Hari Doa Untuk Panggilan Imamat & Hidup Bakti

Dipublikasikan tanggal 21 April 2013

Hari Doa Untuk Panggilan Imamat & Hidup Bakti

Minggu, 21 April 2013 – Misa Pukul 11.00 (Hari Minggu Paskah IV)

Panggilan Imamat & Hidup Bakti Sumber Harapan Bagi Dunia

Tulisan di bawah ini dirangkum dari sharing Suster Luciana Yutimah OSU (Kepala Komunitas OSU Sunter) 

Dalam rangka Hari Doa Untuk Panggilan maka Suster Luci diminta untuk memberikan sharing tentang panggilan hidupnya sebagai Suster. Mengawali sharingnya Suster Luci (begitu biasa panggilan akrab Suster Luciana Yutimah OSU) menyapa anak-anak putra dan putri untuk membuka telinga dan hatinya kalau-kalau dipanggil Tuhan untuk menjadi Suster, Bruder dan Imam. Tidak ketinggal untuk mereka yang sudah di baptis minimal 1 tahun, kalau perempuan masih gadis, kalau laki-laki masih perjaka, sehat jasmani & rohani, lulus SMA sederajat, syukur-syukur sudah S1 dan sudah punya pengalaman kerja 2 tahun maka boleh melamar untuk menjadi Suster, Bruder dan Imam.

Selanjutnya Suster Luci bertanya kepada Rm Heronimus Edisukisno OFMConv (panggilan akrabnya Romo Sukis), apakah Romo pernah melamar atau dilamar Yesus? Romo Sukis menjawab bahwa secara langsung memang tidak, tetapi kalau kaitannya dengan panggilan Romo Sukis menjelaskan bahwa dari pengalaman yang ada Romo Sukis merasa tersentuh dengan pelayanan yang diberikan oleh para Imam dan Suster saat di seminari dan biara, semua pengalaman itu sangat menguatkan Romo Sukis untuk menjadi pelayan Tuhan.

Berikutnya Suster Luci berdialog dengan umat, kepada seorang Bapak ditanyakan apakah pernah melamar seorang gadis, jawaban dari Bapak tersebut adalah pernah, yaitu dengan mengatakan aku mencintaimu maukah kamu menjadi pendamping hidupku dan saat itu langsung diterima oleh sang gadis.

Suster Luci mengatakan bahwa beliau yang melamar Yesus, hal ini dilukiskan oleh Suster Luci dengan sebuah lagu, sebagai berikut:

Kasihku kepada Yesus, ku kisahkan kepada Bunda Maria

Ku ungkapkan kepada Bunda Maria, Bunda tersenyum manis

Ketika itu aku di rumah, aku menunggu Yesus selesai berdoa

Ia berkata sungguhkah begitu?

Bukan kamu yang memilih Aku, melainkan Aku yang memilih engkau,

Aku mengenal engkau sejak dalam kandungan ibumu

Aku mengasihi Yesus, Bunda tersenyum manis kepadaku tanpa kata.

Lagu itu dinyanyikan Suster Luci dengan merdu dan sangat menyentuh hati semua umat yang hadir. Setelah menyanyikan lagu itu, Suster Luci kembali mengulang syair “Bukan kamu yang memilih Aku, melainkan Aku yang memilih engkau”

Lalu Suster Luci juga menyampaikan Pesan Paus Benediktus XVI untuk Hari Doa Untuk Panggilan, selengkapnya dapat dibaca disini.

Suster Luci juga menyampaikan Bacaan Injil hari ini dari Yohanes 10: 27-30

“Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa. Aku dan Bapa adalah satu.”

Melalui Sakramen Baptis kita semua menjadi murid Yesus, jadi melalui sengsara, wafat dan bangkitNya, Tuhan Yesus telah memberi hidup kekal kepada kita (tidak binasa selama-lamanya). Tidak kawin dan dikawinkan, jadi kami para Suster dan Imam dapat dikatakan sebagai perwujudan kehidupan kekal tersebut. Dalam kehidupan sebagai Suster, misalnya pada malam hari kami tidak diganggu oleh suami, anak, tetapi pada malam hari itu kami melakukan segala sesuatunya hanya untuk Tuhan.

Sebagai refleksi Suster Luci menjelaskan bahwa, dalam menjalani kehidupan sebagai Biarawati Ursulin adalah tidak mudah. Dahulu Suster Luci mengenyam pendidikan di sekolah katolik, padahal kedua orang tuanya bukan katolik, sampai akhirnya beliau dibaptis pada usia 12 tahun, baptisan ini merupakan prakasa Allah yang pertama dalam kehidupan beliau. Setiap mengikuti perayaan ekaristi atau menerima komuni, hati Suster Luci merasakan tenang, begitu juga pada saat hening Suster Luci merasakan kedekatan dengan Yesus. Maka setiap menerima komuni Suster Luci selalu berdoa: “Tuhan Yesus jika Engkau membalas cintaku, maka aku mau jika Engkau memanggilku untuk menjadi Suster,” (ini merupakan doa Suster Luci sejak menerima komuni pertama kali).

Dalam masa mudanya apabila sedang ada masalah maka Suster Luci menemui Suster atau Imam, karena kata-kata dari para Suster atau Imam memberi rasa tentram dan membesarkan hati, hal inilah yang membuat Suster Luci merasa tertarik dengan cara hidup mereka. Dari situlah bibit-bibit panggilan mulai berkembang, sehingga Suster Luci suka bermain dengan mengambil kain lap (serbet) untuk dipakai dikepalanya seperti seorang suster. Suster Luci dalam doa mengatakan bahwa “kalau Bapa memanggil maka akan terlaksana.” Dorongan untuk mengikuti panggilan ternyata semakin kuat setiap kali Suster Luci menerima komuni, namun bisikan Tuhan mengatakan jangan bilang siapa-siapa.

Tamat SMP tidak tanggung-tanggung Suster Luci melanjutkan masuk STM, tidak diragukan lagi di STM menjadi murid yang paling cantik (karena semua muridnya pria, dan cuma Suster Luci sendiri yang perempuan). Lulus dari STM maka Suster Luci berusaha untuk mandiri dengan bekerja di BADAN TENAGA ATOM NASIONAL di Bandung selama 2 tahun. Memang dalam kehidupan sehari-hari, terkadang timbul perasaan tertarik pada seorang pria atau sebaliknya ada pria yang tertarik, namun perasaan itu selalu diabaikan karena dalam hati Suster Luci hanya ada Yesus yang nomor satu. Didalam hati Suster Luci selalu mengatakan, “kalau Yesus tidak memilih saya, maka Yesus akan mengirimkan jodoh untuk saya.”

Usai 24 tahun bisikan panggilan itu semakin kuat, maka keputusan sudah bulat untuk melayani Yesus. Cinta Yesus yang menuntun Suster Luci untuk menjadi biarawati. Pendidikan selama 8 tahun dijalani dengan senang, pada tahun 1980 dalam usia 32 tahun Suster Luci menerima Kaul Kekal. Selanjutnya Suster Luci menempuh cara hidup murni dan taat, tentunya semua itu dijalani dengan perjuangan yang tidak mudah, namun hal itu justru semakin menguatkannya untuk tetap setia menjalani panggilannya sebagai Suster (saat ini beliau sudah berusia 65 tahun). Bahkan Suster Luci bisa mengatakan, apabila saat ini beliau dipanggil Tuhan lalu diberikan kesempatan hidup lagi maka beliau akan tetap menjadi seorang Suster lagi.

Masa muda hanya sekali dan masa muda merupakan masa yang membahagiakan, maka dari itu masa muda jangan dinodai dengan perbuatan-perbuatan yang tidak pantas, karena siapa tahu Tuhan memanggil kita sesuai panggilan masing-masing, bisa panggilan untuk berkeluarga atau panggilan untuk membiara, sehingga kalau panggilan itu harus kita jalani maka kita tetap murni.

Pesan untuk Bapak dan Ibu tetaplah hidup berbahagia, jangan sampai bercerai, sering-seringlah mendoakan anak-anak, berikan anak-anak tugas agar sejak dini mereka terbiasa mempunyai tanggung jawab. Sebagai orangtua kita jangan hanya mendoakan agar anak-anak kita enteng jodoh, tetapi doakan juga, “apabila Tuhan memanggil anak-anak kita maka kita akan memberikannya dengan ikhlas,” karena para Imam, Bruder, Suster akan ada kalau keluarga merelakan anak-anaknya menjalani panggilan yang ada.

Untuk kita yang sudah diberikan keselamatan kekal oleh Yesus, marilah kita peka terhadap panggilan yang ada pada diri kita masing-masing atau pada anak-anak kita, mari kita biasakan anak-anak untuk berdoa agar peka terhadap panggilan yang ada.

Untuk kaum muda sebelum usia 35 tahun hendaknya anda sudah memutuskan apakah akan berkeluarga atau mengikut Yesus.

Suster Luci berharap sharing pada Hari Doa Untuk Panggilan ini dapat bermanfaat dan menguatkan kita semua dalam menjawab panggilan dari Tuhan.