MENDENGAR TELINGA HATI: APA TUH ?

Dipublikasikan tanggal 29 May 2022

 “Samuel ! Samuel !” Dan Samuel menjawab : “Berbicaralah, sebab hambaMu ini mendengar.” (1 Samuel 3 : 10). Inilah iman ! Mendengar Allah berbicara adalah iman dalam Perjanjian Lama. Dalam Perjanjian Baru beriman berarti mendengarkan apa yang diwartakan Yesus. Kemudian, Yesus berkata, “Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, biarlah ia mendengar !” (Markus 4 : 9)

Satu-satunya panca indera yang tidak bisa kita gerakkan sesuka hati kita ialah telinga. Namun, panca indera inilah yang berfungsi paling baik bagi seorang bayi. Seorang bayi yang baru berumur 1 bulan tidak dapat melihat dengan baik. Kemampuan penglihatannya hanya sekitar satu jengkal tangan orang dewasa namun ia sudah dapat mendengar dengan baik. Saat seorang memanggil, sang bayi langsung berpaling ke arah suara tersebut.

Pada awal Januari 2022 yang lalu, sebuah media sosial(1) merilis artikel tentang 4 akibat fatal jika tidak mau mendengarkan pendapat orang lain, yaitu :

a. Tidak memperoleh dukungan dari mereka.

b. Sulit menjadi pemimpin yang baik.

c. Mudah terjerumus dalam kesalahan.

d. Saat menghadapi kesulitan, tidak ada orang yang mau menolong.

Dr Richard Carlson, seorang berkebangsaan Amerika yang menulis seri buku “Don’t Sweat the Small Stuff “ (‘Jangan Membesar-besarkan Masalah Kecil’) yang telah mendunia, mengatakan bahwa kebutuhan terbesar dari lubuk hati manusia ialah didengarkan dan dimengerti.

Pada Hari Komunikasi Sosial Dunia ke 56, Paus Fransiskus, dalam pesan apostoliknya, mengajak kita untuk mendengarkan dengan telinga hati. Mendengarkan dengan telinga hati berarti menerima kata-kata tidak hanya secara jasmani melalui telinga, tetapi juga secara rohani dalam hati. St Agustinus pernah mengatakan,”Jangan menaruh hatimu di telinga, tetapi taruhlah telinga di dalam hatimu.”

Suatu malam di depan sebuah Café di Buenos Aires, Argentina, Amerika Selatan, seorang gadis buta berjualan bunga-bunga mawar. Biasanya bunga mawar itu dibeli oleh para pemuda untuk diberikan kepada gadis pujaannya. Namun, malam itu tak seperti biasanya. Seorang pemuda setengah mabuk baru saja keluar dari café. Dia melihat gadis buta yang menawarkan bunga-bunga mawar indah yang ada di dalam sebuah box. Tanpa pikir Panjang, pemuda itu menendang box yang berisi penuh mawar. Sambil tertawa terbahak-bahak, ditendangnya pula sebuah kotak kayu kecil yang berisi beberapa uang logam. Uang-uang logam itu berhampuran ke jalanan. Pemuda itu pergi sambil terhuyung-huyung.

Seorang pria setengah baya yang sedang menikmati kopi latte-nya memperhatikan semua itu. Setelah pemuda itu pergi, pria setengah baya mendekati gadis yang buta itu. “Tenanglah, Nak. Aku akan membereskan semuanya untukmu.” Uang-uang logam itu dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam kotak kayu, demikian pula bunga-bunga mawar yang berhamburan di jalan.

“Apakah saya boleh meraba wajah bapak?,” pinta gadis itu. “Boleh,” jawab pria itu. Gadis itu meraba rambut bapak itu yang agak panjang. Tangan gadis itu lalu menyentuh kumis dan janggut pendek bapak itu. Lalu gadis itu bertanya lagi, ”Apakah bapak adalah Yesus?” Bapak itu menjawab dengan lembut, ”Bukan, tapi aku adalah muridNya.”

Sebagai murid Yesus, kita perlu memiliki waktu yang tenang. Dengan tenang memperhatikan sekeliling kita dan melihat apa yang terjadi. Kita mendengar apa yang diri kita katakan. Kita perlu hening untuk mendengarkan apa yang Allah katakan untuk kita. Perlu kesabaran untuk itu. Kemudian … kita harus bertindak.

Orang yang mendengarkan dengan hati adalah orang yang memiliki saat hening. Bercakap-cakap dengan suara hati, mendengar dengan rendah hati dan bertindak demi kebaikan.

Apakah saudara sudah mendengarkan dengan telinga hati selama ini? Jika belum, mari kita mulai melakukannya sekarang juga. (yhe)

(1)  Klik disini untuk melihat tautan artikel