Surat Keluarga November 2012
Dipublikasikan tanggal 19 November 2012
KOMISI KERASULAN KELUARGA
Surat Keluarga November 2012
Rm. Alexander Erwin MSF
Keluarga-keluarga Katolik yang terkasih,
Memasuki bulan November seperti memasuki bulan “ungu”. Kita memasuki suatu bulan yang beberapa harinya memperingati dan mendoakan secara khusus arwah-arwah orang beriman. Mendoakan orangtua, sanak-saudara yang sudah dipanggil Tuhan menjadi bagian dari persaudaraan dan kekerabatan kita yang abadi dengan orang-orang yang kita kasihi yang sudah meninggal.
Akan tetapi, bulan ini bukan saja menjadi “bulan ungu”, tetapi kita boleh menjadikannya sebagai bulan persiapan memasuki masa adven yang akan segera menjelang pada bulan yang akan datang. Sosialisasi masa adven baru saja dilakukan, salah satunya dengan mencanangkan masa adven sebagai “Bulan Keluarga”.
Masa adven yang akan dimulai pada awal bulan Desember, akan dijadikan sebagai “Bulan Keluarga”. Pada masa ini, adven menjadi saat seluruh keluarga bertemu dan mengolah kehidupan bersama. Kekeluargaan perlu dibangun dan dipelihara juga ketika keluarga kita tidak mempunyai masalah yang serius. Kebaikan keluarga yang sudah terjalin tidak menghalangi tugas kita untuk memeliharanya sebagai harta karun keluarga yang perlu perawatan dan rasa sayang.
Pertemuan Adven yang akan datang mengundang seluruh keluarga untuk hadir bersama di lingkungan. Kita memakai Bulan Keluarga tahun ini untuk berkumpul bersama keluarga dan menemukan kegembiraan dan mempersiapkan Natal dalam kebersamaan yang menentramkan. Marilah saling membantu untuk mengajak seluruh anggota keluarga dan mengajak anak-anak, remaja, dan anak muda untuk ikut serta ke pertemuan yang lebih bernuansa aktivitas bersama.
Mempersiapkan Natal adalah peristiwa keluarga, demikianlah seharusnya setiap keluarga dalam hidup berimannya. Iman dalam keluarga lebih menggembirakan kalau dijalani sebagai pengalaman bersama. Maka, sebelum waktu adven tiba, mohonlah kepada Tuhan Yesus untuk memperbaiki kehidupan bersama dalam keluarga kita. Kita hanya perlu mewujudkannya dalam semangat bertemu dan memberi perhatian lebih pada mereka yang kita cintai.
Keluarga-keluarga yang terkasih, di samping adven menjadi Bulan Keluarga, masa adven menjadi awal memasuki tahun iman untuk Gereja Katolik. Pada tahun yang akan datang, Paus Benediktus mencanangkan tahun imam untuk kita semua. Marilah kita mendukungnya dengan mulai mememperdalam iman bagi keluarga kita sendiri.
Kalau biasanya iman hanya menjadi salah satu acara mingguan, marilah kita menjadikannya sebagai kebutuhan pokok hidup keluarga kita. Dunia bisa semakin menggoda dan barangkali membawa kita ke situasi yang sama sekali tidak pernah terbayangkan, tetapi menjadi orang beriman akan menerima jaminan keselamatan dari-Nya. Paulus dengan yakin mengatakan kepada jemaat: “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.” (Kis.16:31)
Paulus menyampaikan kepada umat-umat muda, agar bukan hanya mengurusi kesejahteraan material rumah tangga, tetapi menjamin kehidupan beriman, agar keselamatan sejati dirasakan seluruh keluarga. Iman itulah yang menjamin dan menjadi sumber penolong dan penjaga. Panggilan mulai dari “engkau”, yaitu setiap dari kita yang membaca sabda Tuhan ini. Mulailah dari diri sendiri dan ajaklah anggota keluarga kita menekuni iman Katolik.
Kesadaran, keyakinan, kemauan, ketekunan, dan semangat mewartakan akan menjadi sarana terbaik terbangunnya iman dalam keluarga kita. Seorang bapak yang beriman, atau seorang ibu yang tekun berdoa, tanpa meninggalkan tugas pokok sebagai pasangan dan orangtua, sudah sangat besar pengaruhnya.
Ada seorang bapak yang berusaha menasihati anaknya yang sedang bermasalah. Bapak ini menemui kesulitan menasihati anaknya. Dia berkata kepada anaknya, “Nak, kalau kamu tidak mau mengatakan dengan jujur, bagaimana kami bisa membantumu?” Si anak tetap diam. Si bapak melanjutkan, “Kalau memang kamu masih diam, kamu boleh berbicara dengan ibumu... percayalah ibumu dekat dengan Bunda Maria, pasti bisa membantu dengan doa-doanya.”
Kalimat ini bukanlah suatu kalimat meragu atau kalimat kosong. Si suami dan anak itu tahu bagaimana kehidupan rohani sang ibu. Bukankah pegangan iman seperti ini amat perlu di kala permasalahan sulit diselesaikan? Siapakah yang dapat diandalkan dalam keluarga kita di saat hidup menjadi beban? Semoga kisah singkat ini menginspirasi kita untuk mengembangkan iman pribadi, bukan hanya para ibu, tetapi bapak dan bahkan anak-anak juga.
Keluarga-keluarga KAJ yang terkasih, iman akan terasa buah manisnya, kalau kita menikmatinya pertama dari orang-orang terkasih di rumah. Tidak hanya pasutri, anak-anak, kakek-nenek, oom-tante, semua saja memulai hidup dalam iman yang lebih mendalam, dan semoga perbaikan dan kerukunan terjalin lebih indah lagi.
Sebuah tip kecil, anda boleh membuat kreativitas memperdalam iman. Rencanakan pertemuan pertemuan di lingkungan yang kreatif, dengan permainan, sarana games, ice-breaking, dan lagu-lagu yang mempersatukan dan membawa suasana bahagia. Semua itu khususnya dibuat dalam pertemuan-pertemuan yang bertema keluarga di lingkungan. Semoga membantu.
Salam Keluarga Kudus,
Rm. Alexander Erwin MSF