Betlehem

Dipublikasikan tanggal 27 December 2009

BETLEHEM adalah kota tempat Yesus dilahirkan. Betlehem memiliki arti “rumah roti”. Kota ini merupakan salah satu kota tertua di Israel. Ia sudah ada sejak zaman Yakub (k.l.1200SM) . namanya pertama kali adalah Efrata (Bdn Kej 35:19 , Demikianlah Rahel mati, lalu ia dikuburkan di sisi jalan ke Efrata, yaitu Betlehem). Oleh Karena itu, kota ini sering kali disebut juga sebagai Betlehem Efrata ( Mi 5:1, Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala).

Alkitab memberi catatan tambahana bahwa kota ini adalah kota yang terkecil di Yehuda ( Mi 5:1). Lantas, mengapa Betlehem, kota yang kecil itu yang dipilih Allah, bukan Yerusalem, kota yang besar nan megah? Ada dua jawaban yang bisa kita ajukan di sini. Pertama, ada penafsir yang menyatakan bahwa kelahiran Yesus di Betlehem merupakan penggenapan dari nubuatan yang disampaikan oleh Nabi Mikha (Mi 5 : 1-8). Disini kita melihat keistimewaan dari kelahiran Yesus. Tidak ada seorang manusiapun, selain Yesus yang kelahirannya sudah dibseritahukan berabad-abad sebelumnya.

5:1 Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.
5:2 Sebab itu ia akan membiarkan mereka sampai waktu perempuan yang akan melahirkan telah melahirkan; lalu selebihnya dari saudara-saudaranya akan kembali kepada orang Israel.
5:3 Maka ia akan bertindak dan akan menggembalakan mereka dalam kekuatan TUHAN, dalam kemegahan nama TUHAN Allahnya; mereka akan tinggal tetap, sebab sekarang ia menjadi besar sampai ke ujung bumi,
5:4 dan dia menjadi damai sejahtera. Apabila Asyur masuk ke negeri kita dan apabila ia menginjak tanah kita, maka kita akan membangkitkan melawan dia tujuh gembala, bahkan delapan pemimpin manusia.
5:5 Mereka itu akan mencukur negeri Asyur dengan pedang dan negeri Nimrod dengan pedang terhunus; mereka akan melepaskan kita dari Asyur, apabila ia ini masuk ke negeri kita dan menginjak daerah kita.
5:6 Maka sisa-sisa Yakub akan ada di tengah-tengah banyak bangsa seperti embun dari pada TUHAN seperti dirus hujan ke atas tumbuh-tumbuhan yang tidak menanti-nantikan orang dan tidak mengharap-harapkan anak manusia.
5:7 Maka sisa-sisa Yakub akan ada di antara suku-suku bangsa, di tengah-tengah banyak bangsa seperti singa di antara binatang-binatang hutan, seperti singa muda di antara kawanan kambing domba: ke mana pun ia pergi, maka ia membanting dan menerkam, sedang tidak ada yang melepaskan.
5:8 Tanganmu akan diangkat melawan para lawanmu, dan semua musuhmu akan dilenyapkan!

Kedua, di sini kita melihat bahwa ukuran yang dipakai Allah begitu kontras dengan ukuran yang lazim manusia gunakan. Manusia lebih melihat pada sesuatu yang besar, tinggi, dan banyak. Bangsa yang hebat adalah bangsa yang besar jumlah penduduknya, banyak tentaranyam dsb. Akan tetapi, ukuran Allah lain. Buktinya, Israel yang merupakan bangsa yang kecil dan lemah, justru dipilih Tuhan untuk menjadi umat kesayanganNYA (UL 7:7, Bukan karena lebih banyak jumlahmu dari bangsa mana pun juga, maka hati TUHAN terpikat olehmu dan memilih kamu -- bukankah kamu ini yang paling kecil dari segala bangsa? -)

Pun demikian dalam kaitandengan Natal, lazimnya seorang raja lahir di istana yang mewah dan megah, namun Yesus malah lahir di kandang yang kecil nan dekil. Lazimnya, seorang raja bertakhta di singgasana, namun Yesus malah terbaring di palungan. Lazimnya, seorang raja memakai jubah kebesaran, namun Yesus berbungkus kain lampin.

Sungguh kontras! Tidak ada yang spektakuler. Tidak ada yang monumental. Oleh karena itu, sulit dipercayai. Namun, hati-hati! Sejarah menunjukkan bahwa hal-hal besar justru diawali dari hal-hal kecil. Penemuan mesin uap oleh James Watt ternyata menghasilkan revolusi Industri di Inggris. Teori gravitasi yang berawal dari pengamatan Isaac Newton terhadap apel yang jatuh keatas tanah, ternyata begitu berpengaruh dalam ilmu Fisika dan perkembangan beragam teknologi. Contoh ini masih bisa diperpanjang tentu, tapi yang pasti hal-hal kecil, yang sederhana, yang biasa dipandang sebelah mata, justru bisa memberi dampak dan perubahan yang sangat besar bagi dunia.

Disinilah kita melihat bahwa Natal sebenarnya ingin melepaskan manusia dari penjara megalomaniaknya, yakni sikap yang hanya menghargai sesuatu yang besar, tinggi, dan banyak. Padahal justru disitulah manusia sering kali tertipu. Kejadian 3:6 menunjukkan betapa rentannya manusia, dalam hal ini Hawa, yang hanya tertarik pada apa yang dilihatnya. Oleh karena itu, Natal ingin mengajak manusia untuk kembali pada yang hakiki, tidak reperdaya oleh tipuan-tipuan visual yang memikat hati. Natal juga mengingatkan kita untuk meningalkan prinsip to have more (memiliki lebih banyak), melainkan to be more (menjadi lebih baik). Dengan begitu, Natal dijalani dengan rangkaian makna.