Liputan Perayaan Syukur Kanonisasi

Dipublikasikan tanggal 22 May 2014

Liputan Perayaan Syukur Kanonisasi Beato Yohanes XXIII & Beato Yohanes Paulus II

Gereja St. Catharina & Sasono Langen Budoyo, TMII

Senin, 28 April 2014 – Pukul 17.00

Perwakilan dari Paroki Santo Lukas Sunter yang hadir dalam Perayaan Syukur Kanonisasi

Mewakili Paroki Santo Lukas Sunter, hadir dalam perayaan syukur tersebut adalah perwakilan dari OMK (Orang Muda Katolik), Umat, Koordinator Wilayah dan Dewan Paroki Harian.

Awalnya acara akan dimulai dari Gereja St. Catharina yang diawali dengan perarakan, tetapi pada pukul 15.45 di area TMII turun hujan sangat lebat, sehingga semua undangan yang hadir harus berteduh di bawah tenda & di area pameran foto (samping Gereja St. Catharina). Dengan kondisi tersebut dari panitia memutuskan agar semua undangan yang hadir untuk langsung menuju ke Gedung Sasono Langen Budoyo.

Di tengah guyuran hujan lebat, Bapak Uskup Mgr. Ignatius Suharyo hadir dan langsung menyapa semua undangan yang sudah hadir, lalu dilanjutkan dengan melihat-lihat pameran foto di samping Gereja St. Catharina. Selanjutnya Bapak Uskup bersama para Imam bersiap untuk melakukan prosesi perarakan patung Santo Yohanes XXIII & Santo Yohanes Paulus II, juga bersama kelompok dari masing-masing paroki.

Sungguh heran menjelang acara prosesi, hujan berhenti sehingga perarakan ke gedung Sasono Langen Budoyo dapat berjalan dengan lancar. Setelah arak-arakan prosesi sampai di gedung Sasono Langen Budoyo maka dilanjutkan dengan misa syukur, acara dari OMK (tarian, musik, stand up comedy, & acara lainnya).

Perwakilan OMK Paroki St Lukas Sunter berfoto bersama Bp Uskup & Pendamping OMK

Untuk melengkapi liputan Perayaan Syukur Kanonisasi Santo Yohanes XXIII & Santo Yohanes Paulus II, berikut ini kami sampaikan Homili Bapak Uskup Mgr. Ignatius Suharyo secara lengkap karena Homili Bapak Uskup ini sungguh dapat menggambarkan suasana yang terjadi dalam Perayaan Syukur di Gedung Sasono Langen Budoyo, TMII.

Homili Bapak Uskup Mgr. Ignatius Suharyo

Para Ibu, Bapak, Suster, Bruder, Frater, Kaum Muda, Remaja, dan Anak-Anak, Rekan-Rekan Imam yang terkasih dalam Kristus.

Rasanya sangat bahagia pada sore hari ini, dapat bersyukur bersama-sama dengan gereja seluruh dunia, karena pernyataan 2 (dua) orang Santo yang baru. Kita merayakannya secara khusus, ada banyak Santo yang tiap-tiap kali dinobatkan, kita tidak merayakannya. Tetapi kali ini kita merayakannya secara khusus, karena Santo Yohanes Paulus II pernah ke Indonesia, pernah ke Jakarta, pernah mengunjungi Taman Mini Indonesia Indah ini dan tentu saja karena 2 (dua) orang Kudus baru ini, adalah Pimpinan Tertinggi Gereja, yang pasti sangat besar pengaruhnya, juga bagi Gereja Katolik di Indonesia.

Bp Uskup hadir ditengah guyuran hujan lebat dan melihat pameran foto

Saya pribadi dan atas nama Keuskupan ingin mengucapkan terima kasih kepada Para Pemrakarsa, Romo-Romo Muda dari Keuskupan ini, Komandannya kalau tidak salah, Romo Yus, sampai hampir habis suaranya. Kepada Para Penyelenggara, seluruh Panitia, yang memungkinkan kita semua merayakan iman kita bersama di tempat ini.  Rasa-rasanya juga ada panitia yang tidak kelihatan, yang menyetop hujan tadi. Persis sebelum kita arak-arakan kesini, hujannya berhenti. Itulah hasil dari panitia yang tidak kelihatan, dan panitia itu namanya Santo Yohanes XXIII & Santo Yohanes Paulus II. Nah, sekarang panitia yang tidak kelihatan itu, sudah dibubarkan. Jadi nanti kalau pulang mungkin hujannya datang lagi.

Ketika saya menyiapkan Ibadat ini, muncul pertanyaan di dalam diri saya: “Apa sebetulnya yang kita syukuri”? Tentu karena 2 (dua) orang Kudus yang baru itu. Tetapi tentu bukan karena sekedar pribadinya, tetapi karena pelayanan kepimpinannya yang dengan cara yang berbeda-beda dan dalam wujud yang berbeda-beda, semuanya berbuah pada Pembaharuan Gereja. Selain itu, kita juga boleh bersyukur, karena dengan merayakan hari ini, kita diingatkan kembali, bahwa kita semua, kita masing-masing dipanggil menuju kepenuhan hidup Kristiani, menuju kesempurnaan kasih, seperti halnya kedua orang Santo baru itu, kita pun meskipun rasa-rasanya sangat jauh dari mereka, kita pun dipanggil untuk menjadi Kudus seperti mereka.

Perarakan Patung Santo Yohanes XXIII & Santo Yohanes Paulus II dengan diiringi Perwakilan Paroki se KAJ

Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah, apa artinya Kudus? Jawabannya amat banyak, tergantung dari mana jawaban itu mau kita cari. Saya ingin menawarkan 2 (dua) jawaban, menawarkan kalau tidak setuju, nanti silahkan cari jawaban sendiri.

  1. Jawaban yang pertama saya ambil dari kutipan-kutipan kitab suci, yang dibacakan pada hari ini. Salah satu kata yang menarik bagi saya, adalah kata “merdeka”, buku panduan halaman 9, baris ketiga dari bawah, “Hiduplah sebagai orang merdeka”. Yang tadi saya katakan menarik, karena pada halaman berikutnya, halaman 10 baris 1 dari atas, dikatakan yang hampir-hampir sebaliknya, “Hiduplah sebagai hamba, hamba Allah”. Merdeka itu bebas. Hamba itu tidak bebas, disuruh-suruh terus. Maka pertanyaannya, bagaimana kedua kata itu dapat menjadi satu rangkaian yang menunjukkan justru kekudusan itu? Jawabannya, mungkin berbelit-belit, maaf kalau saya nanti berbelit-belit. Yang langsung saya pikirkan adalah hanya di dalam Gereja Katolik ada yang namanya orang kudus, Santo dan Santa, Beato dan Beata. Di dalam agama-agama lain tidak ada, di dalam gereja yang bukan katolik juga tidak ada. “Kenapa”? Saya juga tidak begitu tahu itu. Tetapi kalau jawabannya diambil dari kata merdeka itu, selalu mungkin jawabannya seperti ini: Rahmat atau keselamatan itu memang dari satu pihak adalah anugrah yang bebas, merdeka, gratis dari Tuhan. Tetapi yang namanya anugrah itu, baru menjadi anugrah, kalau diterima dengan merdeka. Nah, ada kata “merdeka” ini, kemerdekaan kita untuk menerima Rahmat Tuhan berbeda-beda. Ada yang kemerdekaannya sedikit, ada yang lumayan banyak, ada yang merdekanya 100%. Merdeka, bebas untuk menjadikan hidupnya hamba-hamba Allah. Inilah mengapa di dalam Gereja Katolik ada orang Kudus. Mereka adalah orang-orang yang dengan merdeka 100%, tidak ada kekurangannya, menerima tawaran rahmat Allah, dan tawaran itu adalah justru yang menjadikan dirinya hamba Allah. Dengan demikian kita melihat bahwa kita pun dipanggil menuju kekudusan dalam arti, mungkin ada yang menghalangi kemerdekaan kita atau kebebasan kita untuk menjadikan diri kita hamba-hamba Allah karena macam-macam alasan. Atau orang-orang Kudus itu siapa dalam bacaan injil, adalah mereka yang telah menjalani kelahiran baru, menanggalkan manusia lama, mengenakan manusia baru. Itulah kudus, kalau jawabannya diambil dari dua bacaan ini.
  2. Saya ingin menawarkan satu jawaban lain, yang tidak langsung diambil dari bacaan ini. Saya merumuskannya begini, orang kudus adalah pribadi yang dengan cara berbeda-beda menghantar orang lain kepada Tuhan lewat teladan hidupnya, lewat kata-katanya, lewat ajarannya, dan sebagainya. Kalau jawabannya seperti itu, jelas sekali bahwa Santo Yohanes XXIII dan Santo Yohanes Paulus II adalah orang Kudus. Tadi sudah dijelaskan oleh Romo Sulis, yang tampil pada waktu awal. Satu kata kunci yang menjadi titik tolak Pembaharuan Gereja adalah Jornamento. Silakan membayangkan bahwa di dunia ini ada berapa orang katolik, sekitar 6 - 7 miliar, dipimpin oleh seorang Paus. Bagaimana pengaruh kedua orang itu sendiri, begitu luas & sebetulnya intinya sakti. Apapun yang mereka kerjakan, adalah mendampingi kita semua, murid-murid Kristus untuk sampai lebih dekat kepada-Nya, melalui pembaharuan, melalui penderitaan mereka, melalui pengampunan yang mereka tunjukkan secara begitu jelas kepada dunia ditengah-tengah konflik-konflik yang ada. Kedua orang kudus ini adalah pribadi-pribadi yang mengantar kita semua semakin dekat kepada Tuhan. Tetapi, saudari-saudaraku yang terkasih, tidak usah menunggu menjadi orang Kudus bagi kedua Pribadi ini, untuk dapat menghantar saudari-saudara kita yang lain, merasa lebih dekat dengan Tuhan. Ini orang kudus, jadi istimewa.

Pemberkatan Patung St Yohanes XXIII & St Yohanes Paulus II

Saya ingin memberikan satu contoh kecil, bagaimana sering kali atau kadang-kadang, tanpa kita sadari, sebetulnya kita juga mengantar orang lain, saudara-saudara kita kepada Tuhan. Contoh kecil, beberapa tahun yang lalu, saya berkunjung ke salah satu Stasi. Waktu itu saya masih di Jawa Tengah, jauh dari Paroki. Saya bertemu dengan seorang Katekis dan Katekis itu mengatakan kepada saya, “Romo, saya mempunyai 90 Katekumen”. “Wah, bukan main banyaknya”. Saya tidak percaya waktu itu. Inilah, antara lain yang membuat saya tidak menjadi orang kudus, hanya sebagai orang yang baik hati. Saya bertanya kepada Pastor Parokinya, “Betulkah Romo, Stasi ini ada sekian banyak Katekumen”? ”Iya betul”. Nah, salahlah saya. Lalu waktu itu, saya kembali ke Bapak Katekis itu dan bertanya, “Bapak, apakah Bapak pernah bertanya kepada para Katekumen itu, apa yang membuat mereka ingin dibaptis ke dalam Gereja Katolik, ingin menjadi murid Kristus?”. Jawabannya macam-macam, satu yang saya ingat adalah, ada yang tersentuh hatinya karena ikut melayat orang katolik. Dan ketika melayat, dia tahu doa-doa yang diucapkan dalam upacara itu, begitu indah bagi dia, dan pada waktu itu muncul keinginan di dalam dirinya untuk dibaptis ke dalam Gereja Katolik. Kalau kita melayat dan berdoa, kita tidak berpikir moga-moga ada orang yang ingin dibaptis karena doanya indah sekali. Tetapi ternyata, tanpa kita sadari, ketika kita berdoa, tentu yang lain-lain, ada orang yang merasakannya sebagai undangan untuk memilih Kristus sebagai pegangan hidupnya. Ini juga termasuk yang tadi saya katakan, orang kudus adalah pribadi yang memandu orang lain atau membuka jalan bagi orang lain untuk mendekat kepada Tuhan.

Rm Yakub Janami Barus OFMConv bersama Bp Hidayat Tjokrodjojo

Saudari-saudaraku yang terkasih, ketika renungan saya sampai di situ, saya ingat akan satu kisah yang agak mencolok. Saya ceriterakan kepada anda, ceriteranya begini, suatu hari ada seorang Pastur, seorang Imam baru ditempatkan di kota itu. Dia mau pergi ke kantor pos. Dia tidak tahu betul kantor pos itu dimana, maka dia jalan saja. Di salah satu belokan, ada seorang anak. Lalu pastur itu berhenti dan bertanya, “Dik, kantor pos ada dimana?”. Anak itu menjawab, “Di sebelah sana, Romo”. Romonya kaget anak kecil udah tahu kalau dia Romo. Dia tanya, “Kok kamu tahu kalau saya Pastur?”. “Ya Pastur, saya kadang-kadang ke Gereja”. “Baik, terima kasih”. Lalu Pasturnya pergi ke kantor pos, menurut petunjuk anak itu. Selesai urusannya, dia kembali dan anak itu masih disana. Pasturnya berhenti lagi dan bertanya, “Kenapa kamu tadi mengatakan hanya kadang-kadang ke Gereja?”. “Ya, malas Pastur, ada urusan macam-macam”. Lalu pastur itu menawarkan jasa, “Besok minggu datang ya, saya tunjukan jalan kepada Tuhan”. Anak kecil itu diam saja, kemudian dia menjawab, “Gak Mau”. “Kok gak mau ditunjukkan jalan kepada Tuhan?”. “Tidak mau”, tidak mau, sampai beberapa kali, tidak mau. “Kenapa?”. “Ya bagaimana saya mau, Pastur ke kantor pos saja gak tahu jalannya”.

Kita boleh yakin bahwa kedua orang kudus baru ini dengan ajarannya, dengan teladan hidupnya, dan dengan kesalehannya, menunjukkan jalan kepada Tuhan bagi kita semua. Marilah di dalam perayaan ekaristi ini, kita mohon semoga jalan hidup sungguh-sungguh kita temukan, kita jalani dan pada waktunya, kita pun dengan hidup kita dapat menunjukkan jalan kepada semakin banyak orang. Tuhan Memberkati.

Jakarta, 28 April 2014

Sasono Langen Budoyo, TMII

+ I. Suharyo

Liputan & Foto oleh KOMSOS Paroki St Lukas Sunter