BERI MEREKA WAKTU UNTUK MENERIMA KITA

Dipublikasikan tanggal 27 September 2016

BERI MEREKA WAKTU UNTUK MENERIMA KITA

Fokus Komitmen Seorang Murid Kristus

Ketika hampir genap waktunya Yesus diangkat ke sorga, Ia mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem dan Ia mengirim beberapa utusan mendahului Dia. Mereka itu pergi, lalu masuk ke suatu desa orang Samaria  untuk mempersiapkan segala sesuatu bagi-Nya.  Tetapi orang-orang Samaria itu tidak mau menerima Dia, karena perjalanan-Nya menuju Yerusalem.  Ketika dua murid-Nya, yaitu Yakobus dan Yohanes,  melihat hal itu, mereka berkata: "Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?  " Akan tetapi Ia berpaling dan menegor mereka  . Lalu mereka pergi ke desa yang lain.(Luk 9:51-56)

Bacaan Injil hari ini dimulai dengan catatan bahwa Yesus mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem. Perjalanan pun dimulai pada saat hampir genap waktunya Yesus diangkat ke surga. Gambaran tentang perjalanan “hidup dan nasib” Yesus nampak dalam ayat ini. Yesus membulatkan tekad-Nya untuk melaksanakan kehendak Allah ke mana pun jalan membawa-Nya.

Ternyata jalan yang ditempuh Yesus memiliki banyak rintangan, salah satunya adalah penolakan. Kisah ini khas Injil Lukas dan merupakan satu-satunya perikop yang memberi penilaian negatif kepada orang-orang Samaria, dibandingkan dengan kisah tentang orang Samaria yang murah hati (Luk 10:25-37) atau orang Samaria yang disembuhkan dari penyakit kusta (Luk 17:11-19). Rupanya penolakan terhadap Yesus bukan hanya dilakukan oleh orang-orang Yahudi, tetapi juga orang-orang non Yahudi.

Orang-orang Yahudi menganggap orang-orang Samaria sebagai orang-orang campuran bahkan orang-orang jahat atau pengkhianat. Ketika kerajaan Israel terpecah menjadi dua, Samaria pada mulanya merupakan nama dari ibukota kerajaan Utara yang didirikan oleh Omri (1 Raj 16:21-24). Orang-orang Samaria menikah dengan bangsa-bangsa lain di daerah itu. Mereka bahkan beribadah di tempat suci lain, yakni Gunung Gerizim (Yoh 4:20-24). Mereka hanya mengakui lima kitab Taurat sebagai kitab suci mereka. Pada dasarnya orang-orang Yahudi bermusuhan dengan orang-orang Samaria. Maka, upaya Yesus untuk merangkul mereka sangat radikal secara budaya. Pewartaan Yesus di Samaria mirip dengan penginjilan (misi) di daerah-daerah baru, yang mungkin akan ditanggapi dengan pertanyaan “Apa yang kamu lakukan di sini?” atau “Kamu yakin bisa menginjili mereka?”

Di sinilah kita belajar strategi Yesus. Dia mengirimkan beberapa utusan mendahului Dia. Mereka adalah tim Humas advance yang merancang segala sesuatu untuk mempersiapkan kedatangan-Nya. Ternyata upaya mereka tidak berhasil karena orang-orang Samaria menolak Yesus. Bila dikaitkan dengan catatan awal bahwa Yesus mengarahkan pandangan-Nya ke Yerusalem, maka penolakan Samaria mencerminkan penolakan yang akan dialami oleh Yesus di Yerusalem, ibukota Israel.

Bagaimana reaksi para murid Yesus? Mereka ingin menggunakan kekuatan mereka untuk menghukum orang-orang yang menolak Yesus. Yakobus dan Yohanes ingin menurunkan api dari langit untuk membinasakan mereka. Dalam Injil Markus (Mrk 3:17) kedua orang anak Zebedeus ini diberi nama Boanerges yang artinya anak-anak guruh, mungkin karena adat mereka yang cukup keras. Kisah “menurunkan api dari langit” mengingatkan bagaimana Elia menghukum seorang perwira dengan lima puluh orang anak buahnya dengan api yang turun dari langit (2 Raj 1:10). Murid-murid Yesus berkeyakinan bahwa penolakan berbuntut penghakiman segera.

Namun Yesus mengoreksi keyakinan mereka. Tidak diceritakan dalam kisah ini apa yang dikatakan oleh Yesus selain bahwa Dia menegur mereka dan mereka pergi ke desa yang lain. Allah tidak menghakimi secara langsung, melainkan memberi manusia waktu untuk memutuskan, apakah akan menerima atau menolak-Nya. Dengan demikian, para murid memiliki kesempatan untuk mewartakan tentang keselamatan. Apabila mereka tidak diterima dengan baik, mereka harus pindah ke tempat lain.

Kisah Para Rasul, yang juga ditulis oleh orang yang sama dengan penulis Injil Lukas membuktikan bahwa waktu yang diberikan kepada orang-orang Samaria untuk membuat keputusan ternyata berbuah. Ketika Filipus mewartakan Injil ke Samaria, banyak orang Samaria dengan bulat hati menerima pewartaan itu (Kis 8:6). Maka tepatlah apa yang dikatakan Rasul Petrus dalam suratnya yang kedua (2 Pet 3:9) bahwa “Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.

Sebuah catatan manis untuk pengurus Dewan Paroki Santo Lukas, yang baru saja dilantik bulan Agustus lalu, agar bersabar dalam pelayanan kendati pada awal masa bakti mungkin masih mengalami “penolakan”. Penolakan selayaknya ditanggapi dengan komitmen yang terpusat pada tugas sebagai seorang murid Kristus. Kesabaran bukanlah kelalaian, melainkan sebaliknya kesempatan mempertobatkan orang lain. Selamat melayani!

Pelayanan Membutuhkan Kesabaran