PERTEMUAN KASIH DAN PERTOBATAN
Dipublikasikan tanggal 04 October 2020
Pertemuan Dengan Orang-Orang Kusta sebagai Pertemuan Kasih dan Pertobatan
Santo Fransiskus adalah seorang kudus yang hidup di Assisi, Wilayah Perugia, Italia antara tahun 1182 dan wafat 3 oktober 1226. Ia hidup di mana gereja sedang mengalami dekadensa, baik moral, iman, liturgi dan religiositas. Kehadiran sosok Fransiskus memberi angin segar bagi gereja dan juga bagi masyarakat di Assisi dan sekitarnya pada saat itu. Banyak kisah yang dikenal dari sang santo, Mulai dari pengalaman stigmata di gunung Laverna, berbicara dengan burung-burung, mempertobatkan serigala yang ganas di Gubbio, menjadi duta damai bertemu dengan Sultan Malikh AL-Khamel tahun 1219 di Damietta, Mesir, memanggil semua makhluk sebagai saudara dan saudari, bahkan Maut sekalipun dipanggilnya sebagai saudari. Dan masih banyak lagi kisah-kisah menarik dan inspiratif dari pengalaman dan pertobatan Santo Fransiskus dari Assisi.
Ada satu hal yang penting untuk kita refleksikan, yaitu pengalaman pertobatan Santo Fransisksus. Dalam biografi santo Fransiskus kita dapat mengetahui salah satu pengalaman pertobatan Santo Fransiskus lewat pertemuan dengan orang kusta. Pertemuan ini menjadi titik balik pertobatan Fransiskus yang sebelumnya dikenal sebagai anak pedagang kaya yang suka memboroskan harta kekayaan orang tuanya dan dikenal masyarakat Assisi sebagai raja pesta. Tentu situasi saat itu di wilayah Assisi terdapat perbedaan kelas-kelas sosial, dan orang-orang kusta disingkirkan oleh masyarakat, menjadi kelas terendah dan tinggal jauh di luar tembok kota Assisi (pada masa itu kota-kota adalah sebuah kerajaan kecil yang dikelilingi oleh tembok dan benteng). Tentu Fransiskus dan juga masyarakat lainnya tidak ingin bertemu dengan orang kusta apalagi bergaul dengan mereka.
Namun Tuhan berkehendak lain dalam diri Fransiskus. Berikut akan kita lihat peristiwa yang pernah dialami oleh Fransiskus ketika bertemu dengan orang kusta yang dicatat baik dalam wasiatnya sendiri maupun dalam biografinya. Pertemuan dengan orang-orang kusta menjadi satu pertemuan yang sangat penting untuk memahami perjalanan pertobatan Fransiskus.
Wasiat Santo Fransiskus mencatat demikian: Tuhan sendiri menyatakan kepadaku saudara Fransiskus untuk mulai melakukan pertobatan demikian: ketika aku dalam dosa tampaknya begitu pahit melihat orang-orang kusta dan Tuhan sendiri menuntun aku di antara mereka dan melakukan belas kasih kepada mereka. Apa yang sebelumnya pahit diubah menjadi kemanisan jiwa dan raga. Dan selanjutnya berada di antara mereka dan keluar dari dunia.
Dalam Biografi yang pertama oleh Tomas dari Celano (1 Cel) dikisahkan: inilah saatnya ketika Fransiskus mulai menjalani pertobatannya, karena rahmat dan keutamaan dari Allah yang Maha tinggi dan kepemilikan pandangan dari orang-orang kudus ketika dia tinggal di dunia, suatu hari dia bertemu dengan orang kusta, menepuk dada dan mendekati orang kusta itu dan menciumnya. Dari peristiwa itu disepakatinya untuk merendahkan selalu untuk sampai kepada kerahiman dari penyelamat yang menganugerahkan kemenangan penuh.
Sementara itu dalam memoriale atau Biografi yang kedua yang dikarang oleh Tomas dari Celano Tomas Celano (2 Cel) menerangkan episode pertemuan dengan orang kusta sebagai awal dari pertobatan Fransiskus sebagaimana termuat dalam wasiat. Pertemuan ini menjadi satu dasar pertobatan dan perjalanan baru hidup Fransiskus. Inilah pertobatan asli dan benar dimana intervensi Kristus menjadi utama lewat mukjizat-Nya. Di antara belas kasih kemanusiaan, Fransiskus merasakan dan menolak untuk bertemu dengan orang kusta. Tetapi inilah suatu hari bertemu dengan seorang kusta, sementara menunggangi kuda di sekitar Assisi. Dengan satu cobaan yang besar dan kemuakan tetapi agar jangan berkurang semangat dan janjinya sebagai penghianat suatu aturan yang berlaku, dia turun dari kuda dan langsung mencium orang kusta. Lekas naik kembali ke kuda dan melihat ke sana ke mari, lonceng terlepas dan bebas di sekitar dari tantangan, tetapi tidak melihat lagi orang kusta. Penuh dengan kegembiraan dan kekaguman, sesaat setelahnya ingin mengulangi lagi perbuatan demikian pergi ke tempat orang-orang kusta dan setelah memberi kepada masing masing uang, mencium tangan dan wajah mereka, demikian Fransiskus memilih sesuatu yang pahit kepada kemanisan dan mempersiapkan dengan gagah untuk mempertahankan niat-niat lainya..
Lain halnya dengan riwayat hidup santo Fransiskus yang dikarang oleh santo Bonaventura dalam legenda mayor dalam melihat episode ini. Bonaventura menafsirkan pertemuan Fransiskus dengan orang kusta sebagi pertemuan Fransiskus dengan Kristus yang tersalib. Pertemuan ini menjadi puncak dari peralihan hidup Fransiskus dari kejijikan melihat orang kusta menjadi bentara Kristus yang merangkul orang yang memeluk orang kusta yang meyerahkan darahnya bagi penebusan manusia. Dari waktu itu berpakaian roh kemiskinan, dari satu rasa mendalam dan kerendahan serta belas kasih yang mendalam. Sementara sebelumnya jijik tidak hanya sebagai teman namun bahkan melihat mereka saja dari jauh. Sekarang karena berkat Kristus yang tersalib dan menurut Sabda para nabi dia telah sampai pada penantian tercela dari seorang kusta, melayani mereka dengan kerendahan dan kebaikan dalam maksud untuk mencapai kepenuhan lewat penghinaan dirinya sendiri.
Peristiwa pertemuan dengan orang kusta, menjadi cikal bakal kesederhanaan Fransiskus dan para pengikut Fransiskus untuk selalu berjuang dan berusaha melayani orang miskin, kecil dan terpinggirkan. Fransiskus dan para pengikutnya dipanggil saudara Dina. Menjadi saudara Dina berarti juga mengikuti Kristus (sequela Christi) yang menjadi kecil, miskin dan hina bagi keselamatan dunia dan manusia seutuhnya. Apa yang kamu perbuat bagi salah satu saudaraku yang paling hina ini kamu perbuat untuk Aku (bdk. Mat 25: 40).
Dia harus makin besar dan aku harus makin Kecil (Yoh 3: 30). Menjadi pengikut Kristus berarti juga rela untuk menjadi miskin, dina, sederhana. Mampu bergaul dengan siapa saja bahkan dengan mereka yang dipandang hina, rendah, kecil oleh dunia. Fransiskus dari Assisi, menemukan Kristus dalam pertobataanya lewat pertemuan dan pelayanan kepada orang-orang kusta. Kita juga masing-masing bisa belajar dari sang Santo untuk berusaha dan berjuang bertemu dengan “kusta-kusta” yang kita miliki, yang ada di sekitar kita. Kusta-kusta itu boleh jadi dalam bentuk, keegoisan, amarah, iri, dendam, sombong, ingin menang sendiri dan menindas yang kecil. Mari kita belajar dari santo Fransiskus untuk berani bertemu dengan “kusta-kusta” yang ada karena dengan pertemuan yang didasari oleh Sabda Yesus dan tuntunan Roh, kitapun kelak akan sampai kepada kebahagian sejati, tinggal bersama Allah dalam kediamannya di Surga. Fransiskus telah memulainya dan sekarang masing-masing kita harus memulainya. Saudara saudara aku telah menyelesaikan bagianku, bagian kalian, Kristus sendiri yang akan mengajarkannya Saudara-saudari selama masih ada waktu marilah kita berbuat baik (bdk. Gal 6:10). Pace e bene
Fr. Fictorium Natanael Ginting, OFMConv
Wasiat Santo Fransiskus, 1, Karya-Karya Fransiskus dari Assisi, Terjemahan dan pengantar oleh Leo Laba Ladjar, OFM, SEKAFI: Jakarta, 2006, hlm. 193. Bentuk kutipan lainnya Fonti Francescane 110, disingkat FF. Fonti Francescane, adalah kumpulan tulisan-tulisan, biografi-biografi, kronik Fransisikus, Klara dan Ordo Fransiskan Sekular. Kutipan FF sudah diterima sebagai kutipan resmi secara umum. Biografi Santo Fransiskus yang pertama karangan Tomas dari Celano, 1 Cel 18, FF 34 Biografi Santo Fransiskus yang kedua yang dikarang oleh Tomas dari Celano, 2 Cel 9, FF 5 Biografi Santo Fransiskus oleh Santo Bonaventura dalam Legenda mayor, LegM 1,6: FF 1036 LegM 14, 3, FF 1239.