PERGILAH DAN JANGAN BERBUAT DOSA LAGI
Dipublikasikan tanggal 02 April 2022
PERGILAH DAN JANGAN BERBUAT DOSA LAGI
Yoh 8:1-11
Kisah tentang
perempuan yang berzinah hanya tercatat di Injil Yohanes (Yoh 7:53-8:11). Teks
ini pun dianggap “tidak asli Yohanes” karena tidak muncul dalam beberapa
manuskrip kuno. Ada juga beberapa istilah yang hanya muncul pada teks ini dalam
Injil Yohanes misalnya “bukit Zaitun” (8:1) dan “ahli-ahli Taurat” (8:3). Kedua istilah itu lebih sering muncul
dalam Injil-injil Sinoptik. Namun teks ini muncul dalam kitab suci edisi Bahasa
Latin Vulgata yang menjadi acuan Gereja Katolik dan dipakai sebagai bacaan
liturgi (Minggu Prapaskah V Tahun C), dengan demikian kanonisitasnya tidak
perlu diragukan lagi.
Keberadaan
Yesus di Yerusalem dan mengajar di bukit Zaitun dicatat pula dalam Injil Lukas
(Luk 21:1, 37). Seorang perempuan yang tertangkap basah berbuat zinah (8:4)
dihadapkan kepada Yesus. Siapa nama dan identitas perempuan itu tidak pernah
diketahui. Kalau dia seorang wanita yang sudah menikah dan mempunyai suami, dia
harus dihukum mati (bdk Im 20:10). Namun tentu saja dia tidak akan mati
sendiri, melainkan bersama dengan lelaki teman zinahnya, mereka berdua harus
mati sesuai dengan hukum Taurat. Persoalannya sekarang, di mana laki-laki itu?
Mungkin dia sempat melarikan diri.
Kalau
perempuan itu seorang perawan, dia harus dihukum rajam (bdk Ul 22:20-21).
Seorang gadis perawan ketika malam pertama perkawinannya tidak dapat
membuktikan keperawanannya tidak hanya membawa aib kepada keluarga, melainkan
juga harus dihukum mati dengan cara dilempari batu oleh orang sekotanya. Maka,
bisa saja ya perempuan yang dihadapkan kepada Yesus ini adalah seorang gadis
yang diketahui tidak perawan lagi pada malam pertama perkawinannya.
Alih-alih
menggubris ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang memang menghadapkan
perempuan tersebut kepada Yesus untuk mencobai-Nya, Ia membungkuk dan menulis
dengan jari-Nya di tanah sampai dua kali (8:6, 8). Bagaimana mungkin para
petinggi agama Yahudi ini berupaya mencobai Yesus dengan kasus ini? Pada
sekitar tahun 30 M pemerintah Romawi mencabut hak untuk menjatuhkan hukuman
mati dari Mahkamah Agama Yahudi (Sanhedrin). Maka kasus ini akan menjadi dilema
bagi Yesus. Apabila Dia menjatuhkan hukuman mati, maka Dia melanggar peraturan
yang ditetapkan oleh pemerintah Romawi. Sebaliknya, apabila Dia membebaskan
perempuan itu dari hukuman mati, maka Dia melanggar hukum Taurat. Dua pilihan
yang sama-sama sulit untuk Yesus.
Apa yang
ditulis oleh Yesus di atas tanah? Macam-macam
tafsir berkembang. Tradisi yang paling terkenal mencatat bahwa Yesus menuliskan
dosa para ahli Taurat dan orang Farisi yang mendakwa perempuan itu. Seorang
hakim dalam pemerintahan Romawi akan menuliskan dahulu amar keputusannya
sebelum membacakannya dengan suara lantang. Apakah sungguh Yesus menuliskan
keputusan-Nya di atas tanah? Ada lagi yang menafsirkan bahwa kisah perempuan
yang berzinah ini mirip dengan kisah dakwaan dua tua-tua kepada Susana dalam
kitab Daniel (TDan 13:1-64). Ketika Daniel membela Susana, secara implisit dia
mengutip ayat dari kitab Keluaran yang berbunyi, “Haruslah kaujauhkan dirimu
dari perkara dusta …” (bdk TDan 13:53, Kel 23:7). Mungkinkah ayat itu yang
ditulis oleh Yesus? Tidak pernah ada yang tahu.
Kemudian Yesus menyampaikan keputusan-Nya
dan berkata, “Barangsiapa
di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada
perempuan itu” (8:7). Hukuman rajam dilaksanakan dengan melemparkan terdakwa ke
dalam lubang, kemudian dua orang saksi melemparkan batu pertama yang beratnya
sekitar 50-60 kg. Tentu saja orang yang dihukum rajam akan mati dengan lemparan
batu pertama itu, barulah kemudian orang-orang lain melemparkan batu-batu yang
lebih kecil ke dalam lubang tersebut.
Apa yang terjadi kemudian? Para pendakwa
pergi meninggalkan tempat itu seorang demi seorang, mulai dari yang tertua (8:9).
Kalau benar yang ditulis oleh Yesus di tanah adalah dosa para pendakwa, tentu
saja orang yang paling tua akan meninggalkan tempat pertama kali, karena
dosanya paling banyak. Karena semua orang pasti berdosa, akhirnya Yesus
ditinggalkan berdua saja dengan perempuan yang berzinah itu. Adegan ini
merupakan adegan drama yang sempurna yang berhasil diabadikan oleh St.
Agustinus dengan rumusan: relicti sunt duo, misera et misericordia.
Hanya tinggal dua, yang menderita dan belas kasihan.
Yesus tahu bahwa perempuan itu memang
bersalah dan dosanya tidak pernah dibenarkan, namun Dia berpesan, “Pergilah dan
jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang”! Apa pesan Injil untuk kita
semua? Bahwa mengetahui dan menunjukkan kesalahan dan dosa orang lain berarti
bersedia untuk mengakui dosa-dosa sendiri dengan jujur. Bukan hanya orang yang
berdosa yang membutuhkan belas kasihan Allah, melainkan orang yang melihat dosa
orang lain. Mewartakan Injil berarti menyadari kekurangan diri sendiri dan
menghayati pertobatan yang sejati serta merasakan kebutuhan akan belas kasihan
Allah.
Minggu ini kita memasuki Minggu Prapaskah V.
Apakah kita sudah menyadari dosa-dosa kita dan merasakan kebutuhan akan
kerahiman Allah? Atau kita hanya sibuk menunjuk pada dosa-dosa orang lain?
Semoga kita sudah mengambil keputusan yang tepat dan bijak.