PASKAH MEMBAWA RASA DAMAI DAN PERSAUDARAAN
Dipublikasikan tanggal 17 April 2022
PASKAH: REKONSILIASI YANG MEMBAWA RASA DAMAI DAN PERSAUDARAN
Belajar dari pengalaman Santo Fransiskus dari Assisi
Paskah bagi Fransiskus adalah
kesempatan untuk bernyanyi kemenangan Tuhan atas maut melalui pemberian hidup.
Dalam ofisi sengsara, Fransiskus mendedikasikan satu mazmur menyeluruh dan
perayaan ini adalah perayaan kemenangan Tuhan.
Bagi si miskin (poverello)
kita diundang untuk menyanyikan lagu baru Anak Domba yang dikurbankan dan
bangkit. Paskah bagi Fransiksus adalah hari parousia, lewat manifestasi
kemuliaan Tuhan yang bangkit dengan segala kecemerlangan dan keindahannya yang
mengagumkan.
Santo Fransiskus yang adalah alter
Christus, sebagaimana Yesus menggugah bayak orang, pria dan wanita pada setiap
masa. Ketertarikan orang-orang kepada Fransiskus sampai saat ini,
bukan karena dia yang
adalah pedagang yang bertobat, peniten atau si miskin yang menderita, juga
bukan sebagai mistikus yang menerima stigmata, luka-luka
Yesus. Sampai-sampai saudara Masseo bertanya kepadanya saat bertemu dengan si miskin: mengapa kepada kamu, mengapa kepada kamu,
mengapa kepada kamu? Santo Fransisksus menjawab: “apa yang ada dalam pikiranmu yang
ingin kamu katakan? ”Kata saudara Masseo: “saya katakan, mengapa kepada kamu,
seluruh dunia datang mengikuti, dan setiap pribadi senantiasa dan tertarik ingin melihatmu,
mendengarmu dan mentaatimu?” Kamu tidaklah ganteng dari segi penampilan fisik, kamu
bukanlah seorang yang berintelektual tinggi, kamu bukanlah bangsawan; namun
sesungguhnya kepada kamu seluruh dunia datang mengikut? (Fior X: FF 1838)
Santo Fransiskus menjelaskan kepada kita rasa otentik, asli, original dari keindahan- paskah-, yang
akan menyelamatkan dunia. Tidaklah indah apa yang menarik, dan segala sesuatu
bentuk sempurna atau simetris. Adalah indah apa yang disebutnya dengan pengampunan - rekonsiliasi, apa yang memberi damai dan kesejukan. Paskah sesungguhnya, adalah
awal dari bumi yang baru berkat rekonsiliasi yang membuat dunia dan seluruh ciptaan lebih bersaudara. Kita bisa belajar banyak dari ensiklik Paus Fransikus Fratelli tutti (Semua bersaudara) Fransiskus dulu ganteng, indah dan adalah indah, karena ia adalah manusia yang berekonsiliasi, berdamai dan pendamai. Di lain pihak Kristus yang bangkit adalah Dia yang untuk pertama kalinya
memanggil para muridnya dan memberi mereka “damai” dan “Roh” (pace a voi), adalah proklamasi dari keindahan bukan pada estetik
tetapi soteriologi: adalah indah apa yang menyelamatkan kita, apa yang memberi
saya hidup untuk selamanya. Dan bagi Fransiskus, wajah dari Salib-Bangkit, yang
tidak lagi mati tetapi seterusnya memberi kita hidupya dalam Ekaristi dan
menjaga hati kita maka kita senantiasa hidup dalam damai dan dalam rekonsiliasi (pendamaian).
Paskah: Perjalanan menuju persatuan dengan Tuhan
Ada 3 kata
kunci yang membantu kita untuk memahami Paskah Fransiskus yang ketiga-tiganya
saling berkaitan erat satu dengan yang lain: yakni pertobatan, kebebasan dan
kesetiaan-ketaatan
Pertobatan
Sejarah Fransiskus adalah sejarah seorang manusia yang memiliki proses
yang menghantar pada misteri Paskah Tuhan kita Yesus Kristus. Perjalanan
pertobatan Fransiskus diikuti oleh permenungan yang mendalam tentang situasi dan hal-hal
konkret yang dialaminya setiap hari. Berawal dari kejatuhan karena kalah dalam
perang antar Assisi dan Perugia. sebagai seorang ksatria, Fransiskus bersemangat dalam perang
melawan tentara Perugia. Namun dalam perang itu, ia mengalami kekalahan dan akhirnya ditangkap dan dipenjara. Selama
dalam penjara ia mengalami permenungan dan sampai dilanda sakit. Di dalam
sakitnya ia merenungkan apa yang menjadi
makna hidup. Kebahagiaan yang bagaimana yang
dicarinya, kekuasaan dan harga diri apa yang ingin diraihnya dan bagaimana memperolehnya. Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi awal permenungannya untuk memikirkan kembali pola atau
gaya hidup yang harus dia pilih dan hidupi.
Kejatuhan yang dialami Fransiskus menjadi titik balik pertobatannya, ia
kemudian mulai meninggalkan cara hidup yang lama yang senantiasa bersama
teman-teman sebayanya yang mencari kesenangan duniawi. Ia mulai
menyendiri, berjalan ke luar Assisi dan bertemu dengan orang-orang Kusta. Dan
di sana ia mulai melayani mereka dan mengubah pola pemikiran yang awalnya
melihat mereka begitu jijik menjadi suatu kemanisan (2 was 1-3: FF 110 ). Pengalaman ini
membuat Fransiskus semakin yakin akan pilihannya. Melayani dan tinggal bersama
orang-orang miskin, tersingkirkan dan kusta.
Dalam perjalanannya dan pelayanannya
kepada orang-orang kusta, Fransiskus kemudian menyadari masih ada hal yang
perlu diperdalam dia merasa masih ada yang kurang yang
belum lengkap. Maka suatu hari
beliau berjalan-jalan di depan Gereja San Damiano, Fransiskus tergerak untuk
masuk ke dalam gereja. Dan ketika di dalam gereja, dalam kontemplasi yang
tinggi, Fransiskus mendengar Salib berbicara kepadaNya dan Fransiskus
melihatnya sebagai panggilan Yesus sendiri: Fransiskus perbaikilah gereja yang kamu
lihat roboh ini.
Panggilan untuk memperbaiki gereja.
Akhirnya Fransiskus yakin akan hidup dan panggilannya kemudian langsung menjual
kain-kain milik orang tuanya untuk diberikan kepada imam yang ada di Gereja San
Damiano agar dapat diperbaiki. Namun imam itu tidak mau menerimanya, lalu
Fransiskus membuang uang itu dan dengan tangannya sendiri memperbaiki gereja
itu. (1Cel IV, 9: FF 335)
Kebebasan
Perjalanan pertobatan Fransiskus
kemudian dihadapkan pada orang tuanya khususnya ayahnya. Ayahnya membawa
Fransiskus dihadapkan pada Uskup Assisi, Guido, untuk mempertanggungjawabkan
uang dan harta benda yang diambil Fransiskus dari rumah orang tuanya yang diserahkan kepada Imam di Gereja
San Damiano dan juga kepada orang-orang miskin dan tersingkirkan.
Di hadapan uskup , orang tua
Fransiskus dan masyarakat Assisi, Fransiskus menanggalkan pakaiannya sebagai
tanda kebebasannya untuk mengikuti panggilan Tuhan: mulai saat ini aku boleh berkata,
Bapaku bukan lagi Pietro Bernardone melainkan Bapaku yang di surga. Seketika itu uskup langsung menutup tubuh Fransiskus dengan mantolnya. Uskup mewakili Gereja
menyatakan perlindungan kepada Fransiskus. Dan mulai saat itu Fransiskus
semakin bebas melayani orang-orang kusta dan sesama. (1Cel VI, 15: FF 344)
Deus meus et omnia: Allahku dan
segalanya adalah sikap bebas dari Fransiskus yang menyatakan pertobatannya
terus menerus. Menempatkan Tuhan sebagai tempat yang pertama (primato di Dio) dan darinya ia mampu
melayani sesama dengan penuh gembira dan suka cita (la gioia francescana).
Kegembiaran
Fransiskus mengikuti Yesus dalam pelayanan kepada orang-orang miskin dan
terpingkgirkan adalah wujud nyata dari kebebasannya mengikuti suara Allah yakni
Roh Kudusnya dan berkomitmen atasnya.
Kesetiaan-ketaatan
Setelah menemukan jalan hidupnya, suatu hari Fransiskus berjalan-jalan
di sekitar pusat Assisi. Semenjak pertobatannya, banyak teman-temanya yang dulu
bersama-sama dengan dia mulai meninggalkannya. Fransiskus dianggap sebagai orang gila.
Namun Fransiskus tetap teguh pada pilihan dan pertobatannya. Ia telah memilih
dan menemukan makna hidupnya. Pilihan ini berdasarkan pada pilihan bebas
mengikuti suara Tuhan yang hadir lewat orang-orang kusta, salib San Damiano,
dan uskup sendiri yang melindunginya.
Keteguhan hati Fransiskus demikian membuat , teman-temanya
mulai tertarik dan ingin tahu tentang pilihan dan jalan hidup Fransiskus. Maka
saat berjalan di pusat Assisi, salah seorang temannya bernama Bernardo da Quintavale
menemui Fransiskus dan memohonkan kepadanya untuk mengikuti dia dan cara
hidupnya. Fransiskus saat itu kaget dan tidak tahu apa yang harus ia katakan
kepada saudara Bernardo. Namun ia ingat bahwa pertobatannya berasal
dari suara Tuhan sendiri yang hadir dalam Gereja. Maka ia dengan segera
mengajak Bernardo untuk masuk ke gereja san
Nicolo yang berada di dekat pusat Assisi. Dan di sana Fransiskus membuka
Kitab Injil yang ada di atas mimbar untuk
mengetahui apa yang Tuhan kehendaki untuk mereka lakukan. Teks injil (Mat. 19,21) “Jikalau engkau
hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada
orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di surga, kemudian datanglah
ke mari dan ikutlah Aku” ; (Luk. 9,3): “jangan membawa apa-apa dalam
perjalanan, jangan membawa tongkat atau bekal, roti atau uang, atau dua helai
baju”; (Luk. 9,23) “Setiap orang yang mau mengikuti Aku, ia harus menyangkal
dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku” (bdk. 2 Cel X, 15: FF
601).
Saudara Bernardo menemukan apa yang
selama ini dicarinya dalam cara hidup Fransiskus. Fransiskus lewat kehadiran
saudara Bernardus meneguhkan kembali
panggilan dan pilihannya bukan sebagai pilihan
yang salah apalagi sesat. Dan keduanya dituntun dan diilhami oleh Sabda Tuhan
yaitu Injilnya yang ditemukan di dalam Gereja. Inilah persaudaraan (fraternitas) dimana antara satu dengan
yang lain saling meneguhkan dan menemukan kehendak Allah dan mereka diilhami
dan diteguhkan terus-menerus lewat Sabda Tuhan
di dalam Gerejanya yang Kudus.
Inilah yang Tuhan kehendaki dari
kita, inilah jalan hidup kita. Mulai saat itu
mereka bersama-sama melaksakan apa yang disabdakan Tuhan dalam Injilnya. Mereka
menjalankan semuanya itu dalam kesetian. Setia kepada Sabda Allah menjadi kekuatan bagi Fransiskus
dan saudara-saudara pertama untuk melayani Tuhan dan Gerejanya. Kesetiaan
mendengar Sabda Tuhan di dalam Gereja menjadi kekuatan Fransiskus dan para
pengikutnya. Kesetiaan kepada Sabda Allah dan GerejaNya yang dihidupi oleh
Fransiskus dan saudara-saudaranya berdasar pada kesetiaan Yesus kepada BapaNya
sampai menumpahkan darah di kayu salib dan bangkit. Kesetiaan ini melahirkan
Paskah. Tidak ada paskah tanpa kesetiaan pada Yesus sendiri dan SabdaNya yang
dirayakan dan di wartakan dalam Gereja dan dihidupi di dalam persaudaraan.
Fransiskus mengalami paskah lewat pertobatannya setiap hari yang
disadari secara bebas dalam kesetiaan pada Sabda Allah di dalam GerejaNya. Paskah telah membuat Santo Fransiskus
berekonsiliasi yang membawa rasa damai dan menjadi saudara dan bersaudara
dengan siapa saja, termasuk segala ciptaan Allah yang lain bahkan mautpun dipanggilnya sebagai
saudari. Kita bisa belajar dari teladan hidup sang santo dan sebagai sebagai
pengikut Yesus seharusnya menjadikan hidup kita hari demi hari semakin indah dan damai, memancarkan keindahan itu pada wajah, karna telah ditandai di hadapan kita dan
dalam hati kita darah Anak Domba yang disalibkan-Bangkit. Paskah lahir
persaudaraan yang baru, lahirlah Gereja, yang terdiri dari pribadi-pribadi yang
saling mengasihi dan mengampuni sebagaimana yang
Telah Tuhan Yesus ajarkan, Hendaklah kamu saling mengasihi sama seperti Aku
telah mengasihi kamu. Berkat rekonsiliasi lahirlah rasa damai dalam hati yang
darinya terpancar cahaya kasih Bapa yang menerangi siapa saja yang ada di
sekitar kita dan akhirnya kita pun semakin bersaudara dan inilah Paskah.
Selamat Paskah.
Catatan:
FF: Fonti
Fancescane (Sumber-sumber Fransiskan)
2 was : Wasiat Fransiskus
dari Assisi
1 Cel: Biografi Santo Fransiskus Assisi yang
pertama yang ditulis oleh Tomas Dari Celano
2 Cel : Biografi Santo Fransiskus Assisi yang kedua
yang ditulis oleh Tomas Dari Celano
Fior: Fioretti (Kuntum-kuntum kecil riwayat hidup)
Santo Fransiskus Assisi