Wilayah Beato Yohanes Paulus II

Dipublikasikan tanggal 19 October 2011

medan_johor-20111009-001122_400

ZIARAH WILAYAH BEATO YOHANES PAULUS II

KE SUMATERA UTARA

Oleh Julius Hayadi

Pada awal Oktober 2011 ini, tepatnya dari hari Kamis sampai dengan Minggu, 6-9 Oktober (4 hari 3 malam), wilayah Beato Yohanes Paulus II mengadakan acara ziarah dan rekreasi ke Sumatera Utara. Acara ini diikuti oleh 28 peserta, sebagian besar adalah umat wilayah, termasuk Pastor Andreas Elpian Gurusingan OFM Conv sebagai pembimbing rohani sepanjang acara ziarah dan rekreasi ini. Selain mengunjungi tempat-tempat ziarah seperti Graha Maria Annai Velangkanni di Medan serta Taman Wisata Iman Sitinjo di Sidikalang, kami juga bernostalgia dengan bertemu para pastor dan frater yang pernah berkarya di gereja Santo Lukas, Sunter, seperti Pastor Marcellinus Damanik OFM Conv, Pastor Simon Kemit OFM Conv, Pastor Florentinus Sembiring OFM Conv, Pastor Laurensius Sihaloho OFM Conv, Frater Jeky OFM Conv dan Frater Albino da Costa OFM Conv di tempat berkarya mereka saat ini.

Hari Pertama

Setibanya di Medan pada hari Kamis pagi, 6 Oktober, kami disambut oleh Pastor Simon Kemit OFM Conv di bandara Polonia. Selanjutnya kami rombongan peziarah langsung berkunjung ke Graha Maria Annai Velangkanni, tempat ziarah resmi Keuskupan Agung Medan di daerah Tanjung Selamat. Tempat ziarah ini dibangun untuk menghormati Bunda Maria yang menampakkan diri pada abad 17 lalu di India. Terdapat dua bangunan utama di tempat ziarah ini, yaitu bangunan bertingkat dua berarsitektur Indo-Mogul dimana lantai satu dipergunakan untuk ruang serba guna dan lantai dua difungsikan sebagai gereja untuk perayaan ekaristi. Bangunan lainnya adalah kapel Maria Annai Velangkanni yang berlokasi tepat di sebelah bangunan utama.

Menurut Pastor Dimas yang bertugas di sana, telah terjadi 2 mukjizat sehubungan dengan tempat ziarah ini. Mukjizat yang pertama terjadi saat uang kontan untuk pembangunan graha ini sebesar Rp.10 juta, Alkitab dan Puji Syukur yang tidak terbakar di rumah Pastor James. Padahal rumah tersebut terbakar habis karena musibah kebakaran. Mukjizat kedua terjadi saat mata air suci tiba-tiba muncul tepat di bawah kaki arca Bunda Maria Annai Velangkanni di Kapel Maria. Mata air ini kemudian diyakini dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit.

Di tempat ziarah ini kami melangsungkan perayaan ekaristi di ruang gereja di lantai dua yang dipimpin oleh Pastor Andreas. Selesai perayaan ekaristi kamipun diajak berkeliling melihat-lihat bangunan gereja yang sangat unik dan penuh makna. Kami pun berkesempatan berdoa secara pribadi di Kapel Maria serta mengambil air suci yang dimasukkan ke dalam botol-botol plastik yang sudah disediakan untuk dibawa pulang.

Yang unik dan berkesan buat wilayah kami dari tempat ziarah ini adalah tempat penghormatan untuk Beato Yohanes Paulus II yang saat itu sedang dibangun di samping Kapel Maria. Apabila sudah selesai, bangunan tersebut akan menjadi tempat devosi untuk menghormati Beato Yohanes Paulus II yang pertama di Indonesia, setelah pengukuhannya menjadi beato pada tanggal 1 Mei 2011 yang lalu.   

Siang hari kami pun meninggalkan tempat perziarahan tersebut untuk makan siang bersama di Rumah Makan Pondok Kartini dengan menu Chinese food khas Medan yang sangat menggugah selera. Dari sana kami melanjutkan perjalanan ke daerah pegunungan Brastagi. Dalam perjalanan kami banyak menjumpai warung-warung yang menjual makanan khas Karo, yaitu Babi Panggang Karo atau disingkat BPK. Disamping itu alam pegunungan yang indah dengan jalan mendaki yang berliku-liku juga memukau kami yang memandangnya.

img-20111007-00974_400Sore hari kami singgah terlebih dahulu di gereja Katolik Sang Penebus di Bandar Baru. Di sana kami disambut oleh Pastor Marcellinus Damanik OFM Conv, beberapa pastor lain dan juga frater Jeky yang pernah bertugas di gereja kita. Sambutan yang kami terima sangat hangat, saat itu kami disuguhi minuman teh, kopi, jus martabe (markisa dan terong Belanda), juga makanan durian khas Brastagi, pisang goreng, bakwan goreng dan daging babi panggang Karo lengkap dengan sausnya. Kami juga berkesempatan mengunjungi Panti Asuhan Bethlehem yang lokasinya tepat bersebelahan dengan gereja. Di sana beberapa peserta ziarah juga memberikan sumbangan dana sebagai bentuk ungkapan simpati kami kepada anak-anak panti yang tinggal di sana. Sebelum melanjutkan perjalanan, Pastor Marcel juga mengajak kami untuk melihat peternakan babi yang ada di samping gereja.

Sebelum hari mulai gelap, rombongan lalu mengunjungi mata air panas Sidebuk-debuk di dekat Brastagi untuk merendam kaki di kolam yang tersedia. Kami juga melewati Taman Lumbini dimana terdapat tiruan pagoda Myanmar yang sangat megah keemasan, yang baru diresmikan tahun lalu. Sayang kami tiba di sana saat hari sudah gelap sehingga kami tidak diperkenankan masuk dan hanya boleh mengambil foto dari luar pagar. Selanjutnya kami menuju Mikie Holiday Resort Hotel di Brastagi untuk makan malam bersama dan beristirahat.

Hari Kedua

Keesokan harinya, kami memulai hari dengan misa kudus di salah satu ruangan rapat di hotel. Tema misa saat itu adalah Hari St Maria Ratu Rosario yang diperingati pada tanggal 7 Oktober sekaligus Jumat Pertama. Setelah sarapan pagi di hotel, kami langsung berangkat menuju Taman Wisata Iman Sitinjo di Sidikalang dengan lama perjalanan sekitar 3 jam dari Brastagi. Taman ini didirikan oleh Pemerintah Kabupaten Dairi dan merangkum tempat-tempat doa dari agama-agama yang ada di Indonesia. Secara khusus kami mengunjungi tempat doa untuk agama Kristen/Katolik.

Memasuki Taman Wisata Iman Sitinjo untuk agama Kristen/Katolik, kami melewati banyak arca-arca yang menggambarkan kisah Alkitab dari masa Perjanjian Lama dan Baru, antara lain kisah Abraham dan Ishak, kelahiran Yesus hingga kisah sengsara Yesus lengkap dengan perhentian Jalan Salib. Yang cukup spektakuler adalah arca-arca yang menggambarkan Bukit Golgota ketika Yesus wafat dengan tiga buah salib besar. Kami juga mengunjungi Gua Maria yang cukup besar untuk berdoa secara pribadi di sana. 

Siang hari kami beranjak dari taman wisata iman untuk menuju ke Taman Simalem Resort di daerah Tongging untuk makan siang bersama di Toba Café sambil melihat keindahan Danau Toba dari atas bukit. Kita juga dapat berbelanja produk-produk agrowisata di tempat ini. Selain itu kami juga banyak mengambil foto di sana, terutama di Tongging Point dimana terdapat panggung tempat pertunjukan yang berlatar belakang pemandangan Danau Toba.

Tempat persinggahan selanjutnya adalah obyek wisata Air Terjun Sipiso-Piso. Air terjun ini adalah salah satu sumber mata air dari Danau Toba. Kemudian kami juga mengunjungi Rumah Bolon Purba, istana kerajaan di Pematang Purba dalam perjalanan menuju Prapat. Sayang kondisi istana agak kurang terawat dan butuh renovasi. Perhentian terakhir sebelum Prapat adalah bukit Simarjarunjung yang merupakan tempat tertinggi untuk melihat keindahan Danau Toba. Kami di sana menikmati hangatnya minuman bandrek khas Simalungun. Malam harinya kami tiba di Hotel Niagara di Prapat untuk makan malam bersama dan beristirahat.

Hari Ketiga

Pagi hari setelah sarapan pagi di hotel kami menaiki kapal wisata untuk menyeberangi Danau Toba ke Pulau Samosir dari Prapat. Di sepanjang perjalanan kami menikmati keindahan alam serta jernihnya air danau Toba sambil merasakan semilir angin sepoi-sepoi. Kami juga dihibur oleh sekelompok penyanyi remaja yang mengalunkan lagu-lagu daerah khas Batak, lagu rohani sampai lagu pop. Setelah berlayar selama satu setengah jam, kami tiba di Ambarita, obyek wisata wajib di pulau Samosir. Di sana kami dapat melihat rumah-rumah adat khas marga Siallagan, monumen tempat diletakkannya tulang belulang manusia khusus marga ini, serta tempat eksekusi hukuman pancung dari batu yang digunakan sampai dengan abad ke 18. Dari Ambarita, kami kembali menaiki kapal wisata untuk menuju Tomok, tempat wisata lainnya di Pulau Samosir, dimana kita dapat menyaksikan kubur batu dari raja-raja marga Sidabutar. Di kedua tempat itu tak lupa kami membeli oleh-oleh souvenir yang banyak dijual warga setempat. Pada siang hari kami kembali menyeberangi Danau Toba untuk kembali ke Prapat.

sekolah_frater_st_400Setelah makan siang ala Chinese food di restoran Hong Kong di kota Prapat, kami melanjutkan perjalanan menuju kota Pematang Siantar, sekitar satu jam perjalanan dari Prapat. Di perjalanan kami singgah di gereja Santo Antonius Padua, yang merupakan paroki baru hasil pemekaran. Di gereja ini kami bertemu dengan Pastor Laurensius Sihaloho OFM Conv yang pernah berkarya di gereja Santo Lukas sebagai pastor parokinya.

Setiba di Pematang Siantar, kami singgah sebentar di salah satu wihara terbesar di kota itu untuk menyaksikan patung salah satu tokoh agama Buddha, yaitu dewi Kwan Im, yang tertinggi di Asia Tenggara. Kami banyak mengambil foto di tempat ini karena serasa berada di negeri China dengan arsitektur bangunan wihara yang bergaya oriental.

Selanjutnya masih di kota Pematang Siantar, kami menuju ke sekolah para frater-frater OFM Conventual di Biara Santo Bonaventura dan langsung menuju ke kapel biara untuk melangsungkan misa kudus bersama para frater. Misa kembali dipimpin oleh Pastor Andreas dan dimeriahkan dengan paduan suara dari para frater yang menyanyikan lagu komuni "Betapa Indahnya" karya Putut Pudyantoro. Seusai misa, sambil menikmati gorengan yang disajikan, kami beramah tamah dengan para pastor dan frater, khususnya Pastor Florentinus Sembiring OFM Conv serta Frater Albino da Costa OFM Conv yang pernah berkarya di gereja Santo Lukas. Kami mendapat informasi bahwa di biara itu terdapat 39 orang frater yang sedang menempuh masa pendidikan dari tingkat I sampai VI. Mari kita doakan bersama agar mereka semua dapat menyelesaikan kuliahnya dan ditahbiskan menjadi imam untuk menggembalakan kita semua.

Sore hari, sebelum meninggalkan kota Pematang Siantar, kami berkesempatan membeli oleh-oleh kacang teng teng khas kota itu. Perjalanan dilanjutkan menuju Medan dengan waktu tempuh sekitar 3 jam dengan melewati banyak perkebunan karet dan kelapa sawit serta pabrik-pabrik CPO dan pengolahan karet di sisi kiri kanan jalan. Setibanya di Medan pada pukul 21.00 kami langsung menuju salah satu restoran seafood untuk makan malam bersama, sebelum menuju Grand Aston City Hall Hotel untuk beristirahat.

Hari Keempat

girsang_sipangan_bolon-20111008-00990_400Pagi hari setelah sarapan pagi di hotel, kami langsung menuju gereja Santo Fransiskus Asisi di daerah Padangbulan, Medan, yang dindingnya terbuat dari batu alam. Pastor paroki gereja ini adalah Pastor Simon Kemit OFM Conv yang pernah berkarya di gereja Santo Lukas. Di gereja ini kami mengikuti misa kudus dengan tema pesta pelindung Santo Fransiskus Asisi yang dipimpin oleh Uskup Agung (meritus) Medan Mgr Dr AB Sinaga OFM Cap secara konselebran dengan Pastor Andreas Gurusinga OFM Conv. Seusai misa kami beramah tamah dengan Bapa Uskup dan berfoto bersama sebagai kenang-kenangan.

Dari gereja kami kembali ke hotel untuk berkemas, dan selanjutnya kami mengunjungi obyek wisata Istana Kerajaan Maimun di pusat kota Medan. Kemudian kami makan siang bersama di restoran Benteng dengan menu Chinese food yang lezat. Siang harinya kami habiskan untuk berbelanja oleh-oleh khas Medan, seperti manisan buah, kue bolu, kue bika ambon, teri medan, sampai dengan ikan asin. Akhirnya pada sore hari kami kembali ke bandara Polonia untuk berangkat pulang kembali ke Jakarta. Kegiatan ziarah dan rekreasi ke Sumatera Utara sewilayah kini harus diakhiri dengan membawa kenang-kenangan indah tak terlupakan.  

*****