Tahun Hidup Bakti 2015

Dipublikasikan tanggal 25 February 2015

Tahun Hidup Bakti 2015

Paus Fransiskus mencanangkan tahun 2015 sebagai Tahun Hidup Bakti. Dalam Lumen Gentium Bab VI Pasal 43 ditulis bahwa “nasehat-nasehat Injil tentang kemurnian yang dibaktikan kepada Allah, kemiskinan dan ketaatan, didasarkan pada sabda dan teladan Tuhan, dan dianjurkan oleh para Rasul, para Bapa, para guru serta para gembala Gereja.” Sayangnya Lumen Gentium tidak menyebutkan di mana Tuhan Yesus pernah secara spefisik menganjurkan tentang hidup bakti.

Santo Antonius memahami hidup bakti dari perikop “Orang Kaya Sukar Masuk Kerajaan Allah” (Mrk 10:17-27). Yesus bersabda, “Pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di surga, kemudian datanglah kemari dan ikutlah Aku.” (ay 21) Lima perintah yang dicetak miring tersebut membentuk sebuah pola hidup. Sambil merenungkan perintah tersebut, beliau mengasingkan diri di gurun dan mengabdikan hidupnya kepada Tuhan.

Pada tahun 2015 Gereja memperingati 50 tahun dua dokumen penting Konsili Vatikan II, yaitu Perfectae Caritatis (Dekret tentang Hidup Bakti) dan Lumen Gentium (Konstitusi Dogmatis tentang Gereja). Kedua dokumen ini secara khusus berbicara tentang hidup bakti.  Gereja juga mengenang dengan penuh rasa syukur Dokumen Konsili Ad Gentes yang berbicara tentang peran khusus komunitas hidup bakti dalam perutusan Gereja.  Tahun Hidup Bakti akan dibuka secara resmi pada tanggal 21 November 2014 dan akan ditutup pada tanggal 21 November 2015.

Tanggal 21 November diperingati sebagai Pesta Santa Perawan Maria Dipersembahkan Kepada Allah. Menurut informasi dari kitab-kitab apokrif, misalnya Protoinjil Yakobus, diceritakan bahwa St. Yoachim dan St. Anna, tidak dikarunia anak, meski sudah lanjut usia, sampai mereka menerima kabar dari malaikat. Kemudian mereka memperoleh keturunan, yaitu Maria, dan sebagai wujud rasa syukur, Maria dipersembahkan kepada Allah dan tinggal di Bait Allah sejak usia tiga tahun.

Sepanjang tahun 2015 seluruh umat diajak untuk berdoa dan merenungkan makna hidup bakti bagi hidup dan tugas perutusan Gereja. Hidup Bakti dipahami sebagai hidup yang dipersembahkan kepada Allah dengan kesetiaan mengikuti dan melaksanakan nasihat-nasihat Injil dalam ketaatan, kemurnian dan kemiskinan. Hidup Bakti merupakan tanda nyata dari cita-cita kesempurnaan hidup kristiani yang ditawarkan Allah kepada seluruh umat beriman.

Dalam pesannya menyongsong Tahun Hidup Bakti, KWI memberi judul “Betapa Indah Panggilan-Mu, Tuhan!” Judul ini dilatarbelakangi dengan Mzm 84. Dalam pesan tersebut dicatat sebagai berikut:

Tujuan mulia dari pencanangan Tahun Hidup Bakti:

  • Pertama, untuk “mengenang dengan penuh syukur masa lalu”. Kendatipun turut mengalami tantangan dari krisis yang melanda dunia dan Gereja, para pemeluk hidup bakti tetap berusaha hidup di dalam pengharapan. Gereja bersyukur karena hidup dan pelayanan tarekat-tarekat hidup bakti tidak didasarkan semata-mata atas kekuatan manusia, tetapi terlebih atas iman dan harapan kepada Allah. “Karena kami mempunyai pengharapan yang demikian, maka kami berani bertindak dengan penuh keberanian” (2Kor 3:12). Diteguhkan oleh sabda Kristus, para pemeluk hidup bakti  memperoleh keyakinan untuk turut berucap: “Di dalam Dia, tidak ada yang dapat merampas harapan kita” (bdk. Yoh 16:22).
  • Kedua, untuk “merangkul masa depan dengan harapan”. Pengharapan ini tidak dapat menjauhkan hidup umat beriman dari semangat untuk tetap menjalani hidup yang telah dianugerahkan Allah. Para pemeluk hidup bakti tetap berusaha mengarahkan pandangan kepada Kristus yang hidup mulia dalam kemuliaan surgawi.
  • Ketiga, untuk mendorong para religius khususnya agar “menjalani hidup hari ini dengan penuh semangat.” Semangat hidup dengan penghayatan nilai Injili berhubungan dengan “hidup dalam kasih, persahabatan sejati, dan persatuan yang mendalam.”

Dalam pesan tersebut, KWI juga berharap agar keuskupan-keuskupan, paroki-paroki, dan terutama keluarga-keluarga Katolik selalu membina kerjasama dengan sekolah-sekolah dan terus-menerus mendorong orang muda katolik dan putra-putri Gereja untuk turut berusaha menumbuh-kembangkan rasa cinta atas panggilan hidup bakti.

Diharapkan agar keluarga-keluarga menjadi lahan persemaian benih panggilan melalui doa, keteladanan iman dan kepekaan atas panggilan Allah. Dengan jumlah imam di KAJ sekitar 1.500 orang untuk melayani hampir 500.000 umat, memang Gereja masih kekurangan imam. Semoga para pemeluk hidup bakti dari hari ke hari akan makin berkembang dan membuahkan hasil penyelamatan yang makin berlimpah.