PERAYAAN NATAL 2020: ANEH ATAU ISTIMEWA?

Dipublikasikan tanggal 26 December 2020

PERAYAAN NATAL 2020: ANEH ATAU ISTIMEWA?

Seperti halnya perayaan Paskah di awal tahun 2020 yang penuh kegelisahan, perayaan Natal tahun ini juga diwarnai kegundahan. Misa masih perlu dilaksanakan secara online. Kalaupun ada yang offline jumlah umat yang boleh hadir masih sedikit dan hanya untuk kelompok umur tertentu. Protokol dan prosedurnya pun sangat ketat. Absolusi diberikan secara umum oleh Bapak Uskup lewat televisi/Youtube. Kok begini, ya? Perayaan macam apa ini? Natal tahun ini terasa aneh!

Perayaan Ekaristi Malam Natal dan Hari Natal di paroki yang biasanya terasa meriah dan penuh keceriaan menjadi terasa suram. Dekorasi gereja tampak sangat sederhana, hanya ada penanda fundamental perayaan Natal yaitu  Keluarga Kudus. Ornamen Natal lainnya hanya ditandai oleh pohon Natal, itu pun dengan hiasan sederhana. Kebersamaan dalam gereja rasanya semu, terasa setengah hati.

Apakah itu yang kita rasakan? Bagaimana memaknai Natal 2020? Kalau bertanya bagaimana sensasi fisik panca indra merasakan suasana Natal tahun ini, sepertinya akan disimpulkan rasanya tidak enak dan mengecewakan. Indera visual kurang terpuaskan karena hiasan Natal yang sepi. Indera pendengaran merindukan musik-musik Natal di pusat-pusat perbelanjaan, indera penciuman mencari-cari keharuman masakan khas Natal, indera pengecapan mengecap rasa-rasa yang membosankan. Kunjungan ke para sahabat dan anggota keluarga lainnya harus ditunda, jabat tangan, pelukan, dan kecupan masih perlu disimpan dulu.

Bagaimana dengan hati? Apakah hati kita juga memaknai Natal seperti halnya sensasi fisik? Situasi pandemi memaksa kita menepi. Ketika kita harus diam di rumah, sebetulnya ini adalah kesempatan menilik isi hati dalam keheningan. Tuhan lahir di kandang domba dalam keterbatasan dan kesederhanaan, namun para malaikat bernyanyi dengan gegap gempita. Lalu bagaimana caranya hati dapat turut bernyanyi bersama para malaikat menyambut kelahiran Tuhan dalam kesepian ini?

Secara psikologis, sering kita temukan pernyataan bahwa kita bisa merasa kesepian meskipun berada di tengah pesta. Sebaliknya, kita pun bisa merasa berpesta dalam hati meskipun berada dalam kesepian fisik. Tuhan memampukan kita mengelola hati. Kita bisa meminta hati kita untuk berhenti kecewa dan mengajaknya untuk berpesta. Biarlah kemeriahan Natal kita rasakan dalam hati. Inilah saatnya Natal dirasakan oleh hati secara lebih jujur, otentik, dan tulus. Jika demikian, perayaan Natal di masa pandemi adalah Natal yang penuh syukur. Kehadiran Tuhan Yesus sebagai penyelamat bukan sekedar janji. Ia sungguh hadir memberikan harapan akan keselamatan dari Allah. Harapan akan Tuhan tidak pernah mengecewakan. Natal ini menjadi terasa istimewa.

Artikel : AOS

Klik disini untuk melihat foto- foto Misa Malam Natal