Aku Tidak Akan Melupakan Engkau!

Dipublikasikan tanggal 18 March 2015

Aku Tidak Akan Melupakan Engkau!

Yes 49:8-15

Katakan Tidak Pada Aborsi 

Bacaan pertama hari ini diakhiri dengan satu pernyataan Allah yang luar biasa:

Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau. (Yes 49:15) 

Yesaya menubuatkan pesan dari Allah kira-kira 2.500 tahun yang lalu. Pada saat itu aborsi mungkin tidak lazim dilakukan, karena anak diyakini sebagai berkat dari Allah. Meskipun demikian, pembunuhan atas anak-anak masih dilakukan dalam rangka persembahan kepada dewa-dewi kafir. Kitab Ratapan mencatat:

Dengan tangan sendiri wanita yang lemah lembut memasak kanak-kanak mereka, untuk makanan mereka tatkala runtuh puteri bangsaku. (Rat 4:10) 

Yeremia, yang diyakini sebagai penulis kitab Ratapan, mengecam praktek persembahan anak-anak untuk Dewa Molokh, dewa kesuburan tanah bangsa kafir Kanaan. Anak-anak dipersembahkan sebagai kurban dalam api (2 Raj 16:3, 17:17).

Anak-anak Dipersembahkan sebagai Kurban untuk Dewa Molokh

Mungkin kita menarik napas atau merinding mendengar praktek keji ini. Tetapi apa bedanya praktek persembahan kurban anak-anak kepada dewa Molokh apabila dibandingkan dengan praktek aborsi, yang sudah biasa dilakukan di negeri ini? Kita teringat dengan kerasnya penolakan terhadap Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi, yang mengizinkan perempuan korban perkosaan melakukan aborsi.  Peraturan ini dianggap tidak mencirikan adab ketimuran dan melupakan bahwa Indonesia adalah negara beragama.

Berapa kasus aborsi terjadi di Indonesia? Sangat sulit dihitung secara akurat, namun situs www.aborsi.org memperkirakan bahwa berdasarkan data statistik dari BKKBN, ada sekitar 2.000.000 kasus aborsi yang terjadi setiap tahunnya di Indonesia. Hal ini berarti bahwa ada 2.000.000 nyawa tak berdosa yang dibunuh setiap tahunnya secara keji tanpa banyak orang yang tahu. Apa bedanya kekejian ini dengan kekejian wanita-wanita yang memasak anak-anak mereka untuk dipersembahkan kepada Dewa Molokh?

 

Dua Juta Nyawa Tak Berdosa Dibunuh Setiap Tahun di Indonesia lewat Aborsi

Gereja Katolik menganut paham prolife. Gereja mendukung kehidupan manusia, termasuk mereka yang masih berada dalam kandungan ibunya. Dengan demikian Gereja dengan tegas menolak aborsi! Prolife berseberangan dengan prochoice, yang mengacu kepada hak ibu untuk memilih nasib dirinya dan nasib bayi yang dikandungnya. Sejak kapan sebuah kehidupan dimulai? Sejak pembuahan sel telur oleh sel sperma. Setiap tindakan manusia yang berupaya untuk mengganggu kehidupan, adalah pelanggaran terhadap perintah Allah “jangan membunuh”! (Kel 20:13)

Sesungguhnya PL cukup melindungi hak kehidupan bayi dalam kandungan. Kitab Keluaran mencatat:

Apabila ada orang berkelahi dan seorang dari mereka tertumbuk kepada seorang perempuan yang sedang mengandung, sehingga keguguran kandungan, tetapi tidak mendapat kecelakaan yang membawa maut, maka pastilah ia didenda sebanyak yang dikenakan oleh suami perempuan itu kepadanya, dan ia harus membayarnya menurut putusan hakim. Tetapi jika perempuan itu mendapat kecelakaan yang membawa maut, maka engkau harus memberikan nyawa ganti nyawa, mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti tangan, kaki ganti kaki, lecur ganti lecur, luka ganti luka, bengkak ganti bengkak. (Kel 21:22-25)

Perkara kehidupan seorang anak dalam kandungan dan ibunya bukan masalah sepele. Mengapa demikian? Karena Allah sudah memiliki rencana untuk setiap orang, bahkan sebelum orang itu dikandung oleh ibunya sendiri. Ketika Yeremia dipanggil untuk menjadi nabi, Allah berfirman:

Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa. (Yer 1:5) 

Yesus sendiri sangat mencintai anak-anak.  Kisah tentang Yesus memberkati anak-anak (Mrk 10:13-16) melukiskan hal itu. Murid-murid Yesus berupaya mencegah supaya anak-anak kecil tidak dibawa kepada Yesus.  Apa reaksi Yesus? Ia marah  dan berkata kepada mereka, “Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.” (Mrk 10:14). Apa yang dilakukan oleh Yesus? Ia memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka. (Mrk 10:16). Kata marah menunjukkan bahwa Yesus sangat tidak menyetujui perbuatan murid-murid-Nya yang menghalang-halangi anak-anak untuk datang kepada-Nya. Demikian pula kata memberkati  (Yun. Kateulogei) hanya muncul satu kali saja di dalam Perjanjian Baru.  Rupanya anak-anak mendapat tempat yang istimewa di dalam hati Yesus.

 

Biar Anak-anak Datang kepada-Ku!

Bacaan Yes 49:8-15 menjadi bacaan pertama hari Rabu Minggu IV Prapaskah.  Allah mengingatkan kepada kita bahwa di dunia ini mungkin kasih yang terbesar adalah kasih seorang ibu kepada anaknya. Akan tetapi bisa saja terjadi seorang ibu melupakan anaknya. Namun, Allah tidak akan melupakan kita. Ketika teks ini dinubuatkan oleh Yesaya, bangsa Israel masih berada di pembuangan.  Di tengah kekerasan dan kepahitan hidup, Yesaya menegaskan bahwa saat yang lebih baik akan segera tiba. Ini semua merupakan jawaban atas doa-doa bangsa Israel. Inilah saat yang menggembirakan, saat bagi setiap orang untuk bersorak-sorai, sebab Allah sendiri menghibur dan menyayangi umat-Nya.

Minggu keempat Prapaskah dikenal dengan sebutan “laetare”.  Dalam bahasa Latin laetare berarti bersukacita. Kata ini berasal dari Yes 66:10-11 yang dimulai dengan seruan, “Bersukacitalah bersama-sama Yerusalem ...” Minggu Laetare menandakan bahwa kita sudah berada di tengah Masa Prapaskah.  Sukacita Paskah sudah semakin dekat. Itulah sebabnya pada minggu Laetare, bunga, yang selama Masa Prapaskah ditiadakan,  boleh menjadi hiasan altar. Semoga sukacita ini mengisi hari-hari kita dalam menantikan Kebangkitan Kristus!

Bersukacitalah! - Warna Pink Menghiasi Liturgi Minggu Laetare