HARI MINGGU PALMA

Dipublikasikan tanggal 07 April 2017

HARI MINGGU PALMA

Hari Minggu Memasuki Pekan Suci

Tanpa terasa hari Minggu ini kita sudah memasuki Pekan Suci dengan merayakan Hari Minggu Palma. Pekan Suci adalah saat di mana Gereja merayakan karya penyelamatan Tuhan. Selama Pekan Suci Gereja mengarahkan perhatian kepada misteri sengsara, wafat, dan kebangkitan Tuhan melalui serangkaian upacara ibadat. Melalui upacara ibadat ini diharapkan agar umat beriman semakin memahami dan menghayati imannya akan Kristus serta semakin terdorong untuk menjadi pengikut Kristus yang setia. Pada Hari Minggu Palma Gereja merayakan Yesus yang masuk ke kota Yerusalem sebagai Raja. Sang Raja ternyata masuk ke kota itu untuk memberikan nyawa-Nya demi menebus dosa manusia.

Perayaan Hari Minggu Palma memiliki dua wajah: kemuliaan dan penderitaan. Perayaan dimulai dengan penuh kegembiraan dan sukacita menyambut Kristus Sang Raja. Sosok Yesus Sang Raja digambarkan dengan imam yang berjalan di depan umat. Maka, prosesi Hari Minggu Palma sangat unik. Biasanya imam selalu berjalan di belakang prosesi, karena ia digambarkan sebagai pembimbing. Umat menyambut imam dengan lambaian daun palma. Mengapa dipilih daun palma dan bukan daun lain? Kisah Yesus masuk ke kota Yerusalem sebagai Raja dicatat dalam keempat Injil (Mat 21:1-11, Mrk 11:1-11, Luk 19:28-44 dan Yoh 12:12-19). Injil Matius dan Markus mencatat bahwa orang banyak menghamparkan pakaiannya di jalan, dan ada pula yang menyebarkan ranting-ranting hijau di jalan. Injil Lukas bahkan tidak menyinggung tentang ranting-ranting hijau sama sekali. Satu-satunya Injil yang mencatat pemakaian daun palma adalah Injil Yohanes (Yoh 12:13). Berarti tradisi daun palma berdasarkan kisah dalam Injil Yohanes. Namun, kitab 1 Makabe mencatat pula bagaimana Simon Makabe disambut dengan kidung dan daun palem serta alat-alat musik lainnya, ketika dia memasuki Yerusalem dan Bait Allah setelah berhasil mengalahkan pasukan musuh. Kitab Wahyu juga mencatat bahwa umat Allah memakai jubah putih dan memegang daun-daun palma di tangan mereka sambil berdiri di hadapan Anak Domba (Why 7:9)

Selesai perarakan, dalam perayaan Ekaristi umat beriman diajak untuk merenungkan misteri sengsara dan wafat Tuhan Yesus, baik dalam doa maupun kisah sengsara Tuhan Yesus Kristus, yang diambil dari Injil-injil Sinoptik sesuai dengan tahun liturgi. Karena itulah Hari Minggu Palma disebut pula Minggu Sengsara. Yesus yang masuk ke kota Yerusalem sebagai Raja ternyata untuk menderita dan wafat demi menyelamatkan umat manusia. Penderitaan dan kemuliaan adalah dua aspek misteri Paskah yang harus dinyatakan secara jelas baik dalam katekese maupun liturgi. Hal ini juga ditegaskan oleh Petrus dalam khotbahnya pada hari Pentakosta, “Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus.” (Kis 2:36)

Penderitaan dan kemuliaan juga nampak dalam mazmur tanggapan yang diambil dari Mazmur 22. Mazmur ini termasuk dalam kelompok Mazmur Daud dan dimulai dengan seruan, “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?” (Mzm 22:2) Injil Matius mencatat bahwa Yesus pernah menyerukan hal yang sama (Mat 27:46) sesaat sebelum wafat-Nya. Mazmur 22 termasuk golongan mazmur ratapan pribadi yang secara struktur terdiri dari dua bagian:

  1. Ayat 1-22   : berisi ratapan dan permohonan
  2. Ayat 23-32 : berisi ucapan syukur kepada Tuhan

Titik balik dari ratapan dan permohonan menuju ucapan syukur ada di ayat 22b, “Engkau telah menjawab aku!” Sekali lagi Mazmur 22 yang menjadi mazmur tanggapan pada Hari Minggu Palma juga menegaskan dua aspek dari misteri Paskah yang dirayakan, yakni penderitaan dan kemuliaan.

Pada Hari Minggu Palma Gereja merayakan kisah Yesus masuk ke kota Yerusalem dengan menunggangi keledai dan disambut dengan lambaian daun palma. Biasanya seorang pahlawan masuk ke kota untuk merayakan kemenangannya dengan menunggangi seekor kuda jantan yang gagah. Para serdadunya menyambutnya dengan acungan pedang, dan mereka akan mendirikan sebuah gapura kemenangan atas peristiwa itu. Namun, Yesus melakukan hal yang sangat kontras! Dia masuk ke kota Yerusalem dengan menunggangi seekor keledai. Para penyambut-Nya menyongsong kedatangan-Nya dengan lambaian daun palma. Beberapa hari kemudian sebuah gapura kemenangan didirikan untuk-Nya, yakni sebuah kayu salib! Pekan Suci berbicara tentang cinta dan kerendahan hati. Di tengah hingar-bingar Pilkada DKI, Yesus mengundang semua orang untuk berbagi kemuliaan bersama-sama dengan-Nya, tetapi jalan menuju kemuliaan ternyata adalah jalan salib!

Selamat memasuki Pekan Suci penuh berkat!