Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam
Dipublikasikan tanggal 18 November 2013
Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam tahun 2013, yang akan dirayakan pada hari Minggu tanggal 24 November 2013, mengakhiri tahun liturgi C dan pada hari Minggu tanggal 1 Desember 2013 kita sudah memasuki Masa Adven tahun liturgi A.
Yesus Kristus adalah Raja Semesta Alam karena dua alasan; alasan pertama adalah karena Dia, bersama-sama dengan Allah Bapa dan Allah Roh Kudus adalah Pencipta segala sesuatu di surga dan di atas bumi, segala sesuatu yang kelihatan dan yang tidak kelihatan (bdk Kol 1:16). Alasan kedua adalah bahwa karena Dia adalah Penebus kita. Melalui Kristus Allah memutuskan untuk membuat segala sesuatu berbaik kembali dengan Dia dan Allah melakukan itu semua melalui wafat Yesus Kristus di kayu salib (bdk Kol 1:20)
Karena dua alasan tersebut di atas, kita semua yang sudah diselamatkan-Nya dijadikan milik-Nya seutuhnya. Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam mengingatkan kita semua bahwa manusia tidak akan pernah dapat berdiri sendiri, manusia selalu bergantung pada pihak lain. Manusia dapat menyerahkan diri menjadi milik Kristus, atau menjadi budak dosa. Tidak pernah ada pilihan lain. Namun ada perbedaan besar antara dua pilihan ini: dosa semakin memperbudak manusia, sedangkan dalam Yesus manusia menemukan kemerdekaan sejati.
Bukan secara kebetulan Bacaan Injil (Luk 23:35-43) mengisahkan wafat Yesus di salib. Dari ketinggian salib Yesus telah menebus kita dan memberikan kita kemerdekaan sebagai anak-anak Allah. Di samping Yesus yang tersalib terdapat juga seorang penjahat yang bertobat. Meskipun hidupnya bergelimang dosa, namun dia mendapat pencerahan dari Yesus, lalu mengakui kekuasaan Yesus dan mohon ampun, “ Yesus, ingatlah aku, kalau Engkau datang sebagai Raja!” (Luk 23:42) Penjahat yang bertobat tentu saja tidak membayangkan pada saat itu dia sedang disalib di samping seorang raja. Dia berpikir seperti seorang Yahudi yang penuh pengharapan menantikan seorang Mesias. Kedatangan zaman Mesianik bertepatan dengan perubahan alam semesta.
Jawaban Yesus justru mengubah pemikiran klasik ini, “Percayalah, hari ini engkau akan bersama Aku di Firdaus.” (Luk 23:43) Ucapan Yesus sangat tegas dan meyakinkan dan hanya sekali dalam Injil Yesus membuat janji seperti ini. Janji Yesus ini merupakan titik balik yang menentukan dalam sejarah umat manusia. Pintu surga yang tertutup karena dosa Adam dan Hawa menjadi terbuka kembali karena wafat Yesus di salib. Dan menurut catatan Kitab Suci penjahat yang bertobat itu menjadi orang pertama yang masuk ke dalamnya bersama-sama dengan Yesus.
Marilah kita sekarang merenungkan perjalanan hidup iman kita dengan bercermin pada penjahat yang bertobat itu. Tidak dapat dipungkiri bahwa kita semua berdosa. Namun, apabila kita mau bertobat dengan sungguh-sungguh, Yesus akan mengampuni kita dan membawa kita masuk ke dalam kerajaan-Nya. Bagaimana cara kita dapat sampai kepada pertobatan seperti itu? Mari kita merenungkan dengan mata hati kita bahwa Yesus wafat di salib demi kita. Bayangkan kalau kita yang harus disalibkan di sana karena dosa-dosa kita. Apabila kita ingin Yesus meraja dalam diri kita, kita tidak boleh mengijinkan dosa meraja di dalam diri kita. Di samping itu kita perlu bersyukur atas pengorbanan Yesus. Seandainya saja Yesus tidak pernah menebus kita, kita selalu menjadi budak yang terbelenggu oleh dosa untuk selama-lamanya. Kita patus bersyukur kepada Yesus karena kebaikan-Nya yang tak terbatas.
Sekarang kita pusatkan perhatian pada dua kata yang diucapkan oleh Yesus kepada penjahat yang bertobat. Dua patah kata yang sederhana namun amat penting: “bersama Aku”. Dua patah kata dalam bahasa Yunani μετ εμοu (met emou) menyatakan sebuah hidup kebersamaan. Hidup kekal adalah hidup berbahagia antara kita dengan Yesus. Ini adalah kabar baik Injil. St. Ambrosius mengajarkan kepada kita bahwa hidup adalah kebersamaan dengan Kristus, karena di mana ada Yesus Kristus , di sana ada hidup, di sana Dia meraja. Oleh sebab itu marilah kita hidup selalu bersama Yesus. Hidup bersama Dia berarti menjadikan Ekaristi pusat hidup kita. Tidak cukup hanya menerima Tubuh Kristus secara materi, melainkan perlu menerimanya dengan seluruh hati. Tidak dapat dilepaskan juga hidup devosional dengan Bunda Maria. Sama seperti Yesus sampai kepada kita melalui Bunda Maria, kita juga dapat terbantu untuk sampai kepada Dia lewat doa-doa perantaraannya.
Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam baru ditetapkan oleh Paus Pius XI dengan Ensiklik yang berjudul Quas Primas tanggal 11 Desember 1925. Pada mulanya ditetapkan pada hari Minggu terakhir di bulan Oktober. Dalam Ensiklik, Paus Pius XI memaklumatkan bahwa dengan hari raya ini dikukuhkan kedaulatan kekuasaan Yesus atas manusia dan atas lembaga-lembaga duniawi yang sedang menghadapi zaman modernisasi. Bacaan-bacaan liturgi untuk Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam Tahun C adalah:
- Bacaan Pertama : II Sam 5:1-3
- Mazmur : Mzm 122:1-2, 4-5
- Bacaan Kedua : Kol 1:12-20
- Bacaan Injil : Luk 23:35-43
Dalam Bacaan Pertama dikisahkan peristiwa pengurapan Daud menjadi raja atas Israel dan Yehuda. Mereka mengakui bahwa Daud adalah pilihan Allah. Daud dikukuhkan sebagai raja karena pilihan Allah dan pengakuan manusia. Mazmur mengisahkan sukacita manusia karena mendapat kesempatan untuk memuji Allah di Yerusalem. Sungguh suatu kesempatan emas dapat berada dekat pintu gerbang Yerusalem. Bacaan kedua menceritakan bahwa dalam umat manusia dimasukkan ke dalam Kerajaan Allah karena Allah telah memperdamaikan manusia dan Diri-Nya melalui Yesus Kristus. Sebagai Pencipta dan Penebus Yesus Kristus layak menjadi Raja. Bacaan Injil mengisahkan penyaliban Yesus di mana ada dua orang penjahat yang turut disalibkan bersama Dia di samping kiri dan kanan-Nya. Seorang penjahat yang bertobat mendapat anugerah untuk masuk ke dalam Firdaus bersama-sama dengan Yesus.
Tahun liturgi dibuka dengan Masa Adven, masa penantian kedatangan Yesus Kristus, sang Pencipta dan sang Penebus. Tahun liturgi ditutup dengan Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam. Karena Yesus adalah Pencipta dan Penebus manusia, maka manusia dapat dibawa menghadap Allah dalam keadaan kudus. St Paulus menasihati agar kita harus tetap seita percaya dan berdiri teguh pada kepercayaan kita ini dan jangan sampai kita melepaskan penharapan yang sudah diberikan kepada kita ketika kita menerima Kabar Baik dari Allah. (bdk Kol 1:23). Selamat memasuki tahun liturgi baru!