Surat Gembala Prapaskah 2011
Dipublikasikan tanggal 05 March 2011
SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2011
(dibacakan sebagai pengganti kotbah, dalam setiap Misa, Sabtu/Minggu, 5/6 Maret 2011)
“MARI BERBAGI – MENUJU PERWUJUDAN DIRI SEJATI”
Saudara-saudari Umat katolik Keuskupan Agung Jakarta yang terkasih,
1. Bersama-sama dengan seluruh Gereja, pada hari Rabu yang akan datang kita memasuki masa Prapaskah. Secara khusus, selama masa Prapaskah kita diajak untuk menyiapkan diri agar pada hari Paskah, kita dapat mengalami secara baru, rahmat keselamatan yang dianugerahkan oleh Allah pada waktu kita dibaptis. Peziarahan rohani ini akan menjadi semakin bermakna kalau ditandai dengan doa yang tekun dan karya-karya kasih yang tulus. Dengan demikian kita dapat memetik buah-buah penebusan yang menjadi nyata dalam hidup baru yang dianugerahkan oleh Allah kepada kita. Dengan menerima hidup baru itu, kita semakin mempunyai “pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus” (Flp 2:5), semakin mencapai “kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus” (Ef 4:13). Dengan demikian, Prapaskah adalah masa penuh rahmat ketika kita bersama-sama dengan seluruh Gereja, mengayunkan langkah-langkah kita semakin mantap dalam mengikuti Yesus Kristus. Untuk kepentingan ini, sudah disediakan sarana-sarana pembantu antara lain berupa buku yang berjudul “Retret Agung Umat – Mari Berbagi. Perjalanan Rohani Menanti Kebangkitan”
2. Masa Prapaskah tahun ini kita jalani ketika Gereja Katolik Indonesia mensyukuri Ulang Tahun ke-50 terbentuknya Hirarki, tepatnya pada tanggal 3 Januari yang lalu. Limapuluh tahun yang lalu, Pimpinan Gereja Katolik memutuskan untuk mendirikan Hirarki Gereja Katolik Indonesia karena yakin bahwa Gereja Katolik Indonesia memiliki kemampuan berkembang menjadi gereja yang dewasa, dengan berbagai kekayaan artinya. Salah satunya adalah kemampuan untuk berkembang menjadi Gereja yang merupakan bagian tak pisahkan dari masyarakat dan bangsa Indonesia dengan segala kegembiraan dan harapan serta keprihatinan dan kecemasannya. Sementara itu Keuskupan Agung Jakarta, keuskupan kita, sedang menegaskan kembali cita-cita yang dirumuskan dalam Arah Dasar Pastoral Keuskupan Agung Jakarta, yaitu untuk terus berusaha meneguhkan iman kepada Yesus Kristus, membangun persaudaraan sejati dan terlibat dalam pelayanan kasih. Sejalan dengan cita-cita, dan mempertimbangkan kenyataan hidup di negara kita pada umumnya dan wilayah Keuskupan Agung Jakarta pada khususnya, ditetapkanlah tema Aksi Puasa Pembangunan “Mari Berbagi”. Yang menjadi pertanyaan sekaligus bahan perenungan ialah, bagaimana gagasan-gagasan itu, dalam terang Sabda Tuhan yang kita dengarkan pada hari ini, bisa menjadi bekal bagi kita untuk menjadikan masa Prapaskah ini penuh dengan berkat.
Saudari-saudaraku yang terkasih,
3. Sabda Tuhan yang kita dengarkan pada hari ini dapat meneguhkan pokok-pokok perenungan kita itu. Pimpinan Gereja Katolik mendirikan Hirarki Gereja Katolik di Indonesia karena yakin bahwa Gereja Indonesia mampu berkembang menjadi Gereja yang dewasa. Seperti apakah Gereja yang dewasa itu? Menurut kata-kata Injil hari ini, Gereja yang dewasa ialah Gereja yang mendengarkan perkataan Yesus dan melakukan-Nya. Dengan demikian Gereja meletakkan hidupnya pada dasar yang kokoh, seperti orang yang mendirikan rumah di atas batu. Pertanyaan berikutnya muncul : apakah artinya meletakkan hidup pada dasar yang kokoh itu? Jawabannya bermacam-macam. Salah satu jawabannya dapat kita ambil dari Kitab Ulangan yang tadi kita dengarkan : kemampuan untuk memilih berkat, bukan kutuk, kemampuan untuk memilih yang baik dan benar, bukan sekedar yang gampang dan enak. Dengan kata lain, Gereja yang dewasa adalah Gereja – artinya kita semua – yang rajin dan tekun mendengarkan Sabda (bukan sekedar mendengar) untuk mencari dan menemukan kehendak Allah di dalamnya. Dengan demikian hati dan budi kita dicerahkan. Sesudah hati dan budi kita dicerahkan, kita membuat ketetapan hati. Ketetapan hati kita bersama inilah yang dirumuskan dalam Arah Dasar Pastoral Keuskupan Agung Jakarta. Ketetapan hati kita adalah memilih berkat. Berkat itulah yang ingin kita wujudkan bersama dengan semboyan “Mari Berbagi” yang akan kita jalankan bersama khususnya selama masa Prapaskah ini.
4. Salah satu bahan pendukung untuk memperkaya masa Prapaskah ini adalah satu buku yang merupakan kumpulan tulisan yang diberi judul “Mari Berbagi – Menuju Perwujudkan Diri Sejati”. Judul buku ini dan tulisan-tulisan yang ada di dalamnya mengajak kita bertanya, seperti apakah jati diri kita sebagai murid- murid Yesus? Mengenai jati diri manusia, ada juga berbagai macam pendapat. Ada yang mengatakan “Saya berpikir maka saya ada”.
Bagi yang mengikuti aliran ini, jati diri manusia, hakekat kemanusiaan atau kemuliaan manusia terletak pada kemampuannya berpikir. Ada pula yang mengatakan, “Saya membeli, maka saya ada” atau “Saya berkuasa, maka saya ada”. Judul buku yang saya sebut di atas mengajak kita semua untuk menemukan jati diri atau kemuliaan kita sebagai murid-murid Kristus di tempat yang lain. Kita diajak untuk sampai kepada keyakinan “Saya bukanlah kekuasaan yang dapat saya peroleh, atau milik yang dapat saya kumpulkan. Saya adalah berkat yang dapat saya bagikan dalam belarasa”.
Saudari-saudaraku yang terkasih,
5. Bahwa jati diri manusia dan kemuliaannya terletak dalam kerelaan untuk berbagi, terungkap dalam begitu banyak kisah-kisah kuno. Kisah-kisah seperti itu mengungkapkan kerinduan hati manusia yang terdalam. Salah satunya adalah kisah tentang seorang calon murid yang ingin berguru pada seorang guru bijaksana untuk menjadi manusia mulia. Untuk itu ia pergi kepada seorang guru yang dikenal amat bijaksana. Ia bertanya, “Guru, apa yang harus saya tempuh agar saya menjadi manusia mulia”. Guru itu menjawab dengan membisikkan suatu mantra, sambil berpesan agar tidak memberitahukan mantra itu kepada siapa pun juga. Calon murid itu bertanya lagi kepada sang guru, “Apa yang akan terjadi kalau saya memberitahukan mantra ini kepada orang lain”. Sang guru menjawab, “Orang yang mendengar mantra ini, hati dan budinya akan tercerahkan. Tetapi engkau sendiri akan diusir dari perguruan ini dan menderita”. Sesudah mendengar jawaban sang guru, calon murid itu pergi ke tempat-tempat yang ramai dan memberitahukan mantra itu kepada semua orang yang ia jumpai. Benar, hati dan budi orang-orang yang mendengar mantra itu tercerahkan, wajah mereka menjadi bersinar memancarkan kebahagiaan. Murid- murid yang lain protes dan menuntut agar sang guru mengusir calon murid ini. Kepada mereka sang guru menjawab, “Dia tidak perlu lagi menjadi murid, dia sudah bisa menjadi guru”. Pesan dongeng ini jelas : jalan menuju kesempurnaan dan kemuliaan sebagai manusia ialah berbagi kehidupan, kalau perlu dengan berani menanggung risiko. Kita mempunyai yang bukan dongeng, yaitu Yesus Kristus yang telah membagikan hidup-Nya bagi damai sejahtera kita. Berarti, dalam diri Yesus-lah kerinduan hati kita yang terdalam terpenuhi. Membangun hidup sehati dan seperasaan dengan Yesus inilah yang kita pupuk secara khusus dalam masa Prapaskah dengan doa yang tekun dan karya-karya kasih.
Marilah kita bersama-sama memasuki masa Prapaskah ini dengan penuh pengharapan dan syukur. Marilah kita gunakan kesempatan pertemuan dan bahan-bahan yang sudah disediakan dengan sebaik-baiknya. Semoga masa Prapaskah ini menjadi masa yang penuh rahmat bagi kita masing-masing, bagi keluarga dan komunitas kita. Tuhan memberkati.
Jakarta, Maret 2011
+ I. Suharyo
Uskup Keuskupan Agung Jakarta