PERAYAAN HARI RABU ABU DI MASA PANDEMI
Dipublikasikan tanggal 18 February 2021
Perayaan Hari Rabu Abu di Masa Pandemi
Tahun 2020 kemarin, kita masih bisa merasakan perayaan Rabu Abu di gereja. Masih mendapatkan abu yang ditandai di kening setiap umat.
Namun di masa pandemi Covid-19 perayaan Rabu Abu cukup berbeda. Biasanya sebelum menerima abu, pastor atau prodiakon akan mengatakan, "Bertobatlah, dan percayalah pada Injil," kemudian memberikan tanda salib di setiap kening umat. Tapi saat ini pastor hanya mengatakan satu kali di altar dan umat menjawab "Amin.” Sehingga ketika abu diberikan tidak ada lagi kalimat tersebut. Tak hanya itu perbedaan lainnya, abu tak lagi diberikan di kening tetapi ditaburkan di atas kepala. Saat abu ditaburkan umat boleh berlutut ataupun berdiri.
Dalam homilinya di Misa Rabu Abu, 17 Februari 2021, Pastor Sukis mengatakan ada tiga hal yang bisa membantu dalam masa Prapaskah ini. Hal tersebut bisa ditemukan dalam bacaan Injil yakni di mana kita berdoa, berpuasa dan beramal kasih. "Dalam Masa Retret Agung peziarahan umat selama 40 hari, kita menunjukkan supaya kita bisa jalin kesatuan dengan Allah, relasi kita dengan Allah," ucap Pastor Sukis.
Berpuasa menjadi cara lain kita menyatukan diri dengan Allah. Berpuasa juga mengajak kita mengendalikan, mengolah dan memurnikan diri. "Mengolah bagaimana bertindak, bersikap dan berpikir.” Buah doa dan puasa adalah tindakan amal kasih. Ini bukan hanya perkara bisa memberi dan menanggung sebagian, tambahnya. Tapi, amal kasih adalah buah dari kemurahan hati yang mana hasil perenungan doa dan puasa. Ketiga hal ini mengajak kita di masa pandemi ini di mana kita diajak retret agung.
"Selain itu dengan berpuasa kita bisa mengendalikan diri dengan orang sekitar kita, mengendalikan diri dengan dunia yang dikuasai . Saat retret agung, kita diajak bersama bela rasa, menghargai dan menumbuhkan kecintaan satu sama lain. Ketiga hal ini menjadi pegangan dan pedoman dalam hati kita," tutupnya.
Klik disini untuk Foto- Foto Hari Rabu Abu
Artikel : MRO