BERDOA SEPERTI ORANG YANG TIDAK TAHU MALU
Dipublikasikan tanggal 06 October 2016
BERDOA SEPERTI ORANG YANG TIDAK TAHU MALU
Roh Kudus Diberikan kepada Mereka yang Meminta kepada-Nya
Lalu kata-Nya kepada mereka: "Jika seorang di antara kamu pada tengah malam pergi ke rumah seorang sahabatnya dan berkata kepadanya: Saudara, pinjamkanlah kepadaku tiga roti, sebab seorang sahabatku yang sedang berada dalam perjalanan singgah ke rumahku dan aku tidak mempunyai apa-apa untuk dihidangkan kepadanya; masakan ia yang di dalam rumah itu akan menjawab: Jangan mengganggu aku, pintu sudah tertutup dan aku serta anak-anakku sudah tidur; aku tidak dapat bangun dan memberikannya kepada saudara. Aku berkata kepadamu: Sekalipun ia tidak mau bangun dan memberikannya kepadanya karena orang itu adalah sahabatnya, namun karena sikapnya yang tidak malu itu, ia akan bangun juga dan memberikan kepadanya apa yang diperlukannya. Oleh karena itu Aku berkata kepadamu: Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah , maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. Bapa manakah di antara kamu, jika anaknya minta ikan dari padanya, akan memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan? Atau, jika ia minta telur, akan memberikan kepadanya kalajengking? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya." (Luk 11:5-13)
Keramahtamahan tuan rumah di Timur Tengah memang luar biasa. Sampai hari ini mereka masih melayani tamu seperti seorang raja. Di benak mereka keramahtamahan adalah sebuah kewajiban yang memiliki nilai kehidupan yang tinggi. Maka, tidak mungkin tuan rumah mengabaikan tamunya. Inilah yang menjadi latar belakang perumpamaan Yesus dalam bacaan Injil hari ini. Perjanjian Lama mencatat bagaimana Abraham dan Lot menjamu tamu-tamu mereka dengan baik. (Kej 18:3-8, 19:2-8)
Yesus pun memberi gambaran tentang hubungan persahabatan yang erat. Kata “sahabat” dan “Saudara” (Yun. philos) muncul empat kali dalam perikop ini. Hanya ikatan persahabatan yang memampukan tuan rumah bangun dari tempat tidurnya di tengah malam.
Kebanyakan orang Israel tinggal di rumah yang hanya memiliki satu ruang saja. Maka, dapat dibayangkan betapa sulitnya seseorang memenuhi permintaan tetangganya tanpa membangunkan anak-anaknya yang sudah tidur. Dia harus bangun perlahan-lahan, mencari roti di tempat penyimpanan, mengendap-endap ke arah pintu, membukan palang pintu, dan memberikannya kepada sahabatnya. Mungkin dia juga harus melewati kandang binatang yang biasanya merupakan bahagian tak terpisahkan dari rumah orang-orang Yahudi. Mampukah sebuah persahabatan membangunkan seseorang di tengah malam, dengan risiko membangunkan seisi rumah, hanya untuk memberikan roti kepada tetangganya?
Nampaknya sulit! Namun, keberanian orang yang mengetuk pintu tetangganya di tengah malam menjadi sorotan perumpamaan Yesus. Kata yang digunakan untuk melukiskan kegigihan orang itu adalah “tidak tahu malu”. Hanya orang yang putus urat kemaluannya berani mengetuk pintu rumah tetangga di tengah malam untuk minta roti. Dengan gigih dia terus mengetuk sampai dia mendapatkan roti.
Ketuklah, Maka Pintu Akan Dibukakan Bagimu!
Yesus kemudian memberikan tiga pasang kata yang ada hubungannya dengan berdoa. Kelompok pertama merupakan kata-kata yang menyatakan aksi, dan kelompok kedua menyatakan reaksi. Pasangan kata pertama adalah “mintalah” dan “diberikan”. Yesus bersabda, “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu!” Pasangan kata kedua adalah “carilah” dan “mendapat”. Yesus menegaskan, “Carilah, maka kamu akan mendapat!”. Pasangan kata ketiga ada hubungannya dengan tokoh utama perumpamaan ini. Yesus menambahkan, “Ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu!”. Melalui tiga pasang kata ini Yesus mengajarkan kepada kita agar berdoa tanpa henti dan tanpa jemu, atau boleh dikatakan “tanpa malu”.
Tentu saja, tidak mustahil kalau Tuhan menanggapi doa kita dengan jawaban, “Tidak”. Dalam suratnya kepada jemaat di Korintus Paulus menceritakan bagaimana dia menderita sakit seperti ada duri dalam daging (2 Kor 12:7-10). Tiga kali dia berdoa kepada Tuhan untuk menghilangkan penderitaannya, namun menerima jawaban-Nya, “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Paulus menerima jawaban Tuhan itu, dan mulai menerima sukacita dalam kelemahan dan kesesakan oleh karena Kristus. Perlu dicamkan bahwa jawaban “Tidak!” dari Tuhan kadang bermakna “Tidak sekarang!” atau “Belum saatnya!”.
Dalam berdoa kita juga harus yakin dan percaya bahwa Bapa akan memberikan kita anugerah dan karunia yang baik, meskipun cara kita memohon tidak sempurna atau kurang tepat. Maka, jangan pernah takut untuk berdoa kepada Allah karena kita yakin bahwa Dia akan memberikan yang terbaik bagi kita.
Di akhir perikop Yesus menyapa Allah dengan gelar “Bapa di surga”. Bapa surgawi kita akan mengaruniakan Roh Kudus kepada kita yang meminta kepada-Nya. Roh Kudus adalah karunia Allah yang paling luhur dan berharga. Roh Kudus adalah Diri Allah sendiri yang akan tinggal di dalam diri kita. Dengan demikian, meskipun mungkin sekarang hidup kita serba berkecukupan, kita harus tetap meminta kepada Bapa karena Dia kaya dengan rahmat (Ef 2:4) dan Dia akan memenuhi segala kebutuhan kita menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus (Flp 4:19). Para pengikut Yesus adalah sahabat-sahabat-Nya. Sahabat yang “tidak tahu malu” dan tekun berdoa akan mendapatkan anugerah terbaik dari-Nya.
Berdoa Tanpa Jemu Dengan Keyakinan Allah Akan Memberikan yang Terbaik