BERDOA UNTUK ORANG MATI

Dipublikasikan tanggal 29 October 2019

DOA UNTUK ORANG MATI

Peringatan Arwah Umat Beriman

Setiap tanggal 2 November Gereja secara khusus mengenang dan berdoa bagi arwah semua orang beriman yang telah meninggal dunia. Mereka adalah saudara-saudari kita yang telah meninggal, namun masih berada di api penyucian. Bahkan seluruh bulan November dikhususkan untuk doa dan kurban demi memohon kerahiman Allah atas mereka. Dalam iman Gereja kita meyakini bahwa apa yang disebut Persekutuan para Kudus meliputi baik kita yang masih hidup di dunia ini (Gereja yang mengembara), semua orang kudus di surga (Gereja yang jaya) dan semua orang yang telah meninggal (Gereja yang menderita). Bersama-sama kita berhimpun di dalam satu Gereja yaitu Tubuh Mistik Kristus.

Apakah Kitab Suci mendukung praktik doa untuk orang mati? Pertama, harus ditegaskan bahwa tidak pernah ada perintah yang melarang doa untuk orang mati di dalam Kitab Suci. Memang Kitab Suci melarang manusia berkomunikasi dengan orang mati (Im 19:31; 20:6), namun hal ini tidak ada sangkut pautnya dengan berdoa untuk mereka. Dalam Kitab Suci ada setidaknya tiga teks yang berbicara mengenai doa untuk orang mati, meskipun harus diakui bahwa teks-teks ini sulit untuk ditafsirkan sebagai teks yang mendukung praktik tersebut.

2 Mak 12:39-45

Pada abad II SM bangsa Yahudi berperang melawan Yunani karena mereka menolak praktik budaya Yunani di negara Israel di bawah pimpinan Yudas Makabe. Ketika anak buah Yudas sedang mengumpulkan mayat-mayat serdadu yang gugur di medan pertempuran, mereka menemukan jimat berhala di bawah jubah setiap orang yang mati itu. Hal ini tentu saja dilarang oleh hukum Taurat. Segera mereka berdoa memohon agar semua dosa yang telah dilakukan oleh serdadu-serdadu yang wafat di medan pertempuran itu dihapus semuanya. Mereka juga mempersembahkan kurban penghapus dosa. Penulis kitab 2 Makabe memberi catatan bahwa ini sungguh suatu perbuatan yang sangat baik dan tepat, karena Yudas memikirkan kebangkitan. Dia menyuruh mengadakan kurban penebus salah untuk semua orang yang sudah mati itu, supaya mereka dilepaskan dari dosa mereka.

Teks ini jelas mengisahkan tentang doa untuk orang mati, namun ada dua masalah berkaitan dengan teks ini. Pertama, kitab 2 Mak termasuk dalam kitab-kitab Deuterokanonika yang hanya diterima oleh Gereja Katolik dan Gereja Ortodoks, dan tidak diterima oleh Gereja-gereja Protestan. Kedua, penafsiran teks ini bisa saja beragam. Beberapa ahli meyakini bahwa teks ini membuktikan bahwa praktik doa untuk orang mati lazim dilaksanakan menurut adat Yudaisme Palestina. Ahli-ahli lain meyakini bahwa teks ini hanya satu kisah tunggal dan tidak diulang lagi di bagian Kitab Suci yang lain.

Yudas Makabe Berdoa dan Mempersembahkan Kurban bagi Orang-orang Mati

2 Tim 1:16-18

Dalam salam pembuka surat kedua Rasul Paulus kepada Timotius, Paulus berdoa kepada Allah untuk memberkati teman-temannya, „Tuhan kiranya mengaruniakan rahmat-Nya kepada keluarga Onesiforus … kiranya Tuhan menunjukkan rahmat-Nya kepadanya pada hari-Nya.“ Para ahli terbagi dalam penafsiran teks ini. Apakah pada saat itu Onesiforus masih hidup atau sudah mati? Kalau kita membaca 2 Tim 4:19, salam penutup dari Paulus ditujukan kepada Priska dan Akwila secara pribadi, tetapi kepada keluarga Onesiforus secara kolektif. Maka, kemungkinan besar Onesiforus pada saat itu sudah meninggal dan dengan demikian teks ini menunjukkan doa untuk orang mati. Akan tetapi, tentu saja penafsiran ini tidak mutlak karena tidak dicatat dengan jelas bahwa Onesiforus sudah mati pada saat itu.

1 Kor 15:29

Dalam pembelaannya tentang kebangkitan, Santo Paulus membuat sebuah pernyataan yang tegas, „Jika tidak demikian (tidak ada kebangkitan), apa faedahnya perbuatan orang-orang yang dibaptis bagi orang mati? Kalau orang mati sama sekali tidak dibangkitkan, mengapa mereka mau dibaptis bagi orang-orang yang telah meninggal?“ Para ahli menyimpulkan bahwa yang dimaksudkan di sini adalah baptisan orang-orang yang masih hidup demi orang-orang yang sudah mati, entah mereka itu katekumen yang belum dibaptis atau orang-orang yang tidak percaya. Kalau kita membaca teks ini, kita dapat menarik kesimpulan bahwa tindakan orang-orang hidup dapat membantu orang-orang yang sudah mati.

Sayang, sekali lagi teks ini tentu tidak bebas dari masalah. Tidak ada bukti historis bahwa ada praktik baptisan bagi orang mati di zaman Paulus atau sebelumnya. Mungkin saja ini adalah praktik yang hanya dilaksanakan di Korintus. Banyak pula ahli yang menafsirkan teks ini sebagai praktik di mana orang-orang yang tidak percaya dibaptis karena pengaruh orang-orang yang sudah mati.

Menoleh Sejarah

Selama berabad-abad lamanya, bangunan gereja integral dengan kuburan. Umat Kristen dimakamkan di kuburan di samping gereja. Ada mayat-mayat yang disemayamkan di lantai gereja atau di dalam dindingnya. Hal ini mengungkapkan komunitas yang integral antara orang-orang yang masih hidup dan yang sudah mati. Sepanjang masa anggota Gereja yang sudah mati tetap hadir bersama anggota Gereja yang masih hidup sebagai anggota Tubuh mistik Kristus. Umat Kristen yang pada hari Minggu beribadah di gereja dan arwah umat beriman yang menantikan kebangkitan berbagi satu iman dan satu pengharapan. Apabila kita menginjakkan kaki di katedral-katedral yang dilengkapi dengan makam di dalamnya, misalnya Katedral Turku di Finlandia, Domkerk di Utrecht, Hereford Cathedral di Inggris, kita menoleh sejarah dan menemukan doa untuk orang mati pada makam-makam dalam bangunan gereja tersebut.

Tulisan-tulisan Kristen awal mengungkapkan doa untuk orang mati. Salah satunya adalah tulisan apokrif abad kedua yang berjudul „The Acts of Paul and Thecla“, di mana Thecla rasul wanita berdoa untuk keselamatan Falconilla yang sudah mati, namun belum dibaptis. Demikian pula tulisan abad ketiga „The Passion of Perpetua and  Felicitas“ mengisahkan bahwa Perpetua berdoa untuk orang yang sudah mati, yaitu Dinocrates, saudaranya yang belum dibaptis. Demikian pula Tertulianus dari Carthage mencatat doa yang didaraskan pada saat orang meninggal dan pada hari ulang tahun kematiannya, „kami mempersembahkan kurban untuk orang yang sudah meninggal … untuk memperingati hari ulang tahun kelahirannya dalam hidup abadi“.

Anggota Gereja yang Masih Hidup dan yang Sudah Mati Berhimpun dalam Satu Iman dan Satu Pengharapan