ASAL-USUL POHON NATAL

Dipublikasikan tanggal 05 December 2017

ASAL-USUL POHON NATAL

Pertarungan Santo Bonifasius dengan Dewa Thor

Bila kita berbicara tentang orang kudus, kita mungkin tidak pernah berpikir bahwa ada orang kudus yang berani menggunakan kapak atau palu, dan menebang pohon seperti pohon ek (tarbantin). Namun, ternyata ada orang kudus yang bertindak seperti itu, dan dialah Santo Bonifasius.

Santo ini lahir di Inggris pada sekitar tahun 680. Santo Bonifasius masuk biara Benediktin sebelum dikirim oleh Paus untuk menginjili wilayah-wilayah yang termasuk ke dalam wilayah negara Jerman sekarang. Pertama dia diutus sebagai seorang imam dan akhirnya sebagai seorang uskup.

Di bawah perlindungan Karl Martell Agung, Santo Bonifasius berkeliling ke seluruh wilayah Jerman untuk memperkuat daerah-daerah yang telah menerima pewartaan Injil dan membawa terang Kristus kepada mereka yang belum menerima Kabar Baik.

Tentang orang kudus ini, Paus Benediktus XVI mengatakan pada tahun 2009 bahwa pekerjaannya yang tak kenal lelah, sumbangsihnya untuk organisasi serta sifatnya yang luwes, bersahabat dan tegas sangat menentukan keberhasilan perjalanan misinya.

Penulis Henry Van Dyke menggambarkannya seperti itu pada tahun 1897 dalam bukunya The First Christmas Tree, "Betapa beliau adalah seorang pria yang baik! Beliau adil dan ringan tangan, tetapi lurus seperti tombak dan kuat seperti pohon ek. Wajahnya masih muda; kulitnya yang lembut kecokelatan oleh sinar matahari dan angin. Matanya abu-abu, bersih dan ramah, bersinar seperti api saat dia berbicara tentang petualangannya dan tindakan jahat para imam palsu yang dihadapinya. "

Pada sekitar tahun 723 Santo Bonifasius bepergian dengan sekelompok kecil orang ke wilayah Niedersachsen. Dia mengenal sebuah komunitas penyembah berhala di dekat Geismar yang pada pertengahan musim dingin, melakukan pengurbanan manusia (di mana kurbannya biasanya anak-anak) kepada Thor, Dewa Guntur, di bawah pohon ek yang mereka anggap suci dan dikenal sebagai "The Thunder Oak" (Pohon Ek Guntur).

Santo Bonifasius ingin menghancurkan pohon tersebut, tidak hanya untuk menyelamatkan kurban, melainkan juga untuk menunjukkan kepada orang-orang kafir bahwa dia tidak akan disambar petir yang dikirim oleh Dewa Thor.

Santo Bonifasius dan teman-temannya tiba di desa itu pada malam Natal tepat pada waktunya untuk menghentikan upacara pengurbanan tersebut. Dengan tongkat uskup di tangannya, Santo Bonifasius mendekati orang-orang kafir, yang telah berkumpul di bawah Pohon Ek Guntur, dan berkata, "Inilah Pohon Ek Guntur, dan inilah Salib Kristus yang akan menghancurkan palu dari ilah palsu, Thor."

Sang algojo mengangkat palu untuk mengeksekusi anak kecil yang akan dikurbankan. Namun,  sang Uskup membentangkan tongkatnya untuk menangkis pukulan tersebut dan secara ajaib memecahkan palu batu besar itu dan menyelamatkan nyawa anak tersebut.

Setelah itu, dikisahkan bahwa Santo Bonifasius berbicara demikian kepada orang-orang, "Dengarkanlah anak-anak hutan! Darah tidak akan mengalir malam ini, karena malam ini lahirlah Yesus Kristus, Anak Allah Yang Mahatinggi, Juruselamat manusia. Dia lebih berkuasa daripada semua ilah. Mulai hari ini, upacara pengurbanan telah berakhir. Pohon berdarah ini tidak akan pernah mencemarkan tanahmu lagi. Dalam nama Tuhan, saya akan menghancurkannya."

Kemudian, Santo Bonifasius mengambil kapak yang ada di sana, dan menurut tradisi, ketika dia mengacungkan kapak itu dengan kuat ke arah pohon ek, hembusan angin kencang meniup hutan dan merobohkan pohon itu sampai ke akar-akarnya. Pohon itu roboh ke tanah dan pecah menjadi empat bagian.

”Rasul Jerman" ini terus berkhotbah kepada orang-orang Jerman yang takjub dan tidak percaya bahwa penebang Pohon Ek Guntur tidak kena tulah Dewa Thor. Santo Bonifasius menunjuk ke sebuah pohon cemara kecil dan berkata, "Pohon kecil ini akan menjadi pohon sucimu malam ini. Inilah kayu perdamaian, inilah adalah tanda kehidupan kekal, karena daunnya akan selalu hijau. Lihatlah  bagaimana ujung pohon mengarah ke langit. Inilah pohon Kanak-kanak Yesus. Berkumpullah kalian di sekitarnya di rumah kalian, dan kalian akan mendapatkan perlindungan, kasih sayang dan kebaikan".

Dengan demikian, orang Jerman memulai tradisi baru malam itu, yang berlanjut sampai sekarang. Mereka membawa pohon cemara ke rumah mereka, menghiasnya dengan lilin dan pernak-pernik serta merayakan kelahiran Sang Juruselamat. Santo Bonifasius, Sang Rasul Jerman memberi kita sekarang apa yang kita kenal sebagai Pohon Natal.