MENJADI ORANG TUA KATOLIK

Dipublikasikan tanggal 10 April 2019

Menjadi Orang tua Katolik

Seksi Kerasulan Keluarga ( SKK) Paroki St.Lukas Sunter kembali mengadakan acara rekoleksi keluarga pada 7 April 2019 di pondok paroki, bertemakan Menjadi Orang tua Katolik( MOKA) untuk anak usia 6-12 tahun. Sejalan dengan arahan dan program dari Keuskupan Agung Jakarta, rekoleksi yang dihadiri sekitar 35 peserta ini merupakan tahap lanjutan  dari rekoleksi sebelumnya yang berfokus pada anak usia 0-5 tahun yang telah sukses diselenggarakan pada Januari 2019 lalu.

Rekoleksi dibuka oleh Pastor Bonaventura OFMConv dengan doa pembukaan, selanjutnya Petrus Hadrun selaku Ketua SKK Paroki St Lukas memberikan kata sambutan dan informasi mengenai program rutin SKK. Pembicara dalam rekoleksi ini adalah pasutri Antonius Tanuwijaya-Linggawati Roeslim dan pasutri Wilhelmus Slamet Riyadi Halim-Cecilia Tresdiana Marly.

Self Donative Parenting (SDP), pemberian diri orang tua kepada anak, pemberian diri tersebut bersifat seumur hidup. Meneladani Yesus Kristus sendiri yang telah rela mengorbankan diriNya untuk menyelamatkan umat manusia. SDP bukanlah tugas tambahan sebagai orang tua, tetapi sudah diucapkan di awal pada waktu janji pernikahan antara suami dan istri, “…berjanji untuk mendidik anak-anak yang dianugerahkan Tuhan kepada kita…” . Anak adalah anugerah, begitu pula dengan menjadi orang tua adalah suatu anugerah. SDP juga  berarti menghadirkan Kristus dalam rumah kita, orang tua dan anak saling melihat bahwa tiap pribadi adalah Tuhan sendiri.

Sejak bayi lahir, orang  tua sudah memberikan perhatian 24 jam, mendengarkan dan menanggapi anak. Seiring pertumbuhan anak, maka peran orang tua dalam membangun relasi dengan anak sangat penting. Anak melakukan dan belajar dari apa yang mereka lihat dan dengar dari sekitarnya.  Menjadi orang tua Katolik adalah tugas berdua suami dan istri. Ayah dan ibu sebaiknya menyatukan pendapat sebelum mengasuh anak supaya tidak menimbulkan kebingungan pada anak. Hubungan baik antara suami dan istri harus tetap terjaga, jangan karena berbeda pendapat mengenai anak, hubungan dengan pasangan menjadi tidak baik.

Ada beberapa hal yang menjadikan orang tua Katolik berbeda yaitu menempatkan Kristus sebagai hal utama dalam keluarga dan meneladan Kristus yang memberikan diri bagi keselamatan manusia melalui Self Donative Parenting.  Doa dan Ekaristi menjadi bagian dari keseharian hidup keluarga Katolik. Anak usia 6-12 tahun berarti anak sudah memasuki kehidupan Sekolah Dasar. Ada 4 hal dalam pengasuhan anak SD yaitu kebiasaan belajar, spritualitas, sosialisasi dan seksualitas, semuanya itu berdasar pada kasih dan tanggung jawab.

  • Kebiasaan Belajar- Orang tua adalah pendidik yang utama, kenali cara belajar anak apakah dia cenderung lebih mudah menangkap pelajaran dengan cara visual (melihat/ membaca), auditori(mendengar) atau kinestetik( sambil melakukan aktivitas )? Biasakan untuk mengawali dengan doa dan mengangkat rasa percaya diri anak.
  • Sosial- Anak juga perlu belajar bersosialisasi dengan keluarga, teman sebaya dan bijak dalam memanfaatkan teknologi informasi. Peran orang tua dalam menjalin kelekatan dengan anak tetap harus dipelihara. Biasakan anak bertutur  kata yang sopan, berperilaku sopan, ucapkan kata tolong, maaf, apa yang bisa saya bantu dan terimakasih.
  • Spritualitas- Tugas orang tua untuk mengajarkan pemahaman iman Katolik kepada anak ( Ulangan 11:19). Diharapkan orang tua memotivasi iman anak dengan kasih Allah bukan dengan ancaman dosa dan neraka. Iman itu penting sebagai bekal anak di masa depan melampui bekal harta benda.
  • Seksualitas- jika anak bertanya tentang seksualitas, katakan apa adanya sesuai kemampuan nalar anak. Pernikahan orang tua yang harmonis diharapkan dapat menjadi contoh bagi anak.

Artikel : Santi    Foto : HH