MENANGGAPI KASIH ALLAH DENGAN MENGASIHI SESAMA

Dipublikasikan tanggal 27 March 2015

Menanggapi Kasih Allah dengan Mengasihi Sesama

Pertemuan Prapaskah IV

 

 

Hari Minggu ini kita sudah memasuki Pekan Suci. Hal ini berarti bahwa kita sudah berada di penghujung Masa Prapaskah 2015. Tema APP 2015 adalah “Tiada Syukur Tanpa Peduli.” Melalui empat pertemuan Prapaskah umat Katolik KAJ dipersiapkan untuk mewujudnyatakan cita-cita luhur ini dalam bentuk aksi nyata. Tulisan kali ini bermaksud untuk mengajak kita semua untuk merenungkan bahan pendalaman Kitab Suci pertemuan Prapaskah IV. Bacaan diambil dari Yoh 13:31-35 dengan judul “Perintah Baru” sebagai berikut:

Sesudah Yudas pergi, berkatalah Yesus: "Sekarang Anak Manusia dipermuliakan dan Allah dipermuliakan di dalam Dia. Jikalau Allah dipermuliakan di dalam Dia, Allah akan mempermuliakan Dia juga di dalam diri-Nya, dan akan mempermuliakan Dia dengan segera. Hai anak-anak-Ku, hanya seketika saja lagi Aku ada bersama kamu. Kamu akan mencari Aku, dan seperti yang telah Kukatakan kepada orang-orang Yahudi: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang, demikian pula Aku mengatakannya sekarang juga kepada kamu. Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi."


 

Yesus Memberi Perintah Baru Setelah Yudas Pergi 

Perikop dimulai dengan pernyataan “sesudah Yudas pergi”. Kita semua tahu tujuan kepergian Yudas. Dia akan menjual Yesus kepada pemuka-pemuka agama Yahudi. Dia akan mengkhianati Yesus. Dia bukan murid yang setia. Yesus memberikan perintah baru hanya kepada murid-murid-Nya yang sejati dan setia.

Yesus kemudian menjelaskan bahwa Dia membiarkan Yudas mengkhianati-Nya, karena hal ini akan membawa-Nya kepada sengsara dan wafat-Nya. Hal ini merupakan kemuliaan bagi-Nya. Allah dipermuliakan dalam ketaatan Yesus, sebaliknya Allah akan mempermuliakan Yesus dengan kebangkitan dan kenaikan-Nya ke surga. Dalam hal ini Yohanes mencatat di tempat lain doa Yesus kepada Allah, 

Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya. Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakan Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada. (Yoh 17:4-5)

 

 

Menyelesaikan Pekerjaan dari Allah adalah Cara Mempermuliakan-Nya

Sebagai pengikut Kristus kita harus menyadari bahwa cara untuk mepermuliakan Allah adalah dengan jalan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Selama berada di dunia ada dua pekerjaan utama Yesus: mewartakan Injil (Sabda) dan melayani manusia (Karya). Kedua pekerjaan Yesus itu belum selesai, oleh karenanya kita sebagai pengikut-pengikut Kristus wajib menyelesaikannya. Penginjil Matius mencatat di akhir kitabnya,

Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarilah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman. (Mat 28:19-20) 

Penginjil Markus mencatat hal yang kurang lebih sama dengan penekanan yang berbeda,

Lalu Ia berkata kepada mereka, “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya, mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka, mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh. (Mrk 16:15-18)

  

 

Pengikut Yesus Harus Melanjutkan Karya Yesus 

Setelah Yesus naik ke surga, kita sebagai pengikut-pengikut-Nya yang setiap wajib menyelesaikan pekerjaan-Nya. Kita tidak boleh berhenti mewartakan Injil dan melayani sesama. Hal ini akan menjadi semakin jelas apabila kita merenungkan untuk apa Yesus pergi meninggalkan dunia. Dalam perikop berikutnya Yesus menjelaskan,

“Jangan gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku ada banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabilan Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada.” (Yoh 14:1-3)

Yesus meninggalkan kita untuk menyediakan tempat bagi kita. Sebuah janji yang indah keluar dari mulut Allah kita! Yesus, Allah Putera adalah “Sang Pelayan Agung”. Sejak kenaikan-Nya ke surga, Yesus tidak pernah berhenti menjadi “Pelayan” kita. Sudah layak dan sepantasnya kalau kita menanggapi kasih Allah dengan menjadi pelayan bagi sesama.

 

Yesus Melayani Kita dengan Menyiapkan Tempat bagi Kita

Yesus pun memberi perintah baru kepada murid-murid-Nya, supaya mereka saling mengasihi. Apa yang baru dalam perintah ini? Im 19:18 mencatat perintah Allah, “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Rupanya yang baru dalam perintah Yesus adalah standar mengasihi sesama. Perjanjian Lama menetapkan bahwa kasih kepada diri sendiri adalah ukuran untuk mengasihi sesama. Namun Yesus memperbaharui hukum ini. Kita harus saling mengasihi sama seperti Allah telah mengasihi kita. Hal ini berarti ukuran mengasihi sesama adalah kasih Allah. Yesus memberi tantangan yang lebih berat daripada Hukum Perjanjian Lama.

Mengapa standar Yesus dalam hal mengasihi sesama begitu tinggi? Ayat terakhir memberi jawabannya. Kita akan dikenal sebagai murid-murid-Nya, apabila kita saling mengasihi sama seperti Allah telah mengasihi kita.

 

Kita Saling Mengasihi Sama Seperti Allah Mengasihi Kita

Bacaan pertemuan Prapaskah IV menantang kita untuk melakukan tindakan nyata dalam mengasihi sesama. Dalam suratnya Yohanes memberi nasihat,

Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran. (1 Yoh 3:18) 

Setiap tahun umat Katolik mengikuti pendalaman Kitab Suci tiga kali: Masa Prapaskah, Bulan Kitab Suci, dan Masa Adven. Satu hal yang menjadi ciri khas pendalaman Kitab Suci Masa Prapaskah. Kita dipanggil untuk mengasihi sesama secara nyata dalam Aksi Nyata Prapaskah (ANP). Mengisi hari-hari terakhir Masa Prapaskah 2015, baik untuk kita renungkan bersama: Apa yang akan secara nyata kita lakukan?

 

Marilah Mengasihi dengan Perbuatan