ORANG-ORANG MAJUS
Dipublikasikan tanggal 18 December 2018
ORANG-ORANG MAJUS Siapakah Mereka? Bacaan IV Bulan Keluarga 2018 mengambil bacaan tentang orang-orang Majus yang datang untuk menjumpai Kanak-kanak Yesus. Cerita ini tentu saja tidak asing di telinga umat Kristen dan teks kitabnya (Mat 2:1-12) dibacakan pada Hari Raya Penampakan Tuhan atau Epifani, yang menutup oktaf Natal. Namun sesungguhnya, keberadaan mereka menyimpan banyak pertanyaan. Siapakah mereka? Apa pekerjaan mereka? Berapa jumlah orang Majus yang datang? Dari mana mereka dapat mengetahui kelahiran Yesus? Bagaimana mereka akhirnya bisa bertemu dengan-Nya? Kata „Majus“ menerjemahkan kata Yunani „magos“ yang sangat luas artinya. Kata ini dalam konotasi negatif bisa berarti ahli sihir, tetapi pada saat itu magos lebih menunjuk pada filsuf, astronom, bahkan imam atau rohaniwan. Maka, Alkitab King James Version menerjemahkan kata magos sebagai „wise men“ atau orang-orang bijak. Mereka datang dari Timur dan kebanyakan ahli tafsir meyakini bahwa mereka adalah para imam Zoroaster dari daerah Persia. Kitab Suci tidak pernah menyebutkan berapa jumlah mereka. Kalaupun secara tradisi dikatakan bahwa jumlah mereka adalah tiga orang dengan nama Caspar, Melchior dan Balthasar, hal itu lebih disebabkan karena jumlah persembahan mereka ada tiga jenis (emas, mur, dan kemenyan). Di perpustakaan Vatican terdapat sebuah kitab yang berasal dari Siria dan ditulis pada abad ke-8 M, meskipun mungkin teks aslinya sudah ditulis jauh sebelumnya. Kitab ini berjudul „Pewahyuan Orang-orang Majus“. Menurut kitab ini mereka adalah keturunan dari Set, anak Adam. Mereka memiliki tradisi turun-temurun bahwa Allah akan menjelma menjadi manusia ketika sebuah bintang bersinar di atas gunung suci mereka. Di gunung suci itu mereka menyimpan persembahan-persembahan yang akan diserahkan kepada Allah yang menjelma tersebut. Mereka tinggal di daerah Shir yang kemungkinan besar adalah daerah Tiongkok. Dengan demikian, jalur yang dilalui oleh orang-orang Majus adalah “Jalur Sutra” atau dahulu mungkin lebih dikenal sebagai “Jalur Rempah-rempah”. Pewahyuan Orang-orang Majus, Naskah Siria Tersimpan di Perpustakaan Vatican Ketika bintang yang dinubuatkan berabad-abad lamanya itu akhirnya terbit, bintang itu berubah menjadi seorang bayi yang memberi instruksi kepada orang-orang Majus untuk berangkat ke Palestina dan menjadi saksi kelahiran Allah dalam rupa manusia. Bintang itu pula yang menemani dan mendampingi mereka dalam perjalanan yang panjang, sulit dan berbahaya itu. Jumlah mereka ada 12 orang dan ditemani oleh rombongan yang besar. Informasi orang-orang Majus tentu saja sangat mengejutkan Herodes dan orang-orangnya. Mereka tidak menyangka bahwa raja Mesias yang dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi telah lahir. Dia akan lahir di kota Betlehem, sesuai dengan nubuat nabi Mikha. Tradisi Orang Majus - Bintang yang Menjelma Menjadi Manusia di Gunung Suci Setelah mengetahui bahwa Yesus lahir di kota Betlehem, mereka bergegas ke sana. Kembali bintang yang menuntun mereka sampai ke Palestina muncul lagi dan berhenti tepat di atas rumah Yesus. Mereka masuk ke dalam rumah-Nya dan menjumpai Kanak-kanak Yesus beserta ibu-Nya, Maria. Mereka pun sujud menyembah-Nya dan memberikan persembahan emas, mur, dan kemenyan. Mereka kembali ke negeri mereka melewati jalan lain, karena Allah tidak menginginkan mereka kembali kepada Herodes. Allah mengetahui niat busuk Herodes untuk membunuh Kanak-kanak Yesus. Sekarang bagaimana mengaitkan bacaan tentang orang-orang Majus ini dengan tema Adven minggu ke-4 tentang sukacita dalam keluarga? Pertama, kita akan melihat dari sudut perjalanan mereka. Mereka berhasil mengarungi perjalanan yang panjang beribu-ribu kilometer di tengah padang gurun yang sangat berbahaya dengan segala binatang buas, badai pasir, suhu udara yang ekstrem, dan ancaman perampok. Mereka bisa tiba di Palestina tentu saja karena Allah mendampingi mereka dan itulah sebabnya mereka sangat bersukacita. Keluarga yang bersukacita adalah keluarga yang dapat melahirkan Kristus dan hal ini hanya mungkin terjadi apabila keluarga itu didampingi oleh Allah dalam perjalanannya. Hanya keluarga yang mengandalkan Allah dapat meraih sukacita. Kedua, orang-orang Majus memahami untuk apa Yesus datang ke dunia. Pandangan mereka sangat jauh berbeda dengan Herodes dan orang-orangnya. Herodes menganggap bahwa Yesus adalah Raja dalam arti politik dan otomatis menjadi ancaman bagi kekuasaannya. Keluarga yang bersukacita adalah keluarga yang mencoba memahami makna kedatangan Yesus ke dunia, baik ribuan tahun yang lalu maupun kedatangan-Nya yang kedua nanti di akhir zaman. Yesus datang ke dunia hanya untuk memberikan kasih-Nya kepada manusia. Keluarga yang bersukacita adalah keluarga yang mampu meneladani Yesus dalam memberikan cinta kasih kepada sesama anggotanya. Ketiga, orang-orang Majus memberikan persembahan yang terbaik: emas, mur dan kemenyan. Keluarga yang bersukacita adalah keluarga yang mampu memberikan persembahan terbaik kepada Yesus. Apa yang terbaik yang kita miliki hendaknya kita persembahkan kepada Allah. Persembahan Terbaik untuk Kristus Keempat, orang-orang Majus melihat Kanak-kanak Yesus beserta ibu-Nya, dan mereka menyembah-Nya. Masa Adven dan Natal adalah saat yang tepat bagi umat Kristiani untuk menyembah Yesus dan menghormati Bunda-Nya. Kita sungguh tidak dapat mengabaikan peran Maria dalam rencana Allah untuk menyelamatkan umat manusia. Kelima, orang-orang Majus kembali ke negeri mereka melewati jalan lain. Keluarga yang bersukacita adalah keluarga yang berjumpa dengan Yesus dan kemudian kembali ke rumah “melewati jalan lain”. Keluarga yang berjumpa dengan Yesus dalam perayaan Ekaristi harus mampu menjalankan hidup secara lain melalui pertobatan yang sejati. Dengan semakin dekatnya hari kedatangan Yesus yang kita nantikan bersama-sama, semoga bacaan tentang orang-orang Majus dapat menjadi inspirasi bagi kita semua untuk mempersiapkan Natal dengan sebaik-baiknya. Kitab Suci tidak menjelaskan kehidupan mereka selanjutnya, tetapi mencatat pengalaman mereka yang luar biasa dalam perjumpaan dengan Yesus. Ketika manusia berjumpa dengan-Nya, dia hanya dapat memberikan yang terbaik dari dirinya kepada-Nya.
|