JODOH DI TANGAN TUHAN?
Dipublikasikan tanggal 06 November 2019
JODOH DI TANGAN TUHAN?
Atau di Tangan Manusia?
Abraham dan Sara sudah semakin tua, dan Ishak belum juga menikah. Maka, Abraham menyuruh hambanya yang paling dipercaya, Eliezer untuk mencarikan jodoh bagi Ishak. Abraham meminta Eliezer bersumpah agar mencarikan istri yang sebangsa bagi Ishak. Perkawinan antar komunitas yang kerap disebut sebagai endogami memang dipertahankan oleh orang-orang Yahudi pada saat itu demi mempertahankan keutuhan identitas sebagai bangsa.
Berangkatlah Eliezer ke kota Nahor di Aram-Mesopotamia. Rombongan berhenti tepat di luar kota dekat sebuah sumur, di mana para gadis keluar untuk menimba air pada petang hari. Pada saat itu Eliezer berdoa, “Tuhan sekiranya Engkau mengasihi tuanku Abraham, Engkau akan memberikan sebuah tanda kepadaku. Perempuan yang kepadanya aku minta air, dan memberikan air itu kepadaku dan unta-untaku, dialah calon istri untuk Ishak.” (bdk. Kej 24: 12-14). Doa Eliezer dikabulkan oleh Tuhan, ketika Ribka anak Nahor, saudara Abraham, memberi minum kepada Eliezer dan unta-untanya. Ribka adalah jodoh untuk Ishak, sebuah jawaban dari Tuhan terhadap doa Eliezer.
Ribka, Jodoh dari Tuhan untuk Ishak
Ribuan tahun kemudian, kisah yang sama terulang pada keluarga yang hidup di pembuangan di kota Niniwe, yaitu keluarga Tobit. Tobit memiliki seorang anak bernama Tobia. Karena Tobit buta, dia meminta Tobia untuk mengambil uang yang dititipkannya pada Gabael di Ragai di negeri Media. Sebelum melepas anaknya, Tobit berpesan panjang lebar dan salah satunya adalah supaya mengambil istri dari keturunan nenek moyangnya. Sekali lagi perkawinan endogami! Bagi keluarga-keluarga Yahudi yang hidup di pembuangan, salah satu cara untuk mempertahankan identitas dan agama Yahudi adalah lewat pernikahan dengan orang-orang sebangsa.
Kali ini perjalanan Tobia ditemani oleh seorang malaikat, Rafael, yang menyamar menjadi manusia bernama Azarya. Entah kebetulan atau tidak nama kedua orang ini hampir sama, karena Eliezer berarti “Allah mengingat” dan Azarya berarti “Tuhan mengingat”. Setibanya mereka di negeri Media, Azarya lalu mencoba menjodohkan Tobia dengan Sara, salah satu saudara Tobia, yang tinggal di kota Ekbatana. Nasib Sara cukup malang, karena dia kehilangan tujuh orang suami berturut-turut pada malam pengantin mereka. Setan bernama Asmodeus membunuh mereka semua. Singkat cerita, akhirnya Tobia berhasil mempersunting Sara dan dengan pertolongan Azarya Tobia luput dari ancaman maut Asmodeus. Malaikat Rafael atau Azarya menegaskan kepada Tobia bahwa Sara adalah gadis yang diperuntukkan baginya sejak sediakala (bdk. Tob 6:18). Sekali lagi Kitab Suci menyajikan kisah yang bertemakan jodoh di tangan Tuhan.
Sara, Tobia, dan Malaikat Rafael
Benarkan jodoh di tangan Tuhan? Pernyataan ini sudah sangat mendunia, sehingga ada orang yang berpikir bahwa jodoh itu tidak perlu dicari karena sudah diatur oleh Tuhan, sama halnya seperti kelahiran dan kematian. Meskipun demikian, manusia tidak perlu hanya pasif dan berdiam diri saja, karena untuk meraih jodoh yang ditentukan oleh Tuhan tersebut, manusia memang tetap perlu berupaya. Nah, upaya apa yang harus dilakukan oleh manusia? Untuk itu kita perlu kembali ke teks-teks Kitab Suci yang baru saja kita bahas. Kej 24:16 mencatat bahwa Ribka sangat cantik parasnya. Dia juga seorang gadis yang berbudi. Dia sigap melayani orang-orang yang membutuhkan pertolongannya. Sara, istri Tobia juga sama. Dia dilukiskan sebagai gadis yang berbudi dan sangat cantik (bdk. Tob 6:11).
Rupanya untuk mendapatkan jodoh yang pas seperti yang ditentukan oleh Tuhan, manusia memang perlu memperhatikan kualitas dirinya. Kualitas yang dimaksud harus meliputi kualitas fisik maupun batin. Kualitas fisik Ribka dan Sara dilukiskan sebagai “cantik”. Memang bukan masalah cantik atau tampan yang dipentingkan di sini, namun setiap manusia perlu menjaga dan memperbaiki penampilan diri misalnya rapi, bersih, tidak bau dan lain-lain. Di samping itu, kualitas batin juga tidak kalah penting misalnya setia, hormat, perhatian, rasa humor, baik hati, percaya diri, jujur, murah hati dan masih banyak lagi. Ribka dan Sara adalah dua calon istri yang ideal karena mereka berbudi luhur.
Satu lagi kualitas yang perlu diperhatikan adalah kualitas rohani. Tentu saja manusia senang apabila pasangannya rajin ke gereja dan rajin pelayanan. Dalam kitab Tobit, Sara ditampilkan sebagai manusia yang jarang berkata-kata, namun ketika dia berdoa (Tob 3:11-15) dapat disaksikan betapa dia adalah orang yang sangat mengandalkan Allah.
Dengan demikian, meskipun tidak dapat disangkal bahwa jodoh itu di tangan Tuhan, namun harus diakui jodoh juga di tangan manusia. Manusia perlu melakukan banyak hal untuk memperbaiki kualitas diri baik fisik, batin, maupun rohani. Mengenai masalah jodoh, manusia harus menyerahkannya juga ke tangan Tuhan supaya Dia campur tangan dan menuntun manusia.