SIAPA SAUDARA-SAUDARA YESUS?

Dipublikasikan tanggal 05 May 2015

SIAPA SAUDARA-SAUDARA YESUS?

Mempertanggungjawabkan Dogma Keperawanan Kekal Maria 

Dogma Keperawanan Kekal Maria (De Virginitate Perpetua Sanctae Mariae) dimaklumatkan pada Konsili Lateran (649). Katekismus Gereja Katolik (KGK) No. 499 berbunyi:

Pengertian imannya yang lebih dalam tentang keibuan Maria yang perawan, menghantar Gereja kepada pengakuan bahwa Maria dengan sesungguhnya tetap perawan, juga pada waktu kelahiran Putera Allah yang menjadi manusia. Oleh kelahiran-Nya "Puteranya tidak mengurangi keutuhan keperawanannya, melainkan justru menyucikannya". Liturgi Gereja menghormati Maria sebagai "yang selalu perawan" [Aeiparthenos]

Dogma ini dapat dibagi menjadi tiga bagian: Maria adalah perawan sebelum melahirkan Yesus (virginitas ante partum), Maria adalah perawan ketika melahirkan Yesus (virginitas in partu), dan Maria adalah perawan setelah melahirkan Yesus (virginitas post partum). Dengan demikian Maria hanya memiliki seorang anak yaitu Yesus.

Sepanjang sejarah Gereja, ajaran dan dogma mengenai keperawanan Maria selalu menjadi kontroversi yang tidak berkesudahan. Kontroversi ini muncul dari berbagai pihak yang mempertanyakan kebenaran keperawanan Maria. Apakah mungkin Maria sungguh-sungguh perawan, baik sebelum melahirkan, saat melahirkan, dan setelah melahirkan? Terlebih lagi Kitab Suci mencatat bahwa Yesus mempunyai saudara-saudara.

Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas, dan Simon? Bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita? (Mrk 6:3)

Siapakah Saudara-saudara Yesus?

Di samping itu menurut pendapat orang-orang yang menolak dogma Keperawanan Maria, pilihan hidup "selibat" seperti Maria sepertinya “kurang menghormati” ajaran bahwa perkawinan adalah institusi yang diciptakan oleh Allah sendiri (bdk Kej 2:24)

Keperawanan Maria sebelum melahirkan Yesus tidak pernah diragukan orang karena Kitab Suci mencatat tentang kebenaran hal ini:

Tetapi (Yusuf) tidak bersetubuh dengan dia (Maria) sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamai Dia Yesus. (Mat 1:25)

Kata “sampai” (Yun. heos) tidak selalu berarti bahwa sebuah keadaan berubah setelah terjadi suatu peristiwa. Cara paling mudah membuktikannya adalah dengan mengutip penutup Injil Matius sendiri:

Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman. (Mat 28:20b)

Tentu kita semua sepakat bahwa Yesus tidak berhenti menyertai kita kalau akhir zaman sudah tiba bukan?

Kata “saudara” (Yun. adelphos) tidak selalu berarti saudara kandung, melainkan bisa berarti saudara tiri, saudara sepupu, orang sekampung, bahkan dalam Kis diceritakan bagaimana anggota Gereja Perdana menyapa satu sama lain dengan sebutan “saudara”. Kalau dicermati Mrk 6:3, yang disebut sebagai anak Maria hanyalah Yesus, tidak demikian halnya dengan saudara-saudara Yesus yang lain.

Lalu bagaimana memahami pengertian “saudara-saudara Yesus” ini? Siapakah mereka? Untuk itu kita sedikit mencermati kejadian di sekitar salib Yesus.

Di antara mereka terdapat Maria Magdalena, dan Maria ibu Yakobus dan Yusuf, dan ibu anak-anak Zebedeus. (Mat 27:56)

Ada juga beberapa perempuan yang melihat dari jauh, di antaranya Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus Muda dan Yoses, serta Salome. (Mrk 15:40)

Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena. (Yoh 19:25)

Dengan membandingkan ketiga ayat tersebut dapat kita simpulkan bahwa Maria ibu Yesus memiliki seorang saudara yang juga bernama Maria. Maria bibi Yesus ini memiliki beberapa orang anak di antaranya Yakobus dan Yoses. Dengan demikian dapat kita simpulkan secara alkitabiah bahwa saudara-saudara Yesus yang dicatat dalam Mrk 6:3 adalah saudara-saudara sepupu-Nya.

Ada dua bukti lain yang secara implisit menyatakan bahwa Yesus tidak memiliki saudara kandung lain:

  1. Dalam Luk 2:41-52 dikisahkan bahwa Yusuf dan Maria membawa Yesus ke Yerusalem pada hari raya Paskah. Pada saat itu Yesus berusia dua belas tahun. Tidak diceritakan bahwa pada saat itu keluarga kudus juga membawa adik-adik Yesus.
  2. Di kayu salib Yesus menyerahkan ibu-Nya kepada murid yang dikasihi-Nya. Sulit dipahami mengapa Yesus tidak menyerahkan ibu-Nya kepada saudara-saudara kandung-Nya, bila Dia benar-benar memiliki saudara kandung.

Yesus Menyerahkan Ibu-Nya kepada Murid yang Dikasihi-Nya

Keperawanan Maria juga bisa dipahami dari sebuah nubuat nabi Yehezkiel.

Kemudian ia membawa aku kembali ke pintu gerbang luar dari tempat kudus, yang menghadap ke timur; gerbang ini tertutup. Lalu TUHAN berfirman kepadaku, “Pintu gerbang ini harus tetap tertutup, jangan dibuka dan jangan seorang pun masuk dari situ, sebab TUHAN, Allah Israel, sudah masuk melaluinya; karena itu gerbang itu harus tetap tertutup. Hanya raja itu, oleh karena ia raja boleh duduk di sana makan santapan di hadapan TUHAN. Raja itu akan masuk melalui balai gerbang dan akan keluar dari situ.” (Yeh 44:1-3)

Pintu Gerbang Timur yang Tertutup

St. Ambrosius dari Milan menyatakan bahwa “pintu gerbang timur yang tertutup” itu melambangkan “keperawanan kekal” Maria. Pilihan hidup selibat bukan sebuah pengingkaran terhadap institusi perkawinan. Yesus sendiri pernah bersabda,

"Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Surga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti." (Mat 19:12)