Renungan Bulan Rosario
Dipublikasikan tanggal 01 October 2013
Renungan Bulan Rosario
Amanat dari Kisah Perkawinan di Kana
Yoh 2:1-12
1Pada hari ketiga ada perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus ada di situ; 2Yesus dan murid-murid-Nya diundang juga ke perkawinan itu. 3Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepada-Nya: "Mereka kehabisan anggur."
4Kata Yesus kepadanya: "Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba."
5Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: "Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!"
6Di situ ada enam tempayan yang disediakan untuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi, masing-masing isinya dua tiga buyung.
7Yesus berkata kepada pelayan-pelayan itu: "Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air." Dan mereka pun mengisinya sampai penuh.
8Lalu kata Yesus kepada mereka: "Sekarang cedoklah dan bawalah kepada pemimpin pesta." Lalu mereka pun membawanya.
9Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan, yang mencedok air itu, mengetahuinya--ia memanggil mempelai laki-laki,
10dan berkata kepadanya: "Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang."
11Hal itu dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tanda-Nya dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya, dan murid-murid-Nya percaya kepada-Nya.
12Sesudah itu Yesus pergi ke Kapernaum, bersama-sama dengan ibu-Nya dan saudara-saudara-Nya dan murid-murid-Nya, dan mereka tinggal di situ hanya beberapa hari saja.
Kisah perkawinan di Kana selalu memikat hati umat. Para pecinta devosi kepada Bunda Maria meyakini bahwa kisah perkawinan Kana adalah bukti alkitabiah perantaraan Bunda Maria – per Mariam ad Jesum. Tanpa mengurangi penghormatan kepada Bunda Maria, nampaknya teks ini jauh lebih kaya daripada hanya sekedar menonjolkan peran Bunda Maria, yang jelas-jelas adalah sosok pribadi yang sederhana dan gemar merenungkan segala sesuatu di dalam hatinya (bdk. Luk 2:19; 51)
Hari Ketiga
Perkawinan Kana berlangsung pada hari ketiga, hal ini berarti menggenapi minggu simbolik pertama dalam Injil Yohanes:
- Hari pertama merupakan saat kesaksian Yohanes Pembaptis yang pertama (Yoh 1:19-28)
- Hari kedua adalah saat kesaksian Yohanes Pembaptis yang kedua (Yoh 1:29-34)
- Hari ketiga saat panggilan dua murid pertama Yesus: Andreas dan murid Yohanes Pembaptis yang lain (Yoh 1:35-42),
- Hari keempat saat panggilan Filipus dan Natanael (Yoh 1:43-51)
- Hari ketujuh adalah saat perkawinan Kana.
Tujuh hari merupakan masa penciptaan langit dan bumi menurut Kejadian 1, sehingga Penginjil ingin menyampaikan bahwa minggu simbolik yang pertama adalah “penciptaan baru”.
Hari ketiga adalah juga pralambang Kebangkitan Kristus seperti tercatat dalam Hos 6:1-2, “Mari, kita akan berbalikkepada TUHAN, sebab Dialah yang telah menerkamdan yang akan menyembuhkan kita,yang telah memukul dan yang akan membalutkita. Ia akan menghidupkan kita sesudah dua hari , pada hari yang ketiga Ia akan membangkitkan kita, dan kita akan hidup di hadapan-Nya.”
Pesan pertama dari kisah perkawinan di Kana adalah bahwa melalui sengsara, wafat, dan kebangkitan Kristus terjadilah “ciptaan baru” (Why 21:5)
Ibu Yesus Ada di Situ
Bunda Maria ada di Kana, tetapi beliau tidak datang serombongan dengan Yesus dan murid-murid-Nya (Yoh 2:1-2). Hal yang berbeda terjadi di akhir perikop (Yoh 2:12) bahwa Bunda Maria bergabung dengan rombongan Yesus dan murid-murid-Nya. Rupanya dari permulaan hingga akhir perikop terjadi suatu “perubahan”. Untuk memahami hal itu, dicoba menyusun perikop perkawinan di Kana sebagai berikut:
1. Bunda Maria datang ke Kana terpisah dari rombongan Yesus (Yoh 2:1-2)
2. Mereka kekurangan anggur, Bunda Maria menyampaikan kepada Yesus (Yoh 2:3-4)
3. Maria menyuruh supaya pelayan-pelayan melakukan apa yang dikatakan oleh Yesus (Yoh 2:5)
4. Ada enam tempayan yang disediakan untuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi (Yoh 2:6)
3’. Pelayan-pelayan mengisi tempayan-tempayan itu penuh dengan air dan mencedoknya lalu membawanya kepada pemimpin pesta sesuai dengan perintah Yesus (Yoh 2: 7-8)
2’. Mereka kelimpahan anggur dengan kualitas yang baik, dan ini menjadi tanda pertama yang dibuat oleh Yesus untuk menyatakan kemuliaan-Nya dan murid-murid-Nya percaya kepada-Nya (Yoh 2:9-11)
1’. Bunda Maria pergi ke Kapernaum bersama-sama dengan rombongan Yesus (Yoh 2:12)
Tampaknya teks perkawinan di Kana disusun secara konsentrik dengan titik pusat pada ayat 6. Di situ ada enam tempayan yang disediakan untuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi, masing-masing isinya dua tiga buyung (80-120 liter). Pembasuhan menurut adat orang Yahudi terdiri dari dua bentuk: tevilah dan mikveh. Tevilah dilaksanakan dengan membenamkan seluruh tubuh di dalam air, sedangkan mikveh adalah upacara mencuci tangan dengan sebuah cangkir. Tujuannya jelas dalam Im 15:11-14, yakni agar orang Yahudi ditahirkan dari segala kenajisan.
Pembasuhan inilah yang kiranya ingin direformasi oleh Yesus. Dia mengubah air menjadi anggur. Pentahiran dengan air diubah menjadi pentahiran dengan “anggur” Kristus, yang juga adalah lambang dari darah-Nya. Dia adalah Sang Hikmat. Dalam Kitab Suci PL ada dua teks yang berbicara tentang anggur sebagai hikmat:
- Ams 9:1-5, “Hikmat telah mendirikanrumahnya, menegakkan ketujuh tiangnya, memotong ternak sembelihannya, mencampur anggurnya,dan menyediakan hidangannya.Pelayan-pelayan perempuan telah disuruhnya berseru-seru di atas tempat-tempat yang tinggi di kota: "Siapa yang tak berpengalaman,singgahlah ke mari"; dan kepada yang tidak berakal budikatanya: "Marilah,makanlah rotiku, dan minumlah anggur yang telah kucampur.”
- Yes 55:1-3, “Ayo, hai semua orang yang haus , marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan makanlah, juga anggur dan susu tanpa bayaran!Mengapakah kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan?Dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan yang baikdan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat. Sendengkanlah telingamu dan datanglah kepada-Ku; dengarkanlah,maka kamu akan hidup!Aku hendak mengikat perjanjian abadi dengan kamu, menurut kasih setia yang teguh yang Kujanjikan kepada Daud.”
Kristus adalah Sang Hikmat yang menggiring murid-murid-Nya menuju sebuah pesta perkawinan, yang akan menyajikan anggur baru. Anggur Kristus inilah yang memberikan hidup. Dialah Sang Sabda, sehingga Yoh 15:3 mencatat sabda Yesus, “Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu.” Lewat kisah ini Penginjil pun ingin melukiskan kehidupan sakramental Gereja. Anggur menandakan tibanya zaman mesianik, dan dalam kelimpahannya menandakan perjanjian baru dan Darah Ekaristisnya. Pesta perkawinan selalu menjadi lambang Kerajaan Allah yang definitif.
Peran Bunda Maria dalam Perkawinan di Kana
Dalam Injil Yohanes Bunda Maria hanya disebut dalam dua kisah: perkawinan di Kana dan di kayu salib (Yoh 19:25-27). Ada keterikatan kuat antara dua kisah tersebut: Bunda Maria disapa sebagai ibu Yesus, disebutkan masing-masing empat kali, dan Bunda Maria dipanggil oleh Yesus sebagai “Ibu” (teks asli berbunyi “Wanita”).
Beberapa hal yang perlu diamati tentang peran Bunda Maria dalam kisah ini:
- Bunda Maria ikut berproses dalam reformasi yang dilakukan oleh Yesus Kristus.
- Bunda Maria peka terhadap kesulitan orang lain.
- Bunda Maria tidak gegabah mengambil keputusan sendiri, melainkan menyerahkan segala sesuatu kepada Yesus.
- Meski ada penolakan awalnya dari Yesus, Bunda Maria tetap yakin kepada Kristus dan kepada kuasa-Nya yang dapat membuat tanda.
- Jawaban Bunda Maria kepada kita semua yang mohon doa perantaraannya, “Apa yang dikatakan oleh Yesus kepadamu, lakukanlah itu!”
- Pada akhir kisah diceritakan bagaimana Bunda Maria dan murid-murid Yesus membentuk “komunitas mesianik”, yang dipersatukan dalam iman kepada Yesus Kristus Putera Allah, yang baru saja menyatakan kemuliaan-Nya.
- Bunda Maria adalah anggota Gereja yang unggul sehingga memenuhi syarat yang diajukan oleh Yesus, “Siapa saja yang melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, saudara-Ku perempuan dan ibu-Ku.” (Mrk 3:35)
Meneladani Bunda Maria
Bunda Maria adalah figur yang peka terhadap kesulitan orang lain, terhadap orang-orang yang berkekurangan. Melalui doa perantaraannya dan ketaatan manusia kepada Yesus Kristus kekurangan bisa menjadi kelimpahan. Hal ini menjadi tanda kemuliaan Yesus di dunia dan akan menarik banyak orang untuk percaya kepada-Nya.
Mengutip Surat Gembala Hari Pangan Sedunia 2013 dari Uskup Agung Jakarta, patut direnungkan secara mendalam satu hal, “Sementara itu kita akan memasuki bulan Oktober, bulan Rosario. Baiklah kita juga memakai kesempatan bulan Rosario ini untuk berdoa bersama dan seperti Maria, Bunda Gereja. Dengan berdoa rosario kita berdoa bersama Bunda Maria agar mereka yang kelaparan bisa dikenyangkan dan yang kenyang bisa lebih tergerak untuk berbagi dan membantu. Kita doakan agar kepedulian dan solidaritas masyarakat, khususnya para pengikut Yesus, makin meningkat. Dengan rosario pun kita berdoa seperti Maria, yaitu dengan “menyimpan dan merenungkan segala perkara dalam hati” (bdk. Luk. 2: 51) agar kita bisa semakin mengetahui kehendak Bapa di dunia ini dan kemudian dengan tekun melaksanakannya.”
Selamat memasuki Bulan Rosario!