KELINCI DAN TELUR PASKAH

Dipublikasikan tanggal 16 April 2017

KELINCI DAN TELUR PASKAH

Hubungannya dengan Iman Katolik

Menutup Pekan Suci, hari Minggu Paskah dirayakan dengan kelinci dan telur Paskah, yang biasa terbuat dari coklat. Banyak umat mempertanyakan apakah simbol-simbol ini memiliki hubungan dengan iman Katolik. Menjawab pertanyaan ini berikut adalah pendapat dari Alejandro Bermúdez, direktur dari ACI (Agencia Catolica de Informaciones, Agen Informasi Katolik).

Kelinci Paskah

Simbol ini berasal dari penggunaan gambar kelinci di masa lampau sebagai alat katekesis untuk menjelaskan bagaimana seharusnya perjalanan seorang Kristiani agar sampai kepada kebangkitan. Kaki belakang kelinci besar, kuat dan berguna untuk mengubah kecepatan serta untuk mendaki tanah-tanah yang curam. Sebaliknya, kaki depannya kecil dan lemah. Kondisi kaki depan dan kaki belakang kelinci membuatnya mudah untuk mendaki, namun sulit untuk menurun. Kenyataan ini digunakan untuk melambangkan jalan panggilan seorang Kristiani. Dia harus enggan dan sulit menurun dalam hal moral kehidupan, namun sebaliknya harus sigap, cepat, dan lincah untuk mendaki jalan menuju kebangkitan Tuhan.

Telur Paskah

Di masa lampau telur digunakan untuk menjelaskan makna kebangkitan kepada anak-anak. Di beberapa negara Eropa, seperti Italia, banyak keluarga membawa telur ke gereja pada hari Minggu Palma untuk diberkati oleh imam. Telur ini kemudian dimasak dan disantap pada hari raya Paskah.

Di Amerika Serikat, anak-anak mencari telur dari coklat atau telur plastik berisi permen, sebagai bagian dari sukacita Paskah. Dalam semangat Paskah, tradisi ini melambangkan manisnya kebangkitan Tuhan. Hari raya Paskah merupakan hari istimewa untuk anak-anak, karena orang tua tidak akan melarang mereka makan yang manis-manis.

Dalam sebuah artikel yang dipublikasikan dalam situs web Konferensi Waligereja Perancis, dijelaskan bahwa dahulu telur melambangkan kesuburan dan kelahiran bagi orang Mesir dan Persia. Mereka menghias telur pada pesta musim semi dan memberikannya sebagai hadiah.

Bagi orang Yahudi, telur melambangkan hidup dan mati. Kemerdekaan bagi mereka harus dibayar dengan penderitaan, maka pada hari raya Paskah mereka mencelupkan telur ke dalam air garam, untuk mengingatkan mereka akan air mata yang dicucurkan selama perjalanan menuju kemerdekaan.

Dalam tradisi agama Kristiani, telur beralih perannya dari sebagai lambang kesuburan dan kelahiran, menjadi lambang kebangkitan Kristus, yang dengan wafat di Salib memberikan hidup baru. Dahulu umat Kristiani pernah dilarang untuk makan telur selama masa Prapaskah. Telur-telur yang tidak dapat disantap lalu dihias dan dibagikan sebagai hadiah. Raja Louis XIV pernah menyuruh membawa telur terbesar di kerajaan Perancis pada Pekan Suci. Dia sendiri membagi-bagikan telur yang dihias dengan kertas emas kepada para pelayan istana. Pada abad XVIII para pedagang Jerman mulai memproduksi telur dari coklat untuk dijual pada hari raya Paskah.

Alejandro Bermúdez menegaskan bahwa telur dan kelinci Paskah merupakan simbol-simbol yang tidak perlu ditolak, karena asal-usulnya Kristiani. Sayang sekali, umat telah menghilangkan makna Kristiani dari simbol-simbol ini, sehingga sekarang menjadi sangat duniawi. Proses sekularisasi dari simbol-simbol Kristiani ini patut disayangkan.

Para Paus dan Telur Paskah

Pada tahun 2009 Paus Benediktus XVI mengirimkan ratusan telur Paskah kepada anak-anak korban gempa bumi yang melanda kota L’Aquila di Italia, yang menewaskan 300 orang.

Tiga tahun kemudian sekelompok seniman Italia dari Cremona, menyerahkan sebuah telur Paskah dari coklat kepada Paus Benediktus XVI, dengan ukuran 2,5 meter dan beratnya mencapai 250 kg. Bapa Suci menerima hadiah itu, untuk kemudian diberikan kepada kaum muda yang sedang menjalani hukuman di penjara Casal del Marmo Roma.

Pada tahun 2014 Paus Fransiskus mengirimkan 150 butir telur Paskah ke Rumah Sakit Anak-anak Bambino Gesù (Kanak-kanak Yesus) untuk membahagiakan anak-anak yang menderita penyakit kanker. Pada tahun ini, Bapa Suci membagikan telur Paskah bermerk Kinder kepada anak-anak terlantar yang ditampung di Caritas Roma.

Sumber : ACI Prensa

Telur-telur Paskah Kiriman Paus Fransiskus (Foto: Caritas Roma)