SELAMAT JALAN IBU KARLA

Dipublikasikan tanggal 11 October 2017

SELAMAT JALAN BU KARLA

Aku Telah Mengakhiri Pertandingan yang Baik

Pada hari Rabu 11 Oktober 2017 jam 7.25 pagi Tuhan memanggil Ibu Karla, mantan ketua lingkungan Santa Maria Goretti wilayah Santo Damianus. Selain menjadi ketua lingkungan, Ibu Karla juga pernah aktif berkarya di bidang kateketik dengan menjadi pembina orang tua dan wali baptis bayi, katekis, serta pimpinan redaksi majalah Warta. Dari segi kepribadian, Ibu Karla dikenal sebagai orang yang periang, optimis dan cekatan. Namun, setelah beberapa saat lamanya Ibu Karla berjuang melawan penyakit yang dideritanya, akhirnya hari ini dia dipanggil menghadap Sang Pencipta.

Amanat apa yang dapat kita tarik dari pengalaman dan perjuangan hidup Ibu Karla? Saya teringat dengan kisah saat-saat akhir hidup Santo Paulus. Menurut tradisi Paulus dipenjarakan di Roma sekitar tahun 65 M dalam usia yang tidak muda lagi (bdk Flm 9). Sesaat sebelum dihukum mati oleh pemerintah Romawi, Paulus menulis sepucuk surat kepada Timotius (2 Tim). Paulus selalu berkeyakinan bahwa hidup adalah pertandingan atau perlombaan. Kepada jemaat di Korintus Paulus menulis,

“Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya! Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi. Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.” (1 Kor 9:24-27)

Bagi Paulus perjalanan hidup adalah pertandingan yang bertujuan untuk memenangkan hadiah, yakni mahkota abadi. Untuk itu dia tidak lelah melatih dan mendisiplinkan dirinya. Bagaimana caranya? Kepada Timotius, Paulus menjelaskan,

“Tetapi kuasallah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikan tugas pelayanamu!” (2 Tim 4:5)

Apakah Paulus mampu mencapai garis akhir?

“Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.” (2 Tim 4:7-8)

Sama seperti Paulus, kita dihadapkan kepada perlombaan wajib yang sama. Tinggal upaya kita menguasai diri, akan mampukah membawa kita kepada garis akhir yang sama seperti yang dialami oleh Paulus. Perlombaan ini memang tidak mudah, maka penulis surat kepada orang Ibrani mencatat,

“Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.” (Ibr 12:1-2)

Selamat jalan Ibu Karla yang terkasih, engkau sudah mengakhiri pertandingan yang baik, jadilah saksi yang selalu menyemangati kami yang masih berlomba untuk memenangkan mahkota abadi.