MARTA, MARIA DAN LAZARUS

Dipublikasikan tanggal 08 February 2018

MARTA, MARIA DAN LAZARUS

Keluarga dari Betania yang Dikasihi Yesus

Pendalaman Iman Masa Prapaskah 2018 mengangkat tokoh Marta dan Maria dari Betania dalam salah satu permenungannya (pertemuan pertama). Kedua kakak beradik ini memiliki sifat yang berbeda. Polarisasi karakter kedua tokoh ini kadang lebih banyak didiskusikan daripada pengenalan akan kedua orang ini. Tulisan ini berupaya untuk menyampaikan informasi tentang Marta dan Maria serta adiknya Lazarus dalam upaya untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang sahabat-sahabat Yesus ini.

Marta dan Maria disebut dalam tiga kisah di Kitab Suci (Luk 10:38-42, Yoh 11:1-45 dan Yoh 12:1-8). Ada juga yang mengaitkan tokoh wanita yang mengurapi Yesus di Injil Matius (Mat 26:6-13) dan Injil Markus (Mrk 14:3-9) dengan Maria karena kejadian itu juga terjadi di Betania. Kitab Suci tidak pernah menyinggung mengenai orang tua atau pasangan hidup mereka. Mungkin mereka belum menikah karena usia mereka masih muda belia dan mungkin pula mereka adalah yatim piatu, atau bahkan janda yang tidak menikah lagi.

Ada juga yang menyimpulkan bahwa mereka adalah anggota kaum Eseni yang hidupnya bermati raga (askese) sehingga memilih hidup selibat.  Catatan dalam Gulungan Laut Mati (Dead Sea Scroll) menyebutkan bahwa kaum asketik ini memiliki sebuah rumah singgah di Betania untuk orang-orang yang dianggap najis, termasuk orang-orang kusta. Rumah singgah ini mungkin juga membantu akomodasi bagi orang-orang miskin dan tersisihkan. Yesus pun mungkin pernah menginap di rumah singgah ini bersama-sama dengan orang-orang miskin, sehingga Dia bersabda, “Karena orang-orang miskin selalu ada pada kamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada pada kamu.” (Yoh 12:8, bdk. Mat 26:11, Mrk 14:7)

Marta disebut pertama kali dalam penyebutan nama mereka sehingga disimpulkan dia adalah kakak tertua dalam keluarga (Yoh 11:5), diikuti oleh Maria dan terakhir Lazarus. Peran Lazarus pun nyaris tidak ada dalam Kitab Suci kecuali menjadi tokoh terkenal karena peristiwa Yesus membangkitkannya dari kubur. Maka, kalau benar Lazarus adalah adik bungsu dalam keluarga, maka kematiannya sungguh amat memprihatinkan. Andaikata benar mereka masih berusia muda belia, kemungkinan besar usianya masih belasan tahun karena biasanya wanita pada zaman itu menikah pada usia 16 tahun.

Kalau saja kita beranggapan bahwa kisah keluarga Betania ini tidak terjadi dalam sebuah rumah singgah, maka nampaknya mereka adalah keluarga mampu dengan rumah yang cukup besar untuk menampung Yesus dan murid-murid-Nya. Apalagi, Maria memiliki minyak narwastu yang harganya tiga ratus dinar, kurang lebih upah kerja selama satu tahun (Yoh 12:3-8). Marta nampaknya menjadi kepala rumah tangga (Luk 10:38). Nama “Marta” dalam bahasa Aram (מַרְתָּא) berarti “nyonya atau nona rumah”. Memang Perjanjian Baru sering menyebut nama wanita-wanita kaya tanpa menyinggung nama suaminya misalnya Maria Magdalena atau Lidia sang pebisnis tekstil dari kota Tiatira (Kis 16:14).

Dari sisi karakter, Kitab Suci mencatat sifat Marta yang praktis dan lugas (Luk 10:40, Yoh 11:39, 12:2), sedangkan Maria lebih emosional (Yoh 11:32-33, 12:3). Maria juga lebih terkenal (Yoh 11:45) bahkan sampai sekarang. Marta dalam kisah Luk 10:38-42 ditampilkan secara kurang adil karena dinilai lebih mementingkan pelayanan jasmani Yesus. Namun, sesungguhnya dia pernah membuat pernyataan yang tegas tentang imannya kepada Yesus dan tentang kehidupan kekal. Hal ini dicatat dalam Injil Yohanes:

  • “Aku (Marta) tahu bahwa ia (Lazarus) akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman.” (Yoh 11:24)
  • “Ya Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia.” (Yoh 11:27)

Pernyataan kedua mirip dengan pernyataan Petrus dalam Injil Matius (Mat 16:16), “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!”

Baik Marta maupun Maria adalah murid yang dikasihi Yesus. Posisi Maria duduk dekat kaki Yesus (Luk 10:39) merupakan posisi seorang murid yang sedang belajar dari gurunya. Sebaliknya, Marta sibuk melayani Yesus, mungkin dengan menyiapkan santapan bagi-Nya. Melayani dan menyiapkan makanan bagi seorang tamu merupakan tugas yang sangat mulia dalam budaya pada saat itu. Marta telah melakukan hal yang baik, tetapi Maria telah memilih bagian yang terbaik, yakni berada di samping Yesus dan belajar dari-Nya (Luk 10:42). Yesus berjanji bahwa bagian terbaik itu tidak akan pernah diambil dari padanya.

Kemudian Maria memilih melakukan hal yang lebih dahsyat lagi untuk menyatakan kasihnya kepada Yesus. Dia mengurapi kaki Yesus dengan minyak narwastu yang sangat mahal dalam persiapan wafat-Nya (Yoh 12:1-8). Maria dikritik oleh Yudas karena dianggap melakukan pemborosan, tetapi Yesus membelanya.

Kata Betania sendiri berasal dari dua kata “beth” artinya “rumah” dan “ana” artinya “miskin”. Kota Betania disebut demikian barangkali karena ada rumah singgah untuk orang-orang sakit dan tidak mampu. Yesus mendapat sambutan yang hangat, penuh kasih dan keramahtamahan dari sahabat-sahabatnya di Betania. Maka, tidak heran Yesus melewatkan banyak waktu di Betania dalam minggu-minggu terakhir hidupnya di dunia. Yesus memulai perjalanannya masuk kota Yerusalem dari Betania (Mrk 11:1, Luk 19:29), lalu tinggal di Betania pada minggu berikutnya (Mat 21:17, Mrk 11:11-12). Nampaknya Yesus menghabiskan hari-hari terakhir-Nya di rumah Marta. Menurut Injil Lukas, setelah wafat dan kebangkitan-Nya, Yesus juga naik ke surga dari suatu tempat di dekat Betania (Luk 24:50-51).

Marta dan Maria adalah wanita-wanita yang beriman kuat dengan spiritualitas yang mengagumkan serta devosi yang luar biasa. Gereja membutuhkan banyak Marta dan banyak Maria yang mau melewatkan banyak waktu bersama Yesus, untuk melayani-Nya dan belajar dari pada-Nya.