PENGAMPUNAN DALAM KERAJAAN ALLAH
Dipublikasikan tanggal 21 March 2017
PENGAMPUNAN DALAM KERAJAAN ALLAH
Matius 18:21-35
Bacaan Injil hari ini diambil dari Mat 18:21-35 yang merupakan salah satu bagian dari kotbah keempat Yesus dalam Injil Matius, yang secara umum berbicara tentang cara hidup jemaat. Petrus bertanya kepada Yesus tentang batas pengampunan. Tradisi Yahudi biasa membatasi pengampunan sampai tiga kali (bdk. Am 1:3, 6, 9 dan Ay 33:29-30). Petrus menyangka bahwa tujuh kali pengampunan sudah jauh melebihi kesalehan orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Namun, Yesus menjawab bahwa manusia harus mengampuni sesamanya sampai tujuh puluh kali tujuh kali. Hal ini berarti bahwa tidak ada batas pengampunan. Dalam Kej 4:24 ditulis, “sebab jika Kain harus dibalaskan tujuh kali lipat, maka Lamekh tujuh puluh tujuh kali lipat.” Yesus mungkin ingin membalikkan radikalisme Lamekh yang membalas dendam tujuh puluh kali tujuh kali dengan mengampuni tujuh puluh kali tujuh kali.
Kemudian, Yesus menceritakan sebuah perumpamaan. Seorang raja berhadapan dengan salah seorang hambanya yang berutang 10.000 talenta. Jumlah ini luar biasa besarnya, karena satu talenta sama dengan 6.000 dinar, berarti utang itu senilai 60 juta dinar. Satu dinar adalah upah pekerja harian dalam satu hari. Di provinsi DKI Jakarta UMP berkisar Rp 110.000,- per hari. Berarti utang hamba itu bernilai 6,6 trilyun rupiah! Karena merasa tidak mampu membayar utang sebesar itu, si hamba menyembah sang raja. Raja pun tergerak hatinya oleh belas kasihan, lalu menghapuskan hutang hamba itu. Istilah “tergerak hati oleh belas kasihan” muncul beberapa kali dalam Injil Matius dan selalu dikaitkan dengan Allah (Mat 9:36, 15:32, 20:34).
Ternyata kisah tidak berakhir sampai di sini. Selepas mendapat pengampunan hamba itu berjumpa dengan seorang hamba lain yang berutang 100 dinar kepadanya. Seratus dinar bernilai kurang lebih 11 juta rupiah. Setelah mendapat pengampunan utang sebesar 6,6 trilyun, selayaknya hamba itu bisa pula mengampuni hamba lain yang berutang kepadanya dan menghapuskan utangnya yang tidak seberapa itu. Namun, dia justru menangkap temannya dan mencekiknya serta menjebloskannya ke dalam penjara. Sungguh ironis! Padahal yang dilakukan temannya itu sama persis dengan apa yang dilakukannya terhadap sang raja.
Menarik untuk dicermati ayat 31, “Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka.” Siapa yang dimaksud dengan kawan-kawannya yang lain? Bukankah juga termasuk kita yang hari ini membaca teks Injil ini? Kita sedih melihat ketidakadilan terjadi. Kita bersukacita karena di akhir cerita sang raja menegakkan keadilan dengan membatalkan keputusannya yang pertama. Saatnya bagi kita untuk merenungkan dan memeriksa batin serta bertobat dari dosa menghakimi orang lain.
Radikalisme Pengampunan dalam Kristus
Perikop Injil hari ini diakhiri dengan ayat 35, “Maka Bapa-Ku yang di surga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu." Yesus memberi ultimatum kepada manusia yang tidak mau mengampuni sesamanya. Ketika manusia menolak mengampuni sesamanya, dia gagal untuk memahami dan mengalami pengampunan Allah. Maka, Yesus mengajarkan agar kita berdoa, “…ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami” (Mat 6:12). Dalam penjelasannya tentang doa Bapa Kami yang diajarkan-Nya sendiri, Yesus menegaskan, “Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu." (Mat 6:14-15)
Hendaklah Kamu Sempurna Sama Seperti Bapamu di Surga adalah Sempurna (Mat 5:48)
Dalam kotbah di bukit Yesus mengharapkan agar murid-murid-Nya menjadi sempurna sama seperti Bapa yang di surga adalah sempurna (Mat 5:48). Kesempurnaan yang dituntut di sini adalah kasih, bukan hanya kepada sesama, tetapi juga kepada musuh-musuh kita. Allah kita adalah Allah yang “yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.” (Mat 5:45)