CINTA UNTUK RUMAH-MU MENGHANGUSKAN AKU
Dipublikasikan tanggal 10 October 2016
CINTA UNTUK RUMAH-MU MENGHANGUSKAN AKU
Kada Hajat, Ketetapan Allah tentang Toilet
Bilamana kita berwisata ke negeri Jepang, pasti merasakan kehebatan kondisi toilet umumnya. Di mana pun kita berada, kalau perlu menggunakan toilet, kita akan dihadapkan pada toilet yang bersih, lantai yang kering dan tanpa bau yang menyengat. Kondisi ini berbanding terbalik dengan toilet umum di banyak tempat di Indonesia. Kita sudah terbiasa dengan toilet duduk yang sudah rusak karena sering “dijongkoki” dengan alat penggelontor yang sudah rusak.
Kebersihan toilet umum adalah salah satu sifat bangsa, sehingga banyak orang berani menyatakan bahwa toilet adalah wajah bangsa. Bangsa Jepang sangat menghargai kenyamanan orang lain, maka nilai kehidupan ini sungguh sangat luhur dan layak diteladani. Negara Matahari Terbit tidak hanya menyediakan toilet umum yang bersih, namun juga canggih. Kecanggihan toilet di Jepang sering membingungkan para wisatawan, sehingga merasa “ndeso” ketika mencoba menggunakan toilet di sana.
Standar Toilet Umum di Jepang Bersih dan Canggih
Buruknya keadaan toilet di Indonesia juga merambah ke toilet-toilet rumah ibadah. Hal ini yang mendorong Komunitas Berhati, sebuah komunitas anak-anak muda yang rutin membersihkan rumah ibadah dari berbagai macam agama di sekitar Jakarta. Moto mereka adalah “Bersihkan Rumah Ibadah, Bersihkan Hati.” Gereja Katolik pun tidak luput dari masalah toilet yang kotor. Hanya sedikit gereja di Keuskupan Agung Jakarta yang boleh dikatakan sudah mencapai standar kebersihan yang memadai. Sehabis misa, terutama misa-misa besar seperti Natal dan Paskah, toilet gereja menunjukkan wajah aslinya dengan penuh sampah dan tissue. Hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi apabila setiap pengguna toilet menyadari bahwa dia perlu mempertimbangkan kenyamanan pemakai toilet berikutnya.
Komunitas Berhati Membersihkan Toilet Gereja St. Kristoforus
Timbul pertanyaan, apakah pernah Allah menerbitkan peraturan atau hukum tentang kebersihan toilet? Pertanyaan ini mungkin konyol, tetapi jawabannya adalah “YA!”. Bangsa Israel adalah bangsa yang dikuduskan untuk TUHAN, maka tentu saja setiap cara hidup mereka harus menunjukkan bahwa mereka adalah bangsa yang kudus seperti TUHAN Allah yang kudus (bdk Im 19:2). Dalam kitab Ulangan (Ul 23:12-14) TUHAN menetapkan peraturan tentang toilet yang disebut “kada hajat”. Kata “kada” berarti peraturan atau hukum Allah. Begini bunyi teks tersebut,
“Di luar perkemahan itu haruslah ada bagimu suatu tempat ke mana engkau pergi untuk kada hajat. Di antara perlengkapanmu haruslah ada padamu sekop kecil dan apabila engkau jongkok kada hajat, haruslah engkau menggali lubang dengan itu dan menimbuni kotoranmu. Sebab TUHAN, Allahmu, berjalan dari tengah-tengah perkemahanmu untuk melepaskan engkau dan menyerahkan musuhmu kepadamu; sebab itu haruslah perkemahanmu itu kudus, supaya jangan Ia melihat sesuatu yang tidak senonoh di antaramu, lalu berbalik dari padamu.”
Rupanya kada hajat mengatur tentang kebersihan toilet. Setiap selesai menggunakan toilet, bangsa Israel wajib memperhatikan dan menjaga kebersihannya. Toilet yang kotor bisa saja menimbulkan murka Allah, sehingga “berpaling” dari mereka. Toilet gereja adalah bagian dari gereja, rumah Allah yang harus selalu dijaga kebersihannya. Seorang pemazmur menyatakan, “… cinta untuk rumah-Mu menghanguskan aku …” (bdk Mzm 69:10) dan dikutip oleh Yesus ketika Dia sedang menyucikan Bait Allah dari para pedagang dan penukar uang (Yoh 2:17). Menjaga kebersihan gereja tentu saja merupakan wujud dari cinta kepada rumah Tuhan.
Apakah toilet gereja, pondok, dan aula Santo Lukas sudah memenuhi “syarat-syarat kekudusan”? Rasanya hanya kita yang mampu menjawabnya karena kitalah yang menggunakannya. Seiring dengan pelaksanaan pekerjaan renovasi toilet aula St. Hendrikus, marilah kita sama-sama menampilkan wajah Paroki St. Lukas dengan toilet yang bersih dan dengan rasa cinta kepada rumah Allah.
Progres Renovasi Toilet Aula St. Hendrikus