratis. Kaum penggiran seperti buruh, tani, nelayan, kaum cacat dan perempuan serta anak-anak adalah bagian utuh Gereja dan masyarakat sehingga mereka harus mendapatkan perhatian yang sama dengan warga yang lain. Pemerintah, pengusaha dan kaum politisi bertanggungjawab atas hadirnya kesejahteraan yang merata dan adil dalam masyarakat. Kenyataan panggilan sosial ini mengisyaratkan bahwa anggaran pembangunan harus menjadi manfaat sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat. Kisah Yesus dalam masyarakat kita harus terungkap dalam hadirnya sarana dan prasarana hidup yang membuka peluang bagi semua untuk berkembang sebagai manusia secara berkelanjutan, kapan dan di mana saja, di bumi Nusantara tercinta.
  10. Keamanan dan kerukunan hidup antar warga masyarakat juga mendapat sorotan untuk mengungkap kisah Yesus di Indonesia. Kecenderungan fundamentalis, bahkan radikalis sampai dengan teroris pada sekarang ini sudah menimbulkanrasa tidak aman dalam hidup sosial. SAGKI 2010 berharap bahwa semua pemangku kepentingan bangsa Indonesia mengadakan refleksi diri bersama secara baru demi keadilan dan perdamaian dalam pergaulan hidup ini. Kecenderungan koruptif dalam segala bidang, terutama bidang pelayanan publik harus mengalami "moratorium", agar dalam kecerdasan berpikir sehat, kita mampu menggerakkan daya dukung yang mengarus-utamakan martabat manusiawi. Alhasil, masyarakat dan bangsa kita boleh mengalami jalan baru untuk memajukan kesejahteraan bersama, tanpa membedakan suku, agama, golongan, keterikatan politis dan budaya. Terungkap dalam gerak langkah bersama di masa depan.
  11. Kisah Yesus yang berhubungan dengan "kelimpahan hidup" mengingatkan umat Katolik akan tanggungjawab keterlibatan sosial. Pertama-tama, kita bekerja dengan rajin dan jujur, sesuai tanggungjawab masing-masing dalam tata dunia ini. Langkah nyata pemerdayaan kesejahteraan bersama perlu hadir dalam perencanaan pastoral di keuskupan/paroki masing-masing. Tanpa langkah nyata yang menggerakkan sikap kerjasama kolaboratif, nilai-nilai serta komitmen SAGKI 2010 akan mubasir dihembus angin. Oleh karena itu, masing-masing keuskupan sesudah berbagi rasa kisah Yesus diharapkan berani mewujudkan kehadiran kisah Yesus yang mengungkapkan peradaban kasih nyata. Kisah Yesus di masa depan akan terungkap dalam program "dari hati ke hati" demi kesejahteraan bersama sebagai aplikasi iman yang utuh terbuka bagi pergumulan manusiawi. Kelimpahan hidup yang bersumber pada kisah Yesus berarti bahwa persekutuan hidup iman kita mendapat kenyataan, bahwa tiada orang yang berkekurangan. Inilah solidaritas kristiani yang mengerakkan hadirnya model hidup umat seperti umat kristiani perdana: melakukan prinsip hidup berdasarkan cinta kasih.
  12. Rangkuman pengalaman tentang kisah Yesus yang terlaksana dalam masyarakat Indonesia tidak mungkin menjadi ringkas. Kekayaan pengalaman, penghayatan serta pengamalan akan kisah Yesus melampauai kemampuan manusiawi untuk merangkumkannya. Sebaliknya, wawasan kisah Yesus senantiasa meluas meliputi seluruh segi kehidupan manusiawi, terutama dalam upaya bersama untuk membangun relasi manusiawi dalam tata dunia, agar kehadiran evangelisasi semakin tersedia untuk mendukung terlaksananya "dialog kehidupan" menuju kesejahteraan bersama. Kegembiraan serta pengharapan hendaknya semakin hadir dalam evangelisasi Gereja kita dalam membarui hubungan kerjasama antarumat beriman yang menggerakkan serta membangkitkan hormat akan martabat manusiawi dalam lingkungan "keadilan dan perdamaian". Kisah Yesus di masa depan hendaknya menggugah umat beriman yang berbeda untuk mengarus-utamakan cita-cita penciptaan, yaitu kemerdekaan, tanggungjawab bersama, kejujuran, kekudusan dan kebenaran tentang hidup manusia. Olehnya, kisah Yesus mewajibkan seluruh umat beriman kristiani untuk mendorong dan mendukung pendidikan kepribadian dalam keluarga, sekolah dan masyarakat sebagai bagian utuh dari perutusan iman yang bertujuan untuk mengembangkan lingkungan hidup yang bermartabat manusiawi.
  13. Kisah Yesus yang paling mulia sudah terlaksana di dalam keluarga Nazareth. Keutuhan hubungan antar manusia dan Tuhan sudah terungkap dalam kemuliaan dan kedamaian yang lengkap dan sempurna. Di dalam mewujudkan kisah Yesus, kita harus belajar dari keluarga di Nazareth. Kita belajar sikap taat sebagai sumber pengharapan dalam perjuangan di dunia ini. Persekutuan gerejawi Katolik di Indonesia pantas membangun diri sebagai wujud kisah Yesus menurut teladan St. Perawan Maria dan St. Yosep dalam keheningan yang rendah hati. Dengan semangat keluarga Nazareth, kita mengembangkan kisah Yesus dalam kehidupan menggereja kita.
  14. Langkah-langkah nyata kisah Yesus di masa depan dalam masyarakat kita :
    • Menumbuh-kembangkan kisah Yesus di kalangan anak-anak, remaja dan orang muda Katolik
    • Menumbuh-kembangkan kisah Yesus di dalam komunitas basis umat, dengan mengarus-utamakan perhatian kepada mereka yang kurang beruntung dalam kehidupan sosial ekonomi
    • Menumbuh-kembangkan kisah Yesus di kalangan umat Katolik yang menda-pat kepercayaan untuk menjalankan tanggungjawab publik
    • Menumbuh-kembangkan kisah Yesus di kalangan umat Katolik yang berke-cimpung dalam usaha swasta dan lembaga swadaya masyarakat
    • Menumbuh-kembangkan kisah Yesus dalam persekutuan pelayan imamat dan hidup bakti, dengan mengarus-utamakan pemerdayaan perempuan
    • Menumbuh-kembangkan kisah Yesus melalui kerjasama serta dialog antar umat beragama demi memajukan kerukunan hidup setempat
    • Menumbuh-kembangkan gerakan yang menyayangi lingkungan hidup, agar keutuhan alam ciptaan semakin mengungkap kisah Yesus
    • Menumbuh-kembangkan kisah Yesus dalam menghadirkan kerjasama kolabo-ratif guna memelihara sumber pangan dalam masyarakat
    • Menumbuh-kembangkan kisah Yesus dalam gerakan koperasi umat bersama masyarakat dengan pendidikan sikap saling percaya yang saling memerdayakan
    • Menumbuh-kembangkan kisah Yesus dalam kepelayanan gerejawi, agar persekutuan iman Katolik semakin bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme
    • Menumbuh-kembangkan kisah Yesus dalam pendidikan kepribadian para calon imam, calon hidup bakti dan calon pemimpin umat
    • Menumbuh-kembangkan pendidikan serta pelatihan tanggap bencana di kalangan umat Katolik dalam kerjasama dengan pemerintah dan komponen masyarakat setempat.
  15. Wajah menyedihkan sering muncul dalam kisah Yesus yang terungkap nyata dalam perjalanan masyarakat Indonesia. Bencana alam silih berganti dan bergulir dalam masyarakat kita. Persoalan gempa dengan tsunami, letusan gunung api, banjir atau pun tanah longsor sering mewarnai wajah kisah Yesus di Indonesia. Kemelaratan dan penderitaan datang mengingatkan bangsa kita untuk tersedia dan sigap dalam menghadapi pelbagai peristiwa yang memilukan hidup sesama. Gereja kita perlu tanggap dengan pelayanan kemanusiaan, agar peduli yang benar membantu pulihnya perasaan sesama dalam keadaan yang menyedihkan. Dengan membangun kerjasama solidaritas manusiawi, Gereja kita ikut memperbaiki kisah Yesus guna menghadirkan Injil-Nya di tengah aneka pengalaman hidup ini. Pendidikan bencana perlu berkembang dalam lingkungan Gereja kita, agar umat Katolik tersedia dan siap menyumbang peduli sesama yang benar, efisien dan efektif, karena kepulauan Nusantara kita sangat rawan dengan pelbagai bencana alam yang sering meluluh-lantahkan "kelimpahan hidup" yang sudah diperoleh dengan jerih payah.
  16. SAGKI 2010 sudah menjadi peristiwa iman dalam perjalanan Gereja Katolik Indonesia. Peristiwa iman ini telah meneguhkan kembali iman akan periutusan Yesus Kristus dan sekaligus memerdayakan persekutuan iman dengan Daya Roh Kudus dalam menghadirkan kisah Yesus di Persada Nusantara tercinta. Dgn kata lain, SAGKI 2010 telah mengukir kembali panggilan kristiani untuk menumbuhkan serta mengembangkan peradaban kasih dalam aneka pelayanan dalam masyarakat Indonesia sebagai tanggungjawab bersama. Dengan menjalani SAGKI 2010, para peserta telah mengalami persaudaraan dalam berkisah tentang Yesus dan pada gilirannya menimba semangat baru untuk membangun serta memelihara kisah Yesus dalam lingkungan persekutuan iman di masing-masing Keuskupan. Kisah SAGKI 2010 kiranya menjadi salah satu kisah Yesus dalam penghayatan evangelisasi Gereja Katolik Indonesia. Olehnya, pantas dan layak para peserta SAGKI 2010 bersyukur kepada Tuhan yang maha kuasa dan maha pengasih atas rahmat-Nya bagi penyelenggaraan SAGKI 2010, sambil saling berterima kasih antar Panitia dan para peserta SAGKI 2010.

Dibuat di Wisma Kinasih pada 1-5 November 2010

Refleksi SAGKI 2010

 Mgr. Petrus Turang

Sumber : http://mirifica.net/