Mengabaikan Dosa-Dosa Kecil

Dipublikasikan tanggal 14 March 2013

Mengabaikan Dosa-Dosa Kecil

Sering kali seseorang merasa tidak berdosa, karena itu tidak perlu bertobat. Dan ternyata di situ ia semakin memberi beban dan derita bagi Yesus. Tidak demikian saja, tetapi sebenarnya ia menambah jumlah paku yang harus dipakukan di tangan dan kaki Yesus. Awalnya hanya tiga buah paku pada kedua tangan dan kaki, dan akhirnya menjadi sekian jumlah paku, dan itu membuat rasa sakit dan derita sangat terasa. Itulah dosa-dosa kecil kita. Dosa-dosa kecil kita adalah paku-paku bagi Yesus.

Coba perhatikan seorang tukang kayu yang ingin mendirikan sebuah bangunan. Ia pasti akrab sekali dengan alat dan bahan kerja seperti palu dan paku. Kendati sederhana dan hanya sebagian kecil dari sekian alat kerja dan bahan yang besar dan berat tetapi punya peran penting sesuai fungsinya. Dengan beban palu dan ayunan tangan sang tukang, sebuah paku dapat menembusi kayu yang keras sekali pun, bahkan tembok beton. Demikian juga dengan dosa-dosa kecil yang kita buat seperti mencemarkan nama baik orang lain, mencuri, berbohong, hinaan, umpatan, makian, amarah, dan sebagainya yang kita senangi dan tidak kita sadari semakin lama menjadi kuat dan besar menimbulkan derita.

Setiap dosa-dosa kecil yang memberi rasa enak dan kenyamanan untuk kita dapat memperbanyak jumlah paku pada kaki dan tangan Sang Yesus. Maka, luka-luka pada kaki dan tangan menjadi semakin melebar dan semakin parah. Luka-luka-Nya tak pernah sembuh karena setiap saat kita selalu menambah jumlah paku lewat dosa-dosa yang kita perbuat. Lebih dari itu, dosa-dosa yang tak disesali itu tidak hanya memaku tangan dan kaki, tetapi seluruh tubuh juga ikut terpaku. Kapan kita akan selesai memaku Yesus? Sadarkah kita? Atau hati kita sudah menjadi batu?

Masa prapaskah ini menjadi kesempatan yang baik bagi kita untuk memperbaiki diri, memperbaiki retaknya hubungan kita dengan sesama dan Tuhan. Saat ini menjadi momen istimewa yang harus kita pakai untuk menyesali segala perbuatan kita yang salah dan kurang berkenan di mata sesama dan Tuhan, supaya kalau sudah sampai waktunya kita boleh ikut berbahagia.

Persoalannya adalah apakah kita mau bertobat atau tidak? Itu yang perlu kita renungkan karena kesempatan sudah tersedia dan rahmat sudah diberikan. Bertobat berarti berusahalah sekuat tenaga, dengan segenap hati dan pikiran untuk meninggal hidul lama dan mengenakan hidup baru karena sudah pasti kita tidak tahu kapan datangnya maut bagi kita karena murka Tuhan terhadap dosa-dosa kita. Bagi Allah perkara dosa adalah serius, tidak ada dosa besar atau dosa kecil. Maka, pertobatan pun harus dilakukan dengan serius dan cepat dengan mengakukan dosa-dosa yang diperbuat dihadapan imam sebagai gambaran pribadi Tuhan Yang Maha Pengampun dan belas kasihan. Semoga.