TEKNOLOGI

Dipublikasikan tanggal 18 August 2017

TEKNOLOGI

Menara Babel Abad XXI?

Menara Babel merupakan catatan tentang kegagalan sebuah mega konstruksi atau rekayasa teknologi. Dua generasi setelah air bah, terjadi lonjakan populasi dunia. Keturunan Nuh bermigrasi ke sebuah tanah datar di Timur Tengah, yakni tanah Sinear, yang lokasinya sekarang dikenal sebagai Teluk Persia (bdk. Kej 10:10). Di bawah pimpinan Nimrod, seorang diktator yang sangat berkuasa (bdk. Kej 10:8-10), diambillah keputusan untuk membangun sebuah kota dengan sebuah menara yang sangat tinggi (“puncaknya sampai ke langit”). Para arkeolog meyakini bahwa asal-usul Menara Babel yang dikisahkan dalam kitab Kejadian adalah Ziggurat, bangunan serupa piramid dengan teras-teras bertingkat di daerah Mesopotamia kuno.

Maksud dari pembangunan menara Babel tentu saja karena manusia telah mencapai kemajuan teknologi yang dirasakan cukup (bdk. Kej 11:3) dan dengan demikian mampu mempersembahkan mahakarya demi kebanggaan manusia. Maksud lain dari pembangunan menara Babel adalah supaya manusia jangan terserak ke seluruh bumi (bdk. Kej 11:4). Hal ini bertentangan dengan perintah Allah kepada manusia untuk “memenuhi bumi” (bdk. Kej 1:28). Kemungkinan besar menara ini direncanakan sebagai tempat penyembahan dewa Marduk, dewa pelindung kota Babel.

Pada saat itu seluruh umat manusia di bumi berbicara satu bahasa dan satu logat (bdk. Kej 11:1). Hal ini juga nampaknya bertentangan dengan catatan dalam Kej 10 bahwa keturunan Nuh masing-masing memiliki tanah dan bahasa sendiri-sendiri. Maka, beberapa ahli tafsir berpendapat bahwa satu bahasa dan satu logat ini mengacu pada pemakaian bahasa Babel sebagai bahasa wajib pada saat itu. Tentu saja penggunaan satu bahasa mempermudah komunikasi di antara tim konstruktor!

Namun, TUHAN ternyata tidak berkenan dengan tujuan pembangunan menara Babel, maka Dia memutuskan untuk mengacaubalaukan bahasa mereka sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing. Akibatnya mereka meninggalkan proyek mega konstruksi itu dan terserak dari situ ke seluruh bumi.

Bahtera Nuh dan menara Babel merupakan dua proyek berskala besar dalam sejarah umat manusia. Perbedaannya terletak pada dukungan yang diberikan oleh Allah. Bahtera Nuh mendapat dukungan penuh dari Sang Pencipta karena sesuai dengan perintah dan rencana-Nya. Sebaliknya, pembangunan menara Babel adalah inisiatif manusia yang bertentangan dengan perintah Allah. Dengan mudah dapat dipahami mengapa akhirnya proyek menara Babel mengalami kegagalan.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sungguh menakjubkan. Apa yang pada zaman dahulu tidak mungkin dilakukan oleh manusia, sekarang dapat dilaksanakan berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dahulu manusia tidak pernah berpikir untuk dapat pergi ke bulan, tetapi sekarang manusia dapat pergi ke bulan dan planet-planet lainnya. Salah satu kemajuan teknologi yang berkembang dengan luar biasa pesatnya adalah internet. Internet sungguh membantu manusia sebagai media komunikasi, pertukaran data, dan media informasi. Apa yang di masa yang akan datang dapat dilakukan oleh manusia, tidak dapat diramalkan oleh siapa pun juga. Allah mengakui kemampuan manusia untuk mengubah dunia, maka Dia bersabda, “ mulai dari sekarang apapun juga yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana.” (Kej 11:6)

Namun, upaya manusia di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi bukannya bebas dari dampak negatif. Menara Babel dirancang sedemikian tingginya sehingga puncaknya mencapai langit. Dalam konteks pemahaman bangsa Yahudi pada saat itu, langit adalah tempat tinggal Allah. Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dapat membuat manusia lupa diri dan ingin menyamakan diri dengan Allah. Salah satu contohnya, adalah teknologi genetika yang membuat manusia mampu mengkloning binatang, bahkan manusia. Pada tanggal 26 Desember 2002 Clonaid, perusahaan bioteknologi di Bahama, mengklaim telah berhasil menciptakan kloning manusia pertama. Teknologi kloning membuat manusia bertindak seperti Allah, sang Pencipta. Sulit diprediksi apa lagi yang dapat dilakukan oleh manusia di masa yang akan datang yang dapat membuat manusia tinggi hati dan berlaku seperti Allah!

Kloning Manusia, Upaya Manusia Menyamakan Diri dengan Allah Sang Khalik

Di samping itu, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sering tidak sesuai dengan perintah Allah. Menara Babel memberikan contohnya dengan mengupayakan agar manusia tidak terserak ke seluruh bumi, sebuah upaya yang jelas bertentangan dengan perintah Allah. Produk teknologi berupa internet tidak 100 persen aman! Internet berdampak negatif dengan kemudahan akses informasi pornografi, kekerasan, perjudian, penipuan, serta banyak tindakan kejahatan dan asusila lainnya.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata memberi dampak negatif dalam masalah komunikasi. Sering kita mendengar bahwa internet „mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat“. Dengan adanya teknologi informasi dan juga komunikasi, maka saat ini untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain menjadi jauh lebih mudah. Apabila pada zaman dulu manusia harus menunggu berhari-hari menggunakan pos, maka saat ini, dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, manusia dapat mengirim pesan dalam waktu hitungan detik, dengan cepat dan juga mudah. Namun sebaliknya, manusia menjadi semakin malas untuk berkomunikasi secara fisik. Semua komunikasi dilakukan secara maya, bahkan di antara sesama anggota keluarga yang tinggal di bawah satu atap. Bahaya komunikasi maya adalah sering terjadi kesalahpahaman sehingga terjadi miskomunikasi yang dapat meretakkan hubungan kasih antar anggota keluarga. Inilah dampak „menara Babel“ di mana manusia tidak memahami lagi apa yang disampaikan oleh sesamanya, meskipun menggunakan bahasa yang sama.

Internet Menjauhkan yang Dekat

Seperti halnya pisau bermata dua, teknologi memiliki dua sisi yang sangat bergantung kepada penggunanya. Di satu sisi, teknologi dapat menjadi malaikat penolong bagi kehidupan umat manusia. Di sisi lain, teknologi dapat menjelma menjadi Iblis yang jahat yang akan merusak sendi-sendi kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Maka, manusia harus bijak menggunakan teknologi dengan baik dan benar sehingga bermanfaat dan dapat menumbuhkembangkan manusia secara utuh. Dan jangan dilupakan, bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah sarana untuk semakin giat mewartakan kabar gembira!