Kasih Yang Tak Terbatas

Dipublikasikan tanggal 28 April 2013

Homili Rm Petrus Gonzales Zonggar OFMConv

Minggu, 28 April 2013 (Misa Kedua 08.30)

Th C Minggu Paskah 5

KASIH YANG TAK TERBATAS

Dalam Injil hari ini, Yohanes berbicara tentang kasih yang tak terbatas yang diajarkan Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya. “Aku memberikan perintah baru kepadamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.”

Jikalau dikatakan perintah baru pasti ada perintah lama. Lalu apa sebenarnya perintah lama itu?

Perintah Lama itu adalah “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu, dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu; dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”

Ada perbedaan konteks dan kriteria dari kedua perintah itu. Dalam Perintah Lama, konteksnya adalah ketika para murid masih dalam proses pembelajaran untuk menjadi murid Kristus. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa para murid belum dewasa dalam hal iman akan Yesus Kristus. Sedangkan dalam perintah yang baru, konteksnya adalah saat-saat terakhir sebelum Yesus beralih dari dunia ini menuju dunia yang abadi. Pada saat itu para murid diharapkan sudah dewasa dalam hal iman akan Yesus Kristus.

Selain perbedaan konteks juga ada perbedaan  kriteria atau standart yang digunakan. Standart yang digunakan dalam perintah lama adalah diri sendiri. "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!" Diri sendiri menjadi patokannya dalam mengasihi sesama. Orang bijak mengatakan hanya orang yang mampu menerima dirinya apa adanya bisa menerima orang lain dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Hanya orang yang mampu memahami dirinya sendiri bisa memahami orang lain. Hanya orang yang mampu mengasihi dirinya bisa mengasihi orang lain.              

Sedangkan standart yang digunakan dalam perintah baru adalah Tuhan Yesus sendiri. "Sama seperti Aku telah mengasihi kamu, demikian pula kamu harus saling mengasihi." Kasih Yesus memiliki kualitas yang sangat mendalam dan luas. Tak ada kasih yang lebih besar selain kasih seseorang yang menyerahkan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.

Jika kita mencari contoh orang yang melakukan perintah baru dalam Kitab Suci, kita akan dengan gampang mengatakan Yesus dan para rasulNya.  Yesus wafat di salib demi menghapus dosa manusia. Petrus dan kawan-kawannya harus kehilangan nyawa demi mempertahankan iman akan Yesus Kristus.

Namun demikian, kita akan kesulitan jika mencari contoh orang pada zaman ini yang telah melaksanakan perintah baru. Pada kesempatan ini saya ingin menyebutkan salah seorang tokoh yang ada pada zaman yang sedang tergila-gila mengejar kemuliaan duniawi ternyata mampu melaksanakan perintah baru secara sungguh-sungguh. Dia adalah Pastor Maximilianus Kolbe, OFMConv. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa pada tanggal 14 Agustus 1941 di Kamp Konsentrasi Auschwitz, Polandia, salah seorang Sersan yang sedang ditahan dijatuhi hukuman mati. Sersan itu menangis dan berteriak-teriak sambil menyebutkan nama anak-anak dan isterinya. Melihat Sersan malang itu, Maximilianus Kolbe maju dengan tegap dan meminta utk menggantikan Sersan itu. Dia berkata lebih baik saya yang mati daripada Sersan itu karena ia mempunyai anak-anak dan isteri, sedangkan saya tidak mempunyai anak-anak dan isteri. Kemudian pada tahun 1982 dia dikanonisasikan oleh Paus Yohanes Paulus II di Roma. Selengkapnya mengenai St Maximilianus Kolbe dapat klik disini

Bagaimana dengan kita sekarang? Jangankan melaksanakan perintah baru, perintah lama saja susah dilaksanakan. Jangankan menyerahkan nyawa bagi sahabat-sahabat, menjadi pengurus Gereja saja kita tidak bersedia. Kita begitu pandai membuat argumentasi supaya bisa menolak untuk menjabat pengurus Gereja.

Pertanyaan bagi kita untuk direnungkan adalah kriteria apa yang kita gunakan dalam mengasihi sesama, kriteria anak-anak atau orang dewasa? Standart apa yang digunakan dalam mengasihi sesama, standart diri sendiri atau standart orang lain (standart Yesus)? Sebagai orang beriman kita hendaknya berjuang untuk melaksanakan perintah baru. Hanya dengan cara demikian hari esok yang gemilang dan kehidupan yg bahagia bisa terwujud. Amin.