AMBIL KEPUTUSAN, LUPAKAN GENGSI, PANJAT POHON

Dipublikasikan tanggal 15 November 2016

AMBIL KEPUTUSAN, LUPAKAN GENGSI, DAN PANJAT POHON

Meneladani Pertobatan Zakheus

Bacaan Injil hari ini diambil dari Luk 19:1-10 yang berbicara tentang pertobatan Zakheus, seorang kepala pemungut cukai. Perikop ini khas Injil Lukas, dan sekali lagi berbicara tentang kerahiman Allah terhadap orang-orang berdosa. Berbicara tentang kisah Zakheus, kita pasti teringat pohon ara yang dipanjatnya untuk dapat melihat Yesus. Bila kita berziarah ke kota Yerikho, kita masih dapat melihat pohon ara itu. Meskipun kebenarannya sangat diragukan, banyak peziarah berhenti di dekat pohon ara itu dan berdoa sejenak. Memang, kota Yerikho banyak ditumbuhi dengan pohon ara. Sebuah catatan dalam Perjanjian Lama menuliskan, “Raja membuat banyaknya perak di Yerusalem sama seperti batu, dan banyaknya pohon kayu aras sama seperti pohon ara yang tumbuh di Daerah Bukit.” (1 Raj 10:27)

Pohon Ara Zakheus di Kota Yerikho

Pohon ara cukup banyak disebut dalam Kitab Suci.  Pohon ara pertama kali disebutkan sewaktu Adam dan Hawa menyemat daun-daunnya untuk dijadikan cawat. (Kej 3:7). Hidup di bawah naungan pohon ara menggambarkan kehidupan yang penuh damai sejahtera, sukacita dan kemakmuran. (bdk. 1 Raj 4:25) Maka, pohon ara melambangkan kehidupan yang baik.

Meskipun rasa buah ara tidak terlalu lezat, buah ara adalah sumber makanan pokok pada zaman Alkitab. Buah ini dijadikan ”kue ara kering”, yang praktis untuk dibawa. (1 Sam 25:18).  Kue seperti itu ditaruh pada bisul Raja Hizkia, (2 Raj 20:7) dan ia pun sembuh. Sampai sekarang buah ara diyakini berkhasiat untuk menyembuhkan berbagai penyakit.

Buah Ara Bermanfaat sebagai Makanan dan Obat

Menurut kepercayaan Mesir kuno ada dua pohon ara di pintu masuk surga, yang memberikan keteduhan dan buahnya kepada orang-orang yang sudah mati. Sarkofagus (keranda dari zaman Megalitikum) dari Mesir terbuat dari kayu pohon ara. Pohon ini dapat hidup sampai 500 tahun dan kayunya sangat resisten dan kuat.

Sarkofagus Mesir Kuno dari Kayu Pohon Ara

Meskipun Zakheus adalah seorang pendosa dan tidak disukai oleh bangsanya sendiri, ketika tiba saatnya, dia memanjat sebuah pohon. Pohon yang dipilihnya adalah pohon yang melambangkan kehidupan, baik bagi orang-orang Mesir maupun Yahudi. Maka, peristiwa Zakheus memanjat pohon ara untuk dapat melihat Yesus adalah upayanya untuk menemui Sang Hidup (Yoh 14:6), Sang Makanan dan Minuman (Yoh 6:55) dan Sang Penyembuh. (1 Pet 1:24). Untuk itu Zakheus, seorang kaya dan berkuasa, kepala pemungut cukai, tidak ragu dan malu untuk melakukan segala sesuatu demi melihat Yesus.

Yesus datang ke Yerikho untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang (Luk 19:10). Namun bila yang hilang tidak ingin menemui dan ditemui oleh Yesus, upaya Yesus tentu sulit membuahkan hasil. Zakheus memanjat pohon ara supaya dia dapat melihat dan dilihat oleh Yesus. Pintu keselamatan tiba di rumah Zakheus karena kerendahan hatinya.

Begitu banyak orang berkerumun sehingga Zakheus yang berbadan pendek itu tidak dapat melihat Yesus. Namun dia sudah mengambil keputusan. Dia melupakan semua gengsinya sebagai orang kaya dan berkuasa dan memanjat pohon untuk melihat Sang Empunya Kehidupan. Yesus melihatnya dan sama sekali tidak memperhitungkan masa lalunya. Yesus menerimanya sebagai “anak Abraham” (Luk 19:9). Yesus memberi kesempatan baru kepada Zakheus dan dia menerimanya. Ternyata bertobat itu tidak sulit, cukup mengambil keputusan, meninggalkan semua gengsi dan memanjat pohon kehidupan.

Sebentar lagi kita akan memasuki Masa Adven, masa tobat. Mau bertobat atau tidak berpulang kepada pilihan kita masing-masing. Sebuah nasihat dari penulis Kitab Putra Sirakh layak untuk kita renungkan bersama, "Api dan air telah ditaruh oleh Tuhan di hadapanmu, kepada apa yang kaukehendaki dapat kauulurkan tanganmu." (Sir 15:16) Apakah kita akan mengulurkan tangan kepada pilihan yang tepat? Semoga!

Mengecap Kerahiman Allah dalam Sakramen Pengakuan Dosa