ALBA DAN SINGEL
Dipublikasikan tanggal 18 August 2019
ALBA DAN SINGEL
Hari ini untuk pertama kalinya Penulis menikmati rancangan seragam prodiakon yang baru saja dilantik beberapa saat yang lalu. Ada satu hal yang menarik dari desainnya, yakni tidak dilengkapi dengan singel. Singel adalah tali pengikat pada pinggang yang biasanya berwarna putih atau sesuai dengan warna masa liturginya. Penulis langsung berkata dalam hati, “Wah, pakaian liturgis memang berevolusi dari masa ke masa.”
Sesungguhnya, meskipun para imam dan pelayan liturgi pada zaman PL memang mengenakan pakaian khusus dalam melaksanakan ritus-ritus liturgi, busana liturgis Gereja pada saat ini bukan merupakan penyesuaian dari tata busana mereka. Busana liturgis Gereja lebih merupakan pengembangan dari busana Yunani-Romawi, yang pengaruhnya memang sangat kental pada abad-abad pertama sejarah Gereja.
Mengenai busana liturgis, Pedoman Umum Misale Romawi (PUMR) mengaturnya dalam Bab VI pasal 335-347. Pada saat merayakan Ekaristi seorang imam mengenakan amik, alba, singel, stola dan kasula. Namun hal ini tidak akan dibahas dalam tulisan ini, karena Penulis ingin memusatkan permenungan pada pasangan alba dan singel. Alba adalah pakaian putih (Lat. alba artinya putih) yang menjadi simbol kesucian dan kemurnian yang seharusnya menaungi jiwa imam dan pelayan-pelayan altar lainnya yang merayakan liturgi, khususnya Perayaan Ekaristi. Warna putih juga mengingatkan pada komitmen akan baptis dan kebangkitan. Kitab Wahyu (Why 6:11) mencatat bahwa kepada setiap orang yang dapat masuk ke dalam surga diberikan sehelai “jubah putih”. Mereka juga disebut sebagai orang-orang yang telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba (Why 7:14). Seseorang yang mengenakan alba harus berdoa sebelumnya, “Sucikanlah aku, ya Tuhan, dan bersihkanlah hatiku, agar aku boleh menikmati kebahagiaan kekal karena telah dibasuh dalam darah Anak Domba.”
Singel adalah sejenis ikat pinggang yang dilekatkan pada pinggang orang yang mengenakan alba. Tujuan rohani singel mengejawantahkan nasihat St. Petrus dalam suratnya, “Sebab itu siapkanlah akal budimu, waspadalah dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu pernyataann Yesus Kristus.” (1 Pet 1:13). Doa ketika seseorang mengenakan singel adalah sebagai berikut, “Tuhan, kuatkanlah aku dengan tali kesucian ini dan padamkanlah hasrat ragawiku, agar kebajikan pengekangan diri dan kemurnian hati dapat tinggal dalam diriku.”
Apakah singel juga wajib dipakai untuk melengkapi alba? Jawabannya cukup jelas dari praktik yang umum pada saat ini. Seorang imam yang pada saat merayakan Ekaristi memakai alba tidak lagi mengenakan singel. Dokumen yang dikeluarkan Office for The Liturgical Celebrations of the Supreme Pontiff tentang Liturgical Vestments and Vesting Prayers mengakui bahwa praktik tradisional mengenakan singel pada alba memang sudah ditinggalkan. Hal ini disebabkan adanya peraturan Institutio Generalis Missalis Romani (2008) pasal 336 yang mengizinkan dispensasi penggunaan amik dan singel dari alba. PUMR pasal 336 dengan jelas menyatakan, “Busana liturgis yang lazim dikenakan oleh semua pelayan liturgi, tertahbis maupun tidak tertahbis, ialah alba, yang dikencangi dengan singel, kecuali kalau bentuk alba itu memang tidak menuntut singel …” Artinya singel hanya dipakai apabila model alba membutuhkannya.
Dengan demikian, umat harus memahami bahwa tidak setiap jenis alba perlu dilengkapi dengan singel, apabila ditilik dari peraturan liturgi Gereja yang berlaku. Busana liturgis memang penting karena memiliki makna dan tujuan yang mulia. Hal ini nampak jelas dalam rumusan PUMR pasal 335, “Gereja adalah Tubuh Kristus. Dalam Tubuh itu tidak semua anggota menjalankan tugas yang sama. Dalam perayaan Ekaristi tugas yang berbeda-beda itu dinyatakan lewat busana liturgis yang berbeda-beda. Jadi, busana itu hendaknya menandakan tugas khusus masing-masing pelayan. Di samping itu, busana liturgis juga menambah keindahan perayaan liturgis. Seyogyanya busana liturgis untuk imam, diakon, dan para pelayan awam diberkati”. Bagi para prodiakon yang baru saja dilantik, Penulis mengucapkan selamat bertugas dan selamat mengenakan seragam baru, Alba tanpa singel!