Romo Sanjoyo, 20 Desember
Dipublikasikan tanggal 20 December 2013
Romo Sanjoyo
20 Desember
Beato Romo Sanjoyo, Martir
Richardus Kardis Sandjaja Pr dikenal juga dengan panggilan Romo Sandjaja. Ia terbunuh bersama Frater Hermanus Bouwens, SJ tanggal 20 Desember 1948 di dusun Kembaran dekat Muntilan, ketika penyerangan pasukan Belanda ke Semarang yang berlanjut ke Yogyakarta dalam Agresi Militer Belanda II. Romo Sandjaya dikenal sebagai martir pribumi dalam sejarah gereja Katolik Indonesia. Romo Sandjaja (baca: Sanjoyo) lahir pada 20 Mei 1914. Beliau adalah seorang pastor (gembala umat) yang juga adalah seorang dosen seminari tinggi. Beliau melayani jemaat di Paroki Muntilan,Magelang. Ditahbiskan menjadi pastor dan mengucap kaul/janji imamat pada 13 Januari 1943. Walaupun pengabdiannya sebagai pastor tergolong singkat yakni 5 tahun dan akhirnya wafat, namun teladan hidup sucinya banyak menginspirasi umat Kristen dan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya (Jawa Tengah dan sekitarnya). Gereja Katolik telah menganugerahi gelar kesucian yakni Beato (yang artinya: pribadi yang mencapai kebahagiaan sejati). Beato levelnya satu tingkat dibawah santo/santa (saint).
Makam Romo Sandjaya di Muntilan sampai saat ini menjadi salah satu tempat ziarah umat Kristen (umumnya kalangan Gereja Kristen Katolik) di Indonesia. Namun pada karena sifatnya yang merakyat di masa hidupnya, tidak sedikit masyarakat umum yang mengunjungi makamnya, untuk sekedar menghormati jasa perjuangan beliau. Kesaksian kesembuhan mukjijat dan peristiwa adikodrati lainnya sudah sering terjadi sebagai hasil buah doa kepada yang Mahakuasa dan sangat berguna bagi pengembangan iman jemaat. Namun pihak gereja mewanti-wanti (mengingatkan) bahwa makam tersebut bukan makam keramat. Apalagi disalahgunakan untuk kepentingan yang bukan-bukan.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Richardus_Kardis_Sandjaja