Santo Leopoldus, 12 Mei

Dipublikasikan tanggal 12 May 2014

saint_leopold

12 Mei

Santo Leopoldus Mandic dari Herzegovina

Pestanya diperingati setiap tanggal 12 Mei. Herceg Novi terletak di Bosnia-Hercegovina, dekat Teluk Kotor di Pantai Adriatic dari Dalmatia. Wilayah itu pernah dikuai oleh Kekaisaran Austrio-Hungarian. Ordo Capuchins dari Provinsial Venetian telah hadir di Herceg Novi sejak 1688, mula-mula sebagai pembimbing rohani angkatan laut, kemudian berkembang sebagai penginjil dan pengkotbah. Mereka mempertahankan sebuah tempat tinggal kecil di Herceg Novi bahkan setelah tumbangnya Republik Venetian. Penduduk lokal ditandai dengan beraneka ragam etnis, budaya dan agama. Keragaman budaya dan etnis mencakup Croatia, Yunani, Serbia, Bulgaria, Rusia dan Turki. Selain Katolik Roma, juga ada Orthodox, Nestorians, Monophysites, dan Muslim.

Dalam lingkungan inilah Bogdan John Mandich, anak keduabelas dan terakhir dari Carlotta Zarevich dan Peter Mandich, dilahirkan pada 12 Mei 1866. Peter adalah keturunan sebuah keluarga ningrat kuno di Bosnia. Ayahnya memiliki armada penangkapan ikan Adriatic. Ibu Carlotta adalah Countess Eleanor Bujovich. Terperangkap dalam kancah pergolakan politik, keluarga itu telah kehilangan kemakmuran mereka dengan berjalannya waktu. Sejak kecil Bogdan telah belajar memiliki empati kepada mereka yang kehilangan martabatnya, baik secara sosial maupun moral. Dia mengerti kepedihan mereka karena pengalaman keluarganya sendiri. Dia selalu mengenang ibunya sebagai seorang yang "kepadanya saya berhutang segalanya sehingga aku dapat bertumbuh seperti ini".

Sewaktu berumur 16, pada 16 November 1882, Bogdan pergi ke Udine untuk belajar di Seminari Venetian Capuchins. Pada 2 May 1884, dia mulai hidup di biara di Bassana del Grappa(Vicenza), dan mengambil nama, Leopoldus. Dia mengucapkan kaul pertamanya pada 4 Mei 1885. Kaul kekal diucapkannya di Padua pada 28 Oktober 1888. Sekitar 1880, Uskup Joseph Juraj Strossmayer memulai suatu gerakan ekumenis yang berfokus pada persatuan dalam keberagaman, menguduskan katedral Djakovoi Srijem (Bosnia) "bagi kemuliaan Tuhan, ekumenis gereja, dan perdamaian serta kasih dari umatku". Leopoldus membaktikan dirinya pada tujuan serupa. Pada usia ke-24, pada 20 September 1890, Leopoldus ditahbiskan sebagai presbyteran di Venesia. Karena Leopoldus tidak memiliki kewarganegaraan Italia dan menolak untuk menyangkal negara asalnya, dia dikucilkan ke selatan Italia dalam masa perang dunia. Berhasrat untuk kembali ke negara asalnya, dia berharap dapat dipulangkan setelah perang. Dia ingin bekerja agar teman seperjuangannya kembali ke Gereja Katolik.

Walaupun dia adalah anggota dari Provinsial Venetian, Leopoldus selalu berkeinginan untuk kembali di antara kerabatnya di persekutuan evangelisasi. Namun secara realistis, Leopoldus tidak mampu berkotbah karena ucapannya lambat dan hampir gagap. Kesehatannya juga selalu mengkhawatirkan. Tubuhnya pendek sekitar 136 cm, membengkok, pucat dan sangat rentan. Dia menderita kemampuan melihat yang sangat kurang, penyakit perut dan radang sendi yang melumpuhkan. Walaupun hasratnya yang antusias ingin kembali ke tempat asalnya untuk bekerja bagi kesatuan gereja, perkumpulan Capuchin menilai Leopoldus tidak cukup kuat untuk perkumpulan itu dan menugaskannya untuk berkarya di perkumpulan rekonsiliasi sakramental. Bagaimanapun, segalanya yang dilakukan Leopoldus adalah untuk kesatuan dari gereja. Dia berdoa berulangkali, "satu kawanan, satu gembala". Menyadari bahwa kedermawanan adalah jalan menuju persatuan, dia memutuskan untuk menjadi seorang gembala yang baik dalam penerimaan pengakuan dosa.

Selama 34 tahun dia melayani pengakuan dosa. Dia selalu cepat, tenang, ramah, sopan dan selalu siap berkorban untuk kebaikan dan pelayanan bagi sesama. Kemanapun dia ditugaskan, Leopoldus sangat dikagumi dan dikasihi oleh umat. Walaupun tersembunyi dalam kegelapan kamar pengakuan, dia dikenal oleh semua orang. Walaupun dia sangat galak dan temperamental, dia selalu mengendalikan dirinya, sangat murah hati dalam memaafkan, dan tidak pernah menyimpan rasa dendam.Di antara saudara-saudaranya di Capuchin, Leopoldus adalah sasaran yang banyak disalah-mengerti dan dikritik secara negatif. Perkumpulannya sering mencegah dia hadir dalam pertemuan kekeluargaan. Beberapa biara menentang kebaikan yang ditunjukkan Leopoldus bagi para pendosa. Leopoldus mengubah pengakuan dosa menjadi suatu pengalaman tentang martabat kemanusiaan, suatu perjumpaan pribadi yang murah hati, bersifat menghargai dan penuh pengertian. Di sana setiap pendosa mengalami pengampunan dari Allah dan kebaikan hati seorang pastor.

Leopoldus pernah berkomentar, "Sebagian orang mengatakan saya terlalu baik. Tetapi jika kamu datang dan berlutut di hadapan saya, bukankah itu bukti yang cukup bahwa kamu menginginkan pengampunan dari Allah? Belas kasihan Allah jauh melebihi semua pengharapan".

Ketika dituduh terlalu ringan dalam menetapkan penitensi, Leopoldus menjawab, "Jika Tuhan ingin menuduh bahwa saya terlalu murah hati kapada para pendosa, saya akan menjawab bahwa adalah Dia sendiri yang memberi aku contoh teladan, dan aku bahkan belum meninggal untuk penyelamatan jiwa-jiwa seperti yang telah Dia lakukan".

Leopoldus sering berkata, "Berdamailah, letakkan segalanya di pundak aku. Aku akan membereskannya". Pernah dia menjelaskan, "Aku memberi hanya penitensi kecil kepada para pendosa yang mengakukan dosanya, karena aku yang melakukan sisanya. Pada malam hari, dia akan menghabiskan berjam-jam dalam doa, dengan penjelasan: "Aku harus melakukan penitensi untuk para pendosa".

Walaupun dasarnya bersifat keras dari lahir maupun dari lingkungan Capuchin, Leopoldus  mempunyai hati yang besar, penuh pengertian dan peka. Dia sangat vokal membela kehidupan dan sangat menolong dalam memberi inspirasi kepada seorang guru untuk menemukan "Rumah Kecil" untuk para yatim-piatu supaya mereka dapat merasakan kasihsayang dari orangtua. Mungkin penitensi pribadinya yang paling besar adalah hidup dalam sebuah sel sangat sempit (2 m lebar dan 1,3 m panjang) yang merupakan kotak es di musim dingin dan tungku di musim panas.

Leopoldus mempunyai devosi yang sangat mendalam kepada Perawan Maria yang dia sebut (dalam dialek Venesia) "Paronabenedeta", (artinya "pemimpin aku yang suci"). Dia merayakan ekaristi harian di altar samping yang untuk menghormati Yang Dikandung Tanpa Noda", mendaraskan Litani Perawan Maria, dan sering berdoa Rosario.

Dia mempunyai rasa kasih sayang khusus untuk para ibu yang sedang hamil dan untuk anak-anak. Dia menjenguk orang sakit di Padua dan daerah sekitarnya, di rumah-rumah perawatan dan rumah-rumah pribadi. Dia juga sering mengunjungi rumah sakit Capuchin untuk menghibur yang sakit dan para biarawan senior. Kalimat yang selalu diucapkannya, "Percayalah! Percayalah!" Dia juga memperhatikan para dokter secara khusus, dan sering mengingatkan mereka, "Allah adalah dokter dan obatnya sekaligus". Pernah juga dia berkata tentang pastor, "Seorang pastor harus mati karena kerja keras apostolik; tidak ada kematian lain yang lebih berharga bagi seorang pastor.

Kanker kerongkongan membawa Leopoldus kepada kematian. Pada 30 Juli 1942, dia sedang bersiap untuk liturgi ketika dia pingsan di lantai sakristi. Dia dibawa ke selnya di mana dia mendapat Sakramen Orang Sakit. Para biarawan berkumpul di selnya dan mulai berdoa "Salve Regina" bersama Leopoldus. Ketika mereka sampai di kata-kata, "O yang murah hati, O yang mengasihi, O Perawan Maria yang manis", Leopoldus meninggal. Dia berumur 76 tahuh, 60 tahun di antaranya sebagai warga Capuchin, dan 52 tahun sebagai pastor.

Sel dan ruang pengakuan dosa Leopoldus terlewat dari serangan bom dalam Perang Dunia II, walaupun gereja dan sebagian dari biara hancur. Leopoldus telah meramalkannya, "Gedung gereja dan biara akan hancur karena bom, tetapi tidak sel kecil ini. Di sini Allah telah menyalurkan begitu banyak belas kasih kepada umatNya, sel ini harus tetap ada sebagai monumen kebaikan Allah". Paus Paulus VI menganugerahkan beatifikasi Leopoldus pada 2 May 1976. Dia dikanonik oleh Paus Yohanes Paulus II pada 16 Oktober 1983 pada masa berlangsungnya Sinode Para Uskup tentang temo rekonsiliasi. Leopoldus disebut sebagai "Rasul Pemersatu." Sumber : Capuchin Order, San Franciscan, California

Diterjemahkan dari : http://www.franciscan-sfo.org/sts/S05other.htm