PERAN DALAM MEMPERINGATI HARI HUTAN SEDUNIA

Dipublikasikan tanggal 21 March 2023

MENGAMBIL PERAN DALAM MEMPERINGATI HARI HUTAN SEDUNIA.

Ide mengenai hari hutan sudah digagas sejak tahun 1971 pada Sidang Umum Konferensi Organisasi Pangan dan Pertanian Eropa. Memakan waktu puluhan tahun hingga akhirnya  Sidang Umum Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) yang diselenggarakan pada tanggal 28 November 2012 memutuskan bahwa Hari Hutan Internasional diperingati setiap tahun pada tanggal 21 Maret, mulai sejak tahun  2013.  PBB menilai perlunya hari khusus untuk memperingati kawasan hutan secara internasional demi kelestarian hutan di seluruh dunia.

Peringatan ini bertujuan untuk mengingatkan masyarakat mengenai pentingnya hutan bagi kelangsungan kehidupan makhluk hidup, khususnya manusia, sehingga dapat  memberikan pengaruh terhadap seluruh kehidupan di Bumi. Terlebih masih banyaknya kasus penebangan dan pembakaran hutan yang terjadi sehingga kondisi hutan semakin memprihatinkan. Setiap tanggal 21 Maret negara-negara di dunia didorong untuk melakukan berbagai upaya dari bersifat lokal, nasional, ataupun internasional. Para aktivis lingkungan hidup juga mencari berbagai acara meningkatkan kesadaran dari masyarakat mengenai hutan.

Hutan menjadi tempat hidup dari berbagai makhluk hidup yang juga menjadi sumber makanan bagi manusia. Hutan memegang peranan yang penting bagi keberlangsungan kehidupan, karena hutan bisa mencegah terjadi bencana alam, seperti banjir, tanah longsor, dan lainnya. Sehingga, peran serta masyarakat sangat penting untuk menjaga hutan agar ekosistem dunia bisa tetap seimbang. Terdapat beragam ekosistem yang hidup di hutan dan jika hutan terus menerus ditebangi maka bisa merugikan makhluk hidup, khususnya manusia itu sendiri.

Meski mungkin kita tak menyadarinya, banyak kegiatan sehari-hari yang dilakukan dengan menggunakan produk yang berasal dari hutan. Mulai dari makanan, kursi yang kita gunakan, masker, atau kertas di buku catatan. Hal ini menunjukkan bahwa kelangsungan hidup kita bergantung pada hutan. Jadi manfaat hutan menjadi habitat satwa dan sumber mata pencarian manusia, menjadi tempat berlindung, mencegah terjadinya erosi dan memitigasi perubahan iklim.


Kondisi ini juga mendorong Gereja untuk mencari solusi yang tepat atas masalah yang terjadi di depan mata. Melalui ensiklik kedua Paus Fransiskus, Laudato si, dimana ensiklik ini memiliki subjudul On the care for our common home (Dalam kepedulian untuk rumah kita bersama), Paus Fransiskus mengritik konsumerisme dan pembangunan yang tak terkendali, menyesalkan terjadinya kerusakan lingkungan dan pemanasan global, serta mengajak semua orang di seluruh dunia untuk mengambil "aksi global yang terpadu dan segeraā€¯. Melalui pendekatan pastoral yang konkrit, Gereja perlu mengejawantahkan mandat budaya yang ada di dalam Alkitab, sehingga Gereja dapat terlibat aktif dalam mengatasi problem ekologi. Gereja perlu berperan aktif memberikan edukasi yang berorientasi kepada keterlibatan umat dalam melestarikan hutan dari tindakan yang tidak bertanggung jawab. Keterlibatan yang dapat  diwujudkan dengan mengedukasi umat tentang hakikat hutan serta melalui tindakan-tindakan praktis yang melibatkan umat untuk melestarikan hutan sebagai habitat bagi berbagai spesias mahkluk hidup. 


Sebagai umat Paroki Sunter, kita dapat ikut melestarikan hutan dan pohon dengan lima kebiasaan yang bisa dimulai dari rumah, seperti:

1.  Menanam pohon. Kita dapat membuat lingkungan sekitar menjadi lebih hijau dengan menanam pohon di halaman rumah atau di taman kompleks perumahan kita. Selain menyegarkan mata, hati dan pikiran, udara pun akan menjadi lebih segar.  Ada berbagai jenis bibit pohon dengan beragam ukuran yang bisa kita pilih.  Selain itu, kita juga dapat mencari tahu dan mengikuti aksi tanam pohon yang diadakan berbagai organisasi. 

2.  Hemat kertas.  Selain mengurangi penggunaan kantong plastik, ada baiknya kita juga mulai hemat menggunakan kertas di rumah ataupun kantor. Misalnya, dengan cara menggunakan kembali kertas bekas untuk menulis catatan atau untuk aktivitas lain yang membutuhkan kertas. Lalu saat mencetak dokumen, pastikan untuk mencetak pada kedua sisi kertas. Kita juga bisa mengguunakan kain untuk mengelap meja dan peralatan makan, bukan handuk kertas atau tisu. Sediakan tempat sampah daur ulang di kantor, dan pastikan juga bahwa sampah yang dibuang ke dalamnya dibawa ke pusat daur ulang.

3.  Memilih produk dengan kemasan ramah lingkungan saat berbelanja bahan makanan, biasakan untuk memperhatikan keterangan pada kemasan guna melihat tanggal kadaluwarsa dan mengecek apakah kemasan tersebut ramah lingkungan dan terbuat dari bahan yang berkelanjutan dan terbarukan. 

4. Memilah dan upcycle kemasan bekas sebelum membuang kemasan makanan atau minuman, berdasarkan materi kemasan. Memilah kemasan berbahan kertas/karton dari plastik, kaleng dan kayu, simpan di tempat yang terpisah, kemudian panggil organisasi pengumpul kemasan bekas. Bagi yang suka kerajinan tangan,  juga bisa meng-upcycle kemasan plastik menjadi barang baru, seperti tempat pensil, vas bunga, tempat pernak-pernik, dan banyak lagi. 

5.   Menggunakan media sosial. Saat menanam pohon dan merekam fase pertumbuhan pohon, atau saat memilah sampah, coba bagikan foto dan ceritanya di media sosial. Lalu, ajak teman-teman kita untuk ikut berbagi cerita tentang merawat lingkungan. Media sosial juga bisa menjadi sumber informasi seputar pelestarian hutan dan berbagai kegiatan ramah lingkungan.

Sebagai umat Paroki Sunter, dalam memperingati Hari Hutan Sedunia, mari kita melakukan pertobatan ekologis selama Masa Pra Paskah ini. Melalui hal-hal kecil tapi nyata, kita lakukan keterlibatan aktif dalam mewujudkan lingkungan sekitar kita menjadi lingkungan yang semakin hijau dan membawa manfaat untuk segala ciptaan.

(Dikutib dan disadur oleh Vian Bong)