MISA PANGGILAN 7 MEI 2017
Dipublikasikan tanggal 07 May 2017
Misa Panggilan 7 Mei 2017
Suara Tuhan itu halus, hanya dapat didengar kalau kita hening
Minggu, 7 Mei 2017 pada Misa pk 8.30 tampak perarakan Imam bersama petugas liturgi bertambah panjang. Sejumlah anak-anak dari Bina Iman Remaja Paroki St. Lukas ikut serta dalam barisan dengan menggunakan jubah para rohaniwan/wati yang berkarya di Paroki St. Lukas, antara lain jubah OFMConv, OSU, dan SPC, ditambah dengan jubah uskup lengkap dengan Mitra (topi) dan tongkat. Kehadiran mereka dalam barisan merupakan ungkapan doa atas panggilan Tuhan kepada umatnya.
Misa Hari Minggu Panggilan ini menjadi sangat istimewa karena Pastor Paulus Lie Ka Kwi OFMConv memimpin Misa dan membagikan kisah pengalaman hidupnya menjalani hidup panggilan selama 68 tahun. Pastor Paulus Lie merupakan salah satu dari tiga orang Indonesia pertama yang menjadi anggota Ordo Saudara Dina Konventual sejak kehadiran ordo ini di Indonesia pada tahun 1937. Saat ini kedua pastor lainnya sudah meninggal. Ulasan tentang kisah hidup Pastor Paulus Lie dimuat di Majalah Warta Edisi 47.
Dari kisahnya, Pastor Paulus Lie yang lahir 22 Juli 1933 ini menyebutkan bahwa selama menjadi Imam, beliau telah mempersembahkan Misa sebanyak 18.057 kali. Luar biasa! Meskipun saat ini tidak lagi berusia muda, Pastor yang berkewarganegaraan Jerman ini sangat penuh semangat dan energik dalam pelayanannya. Beliau menyemangati para anggota Misdinar yang saat Misa kali ini menjadi petugas liturgi termasuk koor dan kolektan. “Suara Tuhan itu tidak sekeras suara kita. Suara Tuhan itu halus. Hanya dapat didengar jika kita tenang dan diam. Siapa tahu Tuhan memanggil salah satu dari kalian untuk masuk biara!”
Mengenai panggilannya, Pastor Paulus Lie bercerita bahwa suara Tuhan terdengar ketika beliau masih SMP. Namun, beliau tidak mendengarkan. Setelah 3 tahun bergelut, keinginannya untuk menjadi Imam disampaikan kepada orang tua, namun ditolak dan malah disuruh untuk menikah. Karena penyerahan dirinya kepada Bunda Maria, beliau akhirnya pergi ke Pastoran di mana para Pastor Konventual berkarya di Bogor. Setelah studi di seminari di Bandung selama 4 tahun, beliau dipanggil untuk belajar di Italia. Perjalanan ke Italia pada waktu itu ditempuh melalui jalan laut, yaitu selama 20 hari. Di Italia, beliau belajar di Roma dan Asisi, kota St. Fransiskus. Hingga akhirnya pada 30 April 1967 ditahbisakan, dan tahun ini beliau merayakan Pesta Emas Imamat.
Pada bagian akhir kotbah beliau menghimbau kaum muda untuk menyerahkan diri kepada Bunda Maria dan memohon kepada Yesus untuk terus dikuatkan dalam panggilan. Tuhan tidak akan melepaskan orang-orang yang telah dipanggil dan diutus oleh-Nya, kecuali orang itu sendiri yang melarikan diri dari-Nya.
“Kita dipanggil
Kita menjawab
Kita bertahan, setia sampai akhir hayat!”