Hari ke-2 Live-in Bina Iman Remaja Santo Lukas

Dipublikasikan tanggal 04 July 2019

Hari ke-2 Live-in BIR

Part 3

Calyne dan Lala tinggal di rumah keluarga Bapak Hendry. Pekerjaannya adalah berladang. Biasanya mereka menanam  cabai tetapi saat ini sedang bercocok tanaman jagung. Jadi kami menemani bapak menyirami jagung. Dengan mencuci, menyapu, mengepel, kami belajar mengambil bagian dalam melaksanakan pekerjaan keluarga. Kami senang karena keluarganya baik, ramah dan suka mengobrol.

Angie dan Olga punya cerita tentang Pak Paeran yang bertani dan Ibu Paeran yang membuka toko. Free wifi lho di rumahnya ... sayangnya handphone kami sedang dikumpulkan. Jadi kegiatan kami adalah membantu menjaga toko dan naik sepeda. Kami juga membantu memasak tempe orek, kangkung pedas, dan nasi goreng. Selain itu juga membantu mencuci piring. Menurut mereka, sederhana dengan makan apa adanya ternyata bisa tetap hepi.

Austin dan Kevin tinggal bersama keluarga Bapak Marianus Singgih. Bapak dulunya tukang bangunan tapi sekarang lebih banyak bekerja di kebun. Kami sendiri lebih banyak membantu Ibu menjaga toko. Selain itu kami pun membantu mencuci piring. Pernah kami diajak untuk memancing. Pada dasarnya kami merasa cukup nyaman dan senang tetapi agak bosan karena tidak terlalu banyak kerjaan.

Feo dan Fanny tinggal di rumah Ibu Margaret Siti Kotijah yang bertugas memasak untuk gereja. Masakannya enak-enak lho. Bapak bekerja di Jepara, jadi kita tidak bertemu dengan bapak. Rumah kami sangat nyaman karena karena baru dibangun. Letaknya sangat dekat dengan gereja, hanya tinggal menyeberang jalan. Kami sangat senang karena ibu sangat perhatian. Kami pun membantu ibu dengan menyapu dan beres-beres rumah.

Michelle dan Vanessa tinggal di rumah ibu Lini. Beliau memiliki sebuah warung yang di kelola oleh nenek. Bapak bekerja di peternakan. Pada hari ke-2, kami bangun pagi sekali karena banyak orang  yang sedang berbelanja di warung. Lalu kami pun segera membantu nenek untuk melayani pembeli. Walaupun kami tidak paham tentang warung tetapi kami tetap membantu dengan memasukan barang ke dalam kantung plastik. Sehabis membantu nenek, kami menyapu rumah sebelum makan pagi dan mandi. Pada siang hari, kami pergi ke ladang tebu di belakang rumah. Hari ini merupakan pengalaman pertama kali memakan tebu, manis benar rasanya. Kegiatan lainnya adalah memberi makan sapi sebelum kami latihan e-nite di gereja. Sehabis latihan,kami diajak Bapak menonton kuda lumping. Asik sekali bisa menonton secara live, apalagi para pemain menampilkan pertunjukan dengan sangat bagus. Pelajaran yang kami dapat adalah belajar untuk hidup sederhana. Kami pun dapat bahagia dengan cara yang sederhana.

Gerard dan Sergio tinggal di rumah Pak Wuryanto. Hal seru yang kami lakukan adalah pergi ke ladang dan mencoba menyangkul. Selain itu, kami pun belajar mengurus ternak ayam. Memang tidak mudah untuk beradaptasi dengan kehidupan di desa, namun kami tetap berusaha untuk menikmatinya. Gerard pun dapat melakukan proses adaptasi dengan baik. Terima kasih ya untuk Bapak dan Ibu yang selalu bersikap baik kepada kami.

Anthony dan Allen mendapatkan kesempatan mengalami kehidupan desa di rumah Pak Karji. Kegiatan kami adalah memberi makan ayam, ikan, sapi, kambing, soang, bebek, kalkun, ayam mutiara, dan ayam kate. Pengalaman yang paling seru adalah mengelilingi desa dengan sepeda. Hati rasanya senang sekali walaupun capek dan pegal. Orangtua kami sangat sederhana, namun mereka mau menjamu dan melayani kami dengan sepenuh hati. Terima kasih Ibu dan Bapak.

Tinggal di desa benar-benar meninggalkan kesan mendalam bagi kami, Victoria dan Felicia. Kami disambut dengan hangat dan diperlakukan bagai anak kandung. Makan bersama dan berdoa bersama menjadi kebiasaan yang menyenangkan. Pengalaman paling seru adalah ketika kami berkunjung ke stasi lain. Kami sempat nyasar ke area persawahan, namun kami tetap senang dengan canda tawa serta kebersamaan bersama teman-teman. Belajar membantu dan peduli terhadap orang-orang di sekitar menjadi pelajaran yang dapat dipetik. Hidup serba sederhana bukan berarti tidak dapat berbahagia. Aku pun belajar bahwa kebahagiaan itu berasal dari hal sederhana.

Artikel: Lina Mustopoh