SALAM, YA RATU, BUNDA KERAHIMAN

Dipublikasikan tanggal 01 October 2016

SALAM, YA RATU, BUNDA KERAHIMAN

Bunda Maria Sumber Penghiburan dan Kekuatan untuk Mengalami Buah-buah Kerahiman Allah

Selama berabad-abad umat Katolik menyerukan Bunda Maria sebagai Bunda Kerahiman. Doa Salam ya Ratu yang sudah berusia lebih dari 500 tahun dimulai dengan seruan, Salam, Ya Ratu, Bunda yang berbelas kasih, hidup, hiburan dan harapan kami … Ya Ibunda, ya pelindung kami, limpahkanlah kasih sayangMu yang besar kepada kami.”  Dalam catatan hariannya Santa Maria Faustina Kowalska menulis perkataan Bunda Maria kepadanya dalam sebuah penglihatan, “Aku bukan saja Ratu Surga, melainkan juga Bunda Kerahiman  dan Bundamu …” (330). Paus St. Yohanes Paulus II menyebut Bunda Maria sebagai Bunda Kerahiman dalam ensikliknya Dives in Misericordia (1980). Terakhir, Paus Fransiskus dalam Bulla Misericordiae Vultus mendedikasikan satu nomor khusus yaitu nomor 24 untuk menghormati Bunda Maria sebagai Bunda Kerahiman. Beliau menulis, “Pikiran saya sekarang beralih kepada Bunda Kerahiman.

Bukan tanpa alasan Allah memberikan ibu-Nya kepada kita. Di kaki salib Yesus berkata kepada murid yang dikasihi-Nya, “Inilah ibumu!” dan Dia berkata kepada Bunda Maria, “Inilah anakmu!” (Yoh 19:27). Bunda Maria mampu berdiri tegak di kaki salib, karena kasih yang rahim adalah kasih yang kokoh. Kasih yang rahim mampu memikul salib. Patung Pieta karya Michaelangelo melukiskan Bunda Maria memangku tubuh Yesus. Tangan kirinya kecil dan feminin, namun tangan kanannya yang berada di bawah tubuh Yesus mampu menahan berat tubuh-Nya. Hal ini menegaskan bahwa kasih Bunda Maria lembut dan feminin, namun juga kuat dan kokoh. Kasih yang rahim tidak pernah menyerah, karena kasih percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, dan sabar menanggung segala sesuatu. (1 Kor 13:7)

Ketika Yesus bersabda kepada Bunda Maria, “Inilah anakmu!”, Bunda Maria diutus untuk menjadi ibu kita dan kita menjadi anak-anaknya. Janin tumbuh dan berkembang di dalam rahim seorang wanita. Kata Ibrani untuk kerahiman adalah rahamim, yang berasal dari kata rehem (rahim seorang wanita). Di dalam kerahiman Maria, kita membentuk gambar dan rupa Kristus dalam diri kita.  Bukan hanya membentuk wajah Kristus dalam diri kita, Bunda Maria juga menginginkan agar Kristus hidup, tumbuh dan berkembang dalam diri kita. Dia membimbing kita agar tumbuh dewasa sebagai pengikut Kristus.

Ada harapan dari Bapa Suci Fransiskus bahwa dengan wajah Bunda Maria yang manis, kita semua dapat menemukan kembali sukacita kelembutan wajah Allah. Dalam misteri inkarnasi (sabda menjadi manusia), dia turut menghadirkan Yesus yang adalah wajah kerahiman Allah. Bunda Maria adalah Tabut Perjanjian karena dia adalah satu-satunya manusia yang dipilih oleh Allah untuk mengandung Yesus yang adalah wajah kerahiman Allah. Magnificat atau kidung pujian Maria adalah kidung kerahiman Allah. Dia memuji Allah dengan menyatakan secara agung bahwa “rahmat-Nya” turun-temurun atas orang yang takut akan Dia (Luk 1:50) dan Ia menolong Israel karena Ia mengingat akan “rahmat-Nya” (Luk 1:54). Karena kerahiman Allah, segala keturunan akan menyebutnya sebagai “berbahagia” (Luk 1:48)

Di kaki salib Maria mendengar kata-kata kerahiman yang diucapkan oleh Puteranya, “… Ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” (Luk 23:34). Bunda Maria diangkat ke surga jiwa dan raganya untuk mengecap kerahiman Allah selama-lamanya. Dialah perempuan yang berselubungkan matahari (Why 12:1) karena kerahiman Allah menyelimutinya sekarang dan selama-lamanya. Maka, tepatnya doa Paus Fransiskus dalam Bulla Misericordiae Vultus, “… semoga wajah Bunda Kerahiman yang manis memandang kita pada Tahun Suci ini, sehingga kita semua dapat menemukan kembali sukacita kelembutan Allah … “ Selamat memasuki Bulan Rosario penuh kerahiman Allah!

Kasih yang Rahim adalah Lembut dan Keibuan sekaligus Kuat dan Kokoh