ROTI KEHIDUPAN

Dipublikasikan tanggal 20 April 2015

ROTI KEHIDUPAN

Renungan dari Yoh 6

 

Mulai hari Jumat tanggal 17 April 2015 sampai dengan hari Jumat 24 April 2015, Bacaan Injil harian mengutip Injil Yohanes Bab 6. Yoh 6 mencatat klimaks popularitas Yesus. Di dalamnya Yesus melakukan dua tanda: memberi makan lima ribu orang dan berjalan di atas air. Semuanya ini menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah. Yesus juga ditampilkan sebagai "Musa baru" (Dia naik ke atas gunung, ay 3); catatan ini mempersiapkan Yesus untuk tema Paskah dan "roti". 

Pernyataan Yesus tentang "roti" mencapai puncaknya pada ayat 35: 

Kata Yesus kepada mereka, “Akulah roti kehidupan; siapa saja yang datang kepada-Ku, ia tidak akan pernah lapar lagi, dan siapa saja yang percaya kepada-Ku, ia tidak akan pernah haus lagi … Siapa saja yang percaya, ia mempunyai hidup yang kekal. Akulah roti kehidupan.” (Yoh 6:35, 47-48)

 

Roti adalah makanan pokok bagi sebagian penduduk dunia, seperti nasi bagi orang Indonesia. Ternyata akses terhadap pangan yang mencukup masih menjadi persoalan pelik bagi sebagian penduduk dunia, termasuk Indonesia. FAO mencatat sekitar 21 juta atau 8,6% orang Indonesia mengalami kelaparan pada tahun 2010-2012. Karena itu kecukupan pangan dan gizi bagi penduduk negeri ini, terutama kelompok miskin, sudah seharusnya menjadi prioritas pemerintah.

 

Dapat dibayangkan betapa pernyataan Yesus tersebut di atas menjadi penghiburan bagi mereka yang mengalami kekurangan makanan.  Namun Yesus menggabungkan kata roti ini dengan kata lain yakni “kehidupan”. Seperti kita ketahui kehidupan manusia tergantung pada kesehatan raga (jasmani) maupun jiwa (rohani). Nampaknya Yesus menggabungkan dua kata ini: “roti kehidupan” dan memaknainya dalam aspek rohani.

 

Apa yang harus dilakukan agar manusia memperoleh hidup yang kekal? Dia harus datang kepada Yesus dan percaya kepada-Nya. Orang banyak datang kepada Yesus hanya karena Yesus melakukan banyak tanda (mukjizat) dan karena Yesus mengenyangkan mereka dengan roti jasmani. Oleh sebab itu mereka ingin menjadikan Yesus sebagai raja mereka.

 

Mereka melupakan bahwa kehidupan memiliki dimensi lain yakni rohani. Untuk itu Yesus menegaskan, “… setiap orang yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman … siapa saja yang makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman.” (Yoh 6:40, 54)

 

Makanan rohani yang bisa membawa kita kepada hidup yang kekal adalah iman manusia akan wafat dan kebangkitan Kristus. Dengan wafat dan kebangkitan-Nya kita semua dijadikan anak-anak Allah.

 

Bagaimana wujud makanan rohani tersebut? Kembali Yesus menjelaskan, “Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup.” (Yoh 6:63). Sabda Allah adalah makanan rohani yang yang mempertahankan dan memulihkan jiwa kita. Lewat sabda-Nya Yesus sedikit demi sedikit mengubah kita menjadi gambar-Nya (2 Kor 3:18). Kita harus berseru seperti Yeremia, “Apabila aku bertemu dengan perkataan-perkataan-Mu, maka aku menikmatinya; firman-Mu itu menjadi kegirangan bagiku, dan menjadi kesukaan hatiku …” (Yer 15:16)

 

Makanan rohani yang lain adalah Tubuh dan Darah Kristus, yang kita sambut dalam perayaan Ekaristi. Yesus bersabda, “Sebab daging-Ku benar-benar makanan dan darah-Ku benar-benar minuman. Siapa saja yang makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia.” (Yoh 6:55-56)

 

Siapkah kita menerima roti kehidupan? Apakah kita meniru orang banyak yang mengikuti Yesus hanya karena roti jasmani? Ataukah kita mengizinkan Allah kita masuk ke dalam kehidupan kita dan memberi kita hidup yang kekal?