ESTER DAN MORDEKHAI, PAHLAWAN BANGSA YAHUDI
Dipublikasikan tanggal 10 November 2016
ESTER DAN MORDEKHAI, PAHLAWAN BANGSA YAHUDI
Mengenal Kitab Ester dan Hari Raya Purim
Hari ini bangsa Indonesia memperingati Hari Pahlawan. Peringatan Hari Pahlawan merupakan agenda nasional yang diperingati setiap tahun, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Esensi dari peringatan Hari Pahlawan adalah membangun semangat berbangsa dan bernegara. Peringatan Hari Pahlawan juga memberikan pengakuan, penghargaan, dan penghormatan kepada semua pejuang atas segala pengorbanan mereka demi meraih kemerdekaan.
Bangsa Yahudi juga merayakan hari yang bersifat nasionalis dan patriotis yakni Purim. Purim merupakan hari raya orang Yahudi untuk memperingati pembebasan bangsa Yahudi dari kejahatan seorang Persia yang bernama Haman, yang merencanakan untuk membunuh semua orang Yahudi. Rencana keji ini berhasil digagalkan karena jasa dua orang Yahudi bernama Ester dan Mordekhai. Maka, mereka juga layak disebut pahlawan-pahlawan bangsa Yahudi. Semua ini tercatat dalam Kitab Ester.
Kitab Ester merupakan salah satu kitab di dalam Alkitab yang menyandang nama wanita selain kitab Rut. Kitab ini dimulai dengan sebuah perjamuan yang digelar oleh Raja Persia Ahasyweros di benteng Susan. Pada saat itu sang raja memanggil permaisurinya Ratu Wasti untuk memamerkan kecantikannya di hadapan para tamu kehormatan. Sang ratu menolak menghadap raja sehingga raja murka dan memecat sang ratu.
Untuk memilih pengganti Ratu Wasti, dikumpulkanlah semua gadis yang cantik untuk dipilih sang raja. Pilihan jatuh kepada Ester, seorang gadis Yahudi yang tinggal di Persia karena dibawa oleh sepupunya Mordekhai. Beberapa ahli Kitab Suci menyamakan Ahasyweros dengan Artahsasta, yang mengizinkan Nehemia membangun kembali tembok Yerusalem. (Neh 2:1-8). Bila dugaan ini benar, pengangkatan Ester sebagai Ratu Persia sungguh telah mengangkat harga diri bangsa Yahudi.
Ketenangan bangsa Yahudi di Persia terusik dengan munculnya tokoh orang berpengaruh bernama Haman. Dia diangkat menjadi orang kedua setelah raja dalam kerajaan Persia. Orang ini gila hormat. Dia geram karena Mordekhai tidak mau menghormatinya dengan cara sujud di hadapannya. Maka, Haman tidak hanya beritikad menghukum Mordekhai saja, melainkan memusnahkan seluruh rakyat Yahudi. Atas hasutan Haman, raja mengeluarkan perintah supaya orang-orang Yahudi dibinasakan.
Bangsa Yahudi pun sedih dan berkabung. Hal ini sampai ke telinga ratu Ester dan dia pun memanggil Mordekhai. Mordekhai meminta Ester untuk menghadap raja dan membela bangsanya di hadapan baginda. Satu kalimat keluar dari mulut Mordekhai, yang menurut para ahli kitab suci merupakan inti dari seluruh kitab, “Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu.” (Est 4:14). Pertolongan Tuhan datang tepat pada waktunya!
Ester pun menempuh jalan yang sangat membahayakan bagi dirinya sendiri. Dia menghadap baginda tanpa diundang, dan hal itu berlawanan dengan undang-undang. Sifat kepahlawanan ditunjukkannya dengan berkata, “ … kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati.” (Est 4:16). Anehnya, raja menerima dia dengan baik bahkan menjanjikan bahwa bersedia memberikan kepadanya bahkan sampai setengah kerajaan. Akhirnya Ester dapat menggagalkan rencana jahat Haman. Haman dihukum gantung, sedangkan Mordekhai diangkat oleh raja sebagai penggantinya.
Berkat Jasa Ester, Sang Penghasut Haman DIganjar dengan Hukuman yang Setimpal
Untuk mengenang kejadian bersejarah ini, sampai hari ini bangsa Yahudi memperingati hari raya Purim. Hari bersejarah ini dirayakan setiap tanggal empat belas bulan Adar dan pada tahun 2016 berlangsung pada senja hari tanggal 23 Maret dan berakhir pada senja hari tanggal 24 Maret. Hari raya ini juga merupakan ungkapan syukur bangsa Yahudi kepada Tuhan karena Dia senantiasa membebaskan dan menyelamatkan umat-Nya. Pada hari tersebut bangsa Yahudi memakan kue berbentuk segitiga yang disebut Hamantaschen, yang melambangkan topi dan telinga Haman yang jahat.
Hamantaschen, Penganan Khas Hari Raya Purim
Ada satu hal yang menarik dalam kitab Ester. Tidak sekalipun nama Tuhan muncul dalam kitab ini. Namun, tidak dapat disangkal lagi bahwa Tuhan hadir dalam setiap lembaran sejarah yang tertulis di dalam kitab Ester. Nuansa sekular ini dikoreksi dengan beberapa teks tambahan yang dapat dijumpai dalam kitab Ester versi Yunani, yang biasa disebut dengan Tambahan Ester. Tambahan Ester terdiri dari enam bagian (A-F) yang mengisi beberapa bagian kitab Ester. Dalam tambahan tersebut dikisahkan misalnya bagaimana Mordekhai dan Ester berdoa kepada Allah sambil mengenang berbagai karya Allah dalam sejarah.