Hari ke-2 Live-in Bina Iman Remaja Santo Lukas

Dipublikasikan tanggal 03 July 2019

Hari ke-2 Live-in Bina Iman Remaja St Lukas

Part 1

Hari ini kegiatan utama kami adalah beraktivitas bersama orangtua asuh kami. Yuuuk kita menikmati celotehan anak-anak kita. Kak Jonathan dan Gautier tinggal di rumah keluarga Pak Tamat, pensiunan TNI Angkatan Laut. Kami membantu merawat hewan ternak milik tetangga yang berupa kambing, sapi dan ayam. Seru sekali lho waktu kami diajarkan cara memberi makan kambing dan sapi dan cara merawatnya. Pak Tamat memiliki kebun buah-buahan yang luas, tapi sayangnya belum musim jadi kami tidak bisa membantu memanennya. Di usianya yang ke-71, Pak Tamat masih rajin bekerja. Kami sungguh terinspirasi oleh semangatnya.

Angel dan Tracy juga punya cerita membantu Bapak dan Ibu Suki berjualan nasi pecel di pasar. Ibu sudah mempersiapkan  bahan sebelum tidur dan mulai memasak dari jam 3 subuh. Masaknya masih pakai kayu bakar lho. Ibu berangkat ke pasar dari jam 4. Kami sih menyusul pada jam 6. Seru sih membantu Ibu berjualan tapi kami tidak mengerti apa pun karena semua menggunakan bahasa Jawa. Kami belajar tentang arti kerja keras dari Ibu Suki yang sudah berusia 68 tahun. Dan masakannya enak.

Hola, Jesslyn dan Catheryn tinggal di rumah keluarga Bapak Suparmin. Seru lho tugas kami: memberi makan kambing dan sapi, menyapu rumah, membantu Ibu memasak dengan menggunakan tungku. Asiknya di sini adalah tidak berisik seperti di kota. Kami merasa senang dan nyaman, sejuk dan damai, serta bisa lebih mandiri.

Willene dan Caca tinggal di rumah Pak Hendri yang masih memiliki anak kecil-kecil. Jadi tugas kami adalah mengasuh anak dan mengajak main, bahkan ikut mengambilkan raport. Senangnya kami di sini adalah makanannya yang enak. Kami pun dapat beradaptasi dengan mudah karena penerimaan keluarga asuh kami. Jadinya kami merasa nyaman dan tidak canggung.

Josh dan Kent yang tinggal di rumah keluarga Bapak Katino : kami banyak membantu pekerjaan rumah selain juga keluar untuk menyapa tetangga sekitar walaupun kami tidak kenal. Di sini kami belajar untuk peka dan berempati sehingga siap untuk mengulurkan tangan kepada orang lain. Kami juga merasakan syukur dan sukacita karena teman-teman baru yang selalu peduli dengan kami.

Artikel: Lina Mustopoh