DIALOG PERDAMAIAN DUNIA
Dipublikasikan tanggal 21 September 2016
Dialog Perdamaian Dunia - 20 September 2016
Sacro Convento - Assisi
Sambutan Pastor Mauro Gambeti, OFMConv (Kustos General Assisi)
Dialog dan doa telah mencerahi pertemuan ini. Hasrat dan keinginan untuk berbagi diantara manusia: kerendahan hati, pengampunan dan kebebasan. Kita telah mempersembahkannya kepada seluruh dunia, satu pesan kerahiman dan perdamaian yang kita bagikan dari masing-masing agama dan kepercayaan, serta dari setiap manusia yang berkehendak baik. Saya tidak tahu apakah kita telah berhasil. Sejarah akan menjadi saksi dalam perkembangan pembangunan atau penurunan kemanusian. Di atas semuanya, kita dapat berusaha menyuarakan satu surat kenabian berangkat dari pengalaman saudara Fransiskus kecil yang pada tahun 1219 di Damietta bertemu dengan Sultan Malik Al-Kamil.
Paus Fransiskus bersama Pemimpin Agama sedunia
Dialog: kerendahan hati dalam tingkah laku, lebih rendah hati dalam perasaan, dan paling rendah hati dalam perkiraan (2 Cel 140). Tomas dari Celano, manusia ini sebagaimana dideskripsikan dalam Celano, dalam perjalanan ke Damietta (Mesir). Kerendahan hati memungkinkan berbagi dan melihat tanpa batas, keagungan dan keabadian yang di hadapanNya kita semua tidak ada, satu nafas dengan martabat yang sama. Mereka yang rendah hati menghormati, menghargai, membernilaikan satu sama lain.
P. Mauro Gambeti, OFMConv (Kustos Assisi) menyambut kedatangan Bapa Suci Paus Fransiskus
Doa: juga dalam Riwayat hidup dari Tomas Celano, menuliskan tentang bukanlah manusia yang berdoa, Dia sendiri yang mentransformasikan dalam doa (2 Cel 95). Siapa yang menarik terus menerus kepada hidup dalam Roh, mempunyai hati untuk menyambut yang lain, yang berbeda karena disana dikenal sedemikian serupa dengan Dia dalam kedalaman misteri kehadiranNya untuk mengalami dan merasakan kesatuan dengan mereka (yang lain).
Ketua PBNU (Bp. Dr. H. Marsudi Syuhud) & Ketua Muhamadiyah (Bp. Din Syamsuddin) turut hadir mewakili Indonesia
Secara sederhana inilah suara dan seruan kenabian. Dunia akan mengenal satu fase perkembangan: Siapa di sini tidak dalam pencarian kemuliaan, tidak percaya akan kebaikan dari yang lain dan tidak mengganggap agama, kelompok budaya yang lebih super dari yang lain. Siapa yang dihadapan saya mempunyai sesuatu lebih dari saya, sesuatu yang tidak saya miliki. Tanpa kerendahan hati, pertemuan diantara kita saat ini dan yang akan datang adalah hanya satu janji untuk mempertahankan satu kekuatan di atas yang lain.
P. Mauro Gambeti, OFMConv menyalakan Lilin Perdamaian
Akhirnya, siapa yang hadir di sini, lebih kurang sadar sebagai insan yang siap mati demi perdamaian. Banyak sahabat yang memberi garansi keselamatan bagi kita semua. Terima kasih banyak! Mereka semua siap mati demi perdamaian, juga bagi mereka yang melayani disini dari berbagai profesi, juga mereka yang telah diundang dan betapa banyak yang hadir yang berkehendak baik secara sukarela. Terima kasih banyak untuk semuanya.
Namun, kapan kita dapat menjadi siap mati demi perdamaian?
Saya percaya bahwa tanpa doa, kita tidak dapat mewujudkanya. Siapa yang ingin minum dari sumber Roh tidak akan mengalami ketakuan dalam hatinya terhadap kematian dan tahu memberi pengampunan, membagikan kepunyaannya dan juga pemikirannya, membalas kebaikan kepada mereka yang melakukan kejahatan, menyerahkannya kepada semua atas dasar Kasih.
Perwakilan dari Indonesia ikut menyalakan Lilin Perdamaian
Nilai kenabian dari pertemuan yang hari ini kita simpulkan tergantung dari apa yang akan masing-masing kita lakukan pada hari-hari yang akan datang. Tuhan memberi kalian damaiNya.
(Diterjemahkan oleh P. Fiktor Ginting, OFMConv)