Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?

Dipublikasikan tanggal 14 April 2013

“Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?”

“Marilah dan sarapanlah”

Homili Rm Yakub Janami Barus OFMConv

Dalam Perayaan Ekaristi, hari Minggu, 14 April 2013 pukul 08.30

Homili dibuka dengan sedikit permenungan dari pengalaman Rm Yakub saat dalam perjalanan menuju Stasi, dalam perjalanan itu Rm Yakub sempat mendengar percakapan 2 orang Bapak, yang satu berjalan menuju ke gereja dan satu lagi menuju ke ladang. Sang Bapak yang akan ke gereja menyapa Bapak yang akan ke ladang tersebut, “Mari kita pergi ke gereja dahulu baru setelah itu pergi ke ladang.” Tapi Si Bapak yang akan ke ladang berkata, “mana bisa saya mendapatkan rejeki dan nafkah di gereja”

Dalam injil hari ini kita mendengar bahwa Yesus menampakan diri lagi kepada para muridnya di pantai danau Tiberias. Dipantai itu berkumpul Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan dua orang murid-Nya yang lain. Kata Simon Petrus kepada mereka, “Aku pergi menangkap ikan.” Kata mereka kepadanya, “Kami pergi juga dengan engkau.” Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa. Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di pantai; akan tetapi murid-murid itu tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. Kata Yesus kepada mereka: “Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?” Jawab mereka: “Tidak ada.” Maka kata Yesus kepada mereka: “Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh.” Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan.

Dalam injil disebutkan juga ada anak-anak Zebedeus, pada waktu itu Zebedeus adalah saudagar ikan yang membeli semua tangkapan ikan para nelayan. Para murid tidak menyadari bahwa yang berdiri di pantai itu Yesus karena mereka pikir orang yang berdiri dipantai itu adalah orang suruhan Zebedeus yang memantau kegiatan para nelayan, karena biasanya dengan bantuan orang yang memantau dari pantai bisa terlihat dimana tempat yang banyak ikannya.

Ayat selanjutnya mengatakan, maka murid yang dikasihi Yesus itu berkata kepada Petrus: “Itu Tuhan.” Ketika Petrus mendengar, bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam danau. Murid-murid yang lain datang dengan perahu karena mereka tidak jauh dari darat, hanya kira-kira dua ratus hasta saja dan mereka menghela jala yang penuh ikan itu.

Kenapa begitu menyadari bahwa yang berdiri itu Yesus lalu Petrus memakai bajunya dan langsung menghampiri Yesus, hal itu mau menggambarkan bahwa setelah Yesus wafat lalu bangkit mulia, para murid menganggap hal itu sudah selesai begitu saja dan mereka kembali kepada kehidupan seperti sebelum mengikuti Yesus. 

Lalu dalam ayat disebutkan lagi, ketika mereka tiba di darat, mereka melihat api arang dan di atasnya ikan dan roti. Kata Yesus kepada mereka: “Bawalah beberapa ikan, yang baru kamu tangkap itu.” Simon Petrus naik ke perahu lalu menghela jala itu ke darat, penuh ikan-ikan besar: seratus lima puluh tiga ekor banyaknya, dan sungguhpun sebanyak itu, jala itu tidak koyak. Kata Yesus kepada mereka: “Marilah dan sarapanlah.” Tidak ada di antara murid-murid itu yang berani bertanya kepada-Nya: “Siapakah Engkau?” Sebab mereka tahu, bahwa Ia adalah Tuhan. Yesus maju ke depan, mengambil roti dan memberikannya kepada mereka, demikian juga ikan itu.

Kembali kepada realita kehidupan sehari-hari, kita semua dipanggil sesuai peran kita masing-masing, ada yang sebagai karyawan, ibu rumah tangga, supir, dan lain sebagainya. Sadarkah kita bahwa Tuhan selalu menyertai kita dan selalu hadir dalam setiap aspek kehidupan kita, apapun profesi dan pekerjaan kita. Dalam kehidupan kita ada juga kondisi seperti 2 Bapak yang tadi diceritakan di awal, ada orang yang tidak punya agama, tidak pernah ke gereja tapi hidupnya berkelimpahan. Disisi yang lain ada orang yang rajin kegeraja, taat dan aktif dalam kehidupan menggereja namun hidupnya biasa saja. Namun dalam kondisi tertentu belum tentu orang yang hidup berkelimpahan tersebut mempunya ketenangan dalam hidupnya karena tidak mempunyai pegangan hidup atau iman yang kuat, tapi bagi orang yang hidup biasa saja tapi mempunyai ketenangan hidup karena adanya iman yang mendalam terhadap Kristus, sehingga dalam setiap aspek kehidupan selalu merasakan kehadiran Tuhan. Jadi yang membedakan kedua kondisi tersebut adalah bagaimana setiap orang dapat bersyukur dalam setiap aspek kehidupannya.

Hendaknya dalam setiap aspek kehidupan, kita senantiasa bersyukur karena kita tahu Tuhan selalu hadir dan memberkati hidup kita. 

Rm Yakub Janami Barus OFMConv

Pastor Kepala Paroki Santo Lukas Sunter